Hikmah
Meretas Pemuda Insan Kamil
Masjid dengan demikian adalah sarana untuk meretas manusia yang insan kamil.
Oleh AHMAD ARAFAT AMINULLAH
OLEH AHMAD ARAFAT AMINULLAH
Masjid adalah titik-nol pembinaan umat. Itu tecermin dari langkah monumental Rasulullah SAW membangun Masjid Quba dalam perjalanan hijrahnya ke Madinah. Setibanya di Madinah, beliau pun membangun masjid Nabawi—sekali lagi meneguhkan posisi masjid sebagai sentra pembinaan masyarakat madani.
Selain memfungsikan masjid sebagai tempat peribadahan, Rasulullah juga menjalankan roda pemerintahan, mendamaikan konflik, dan melakukan beragam fungsi sosial kemasyarakatan lainnya dari tempat bersujud yang transendental tersebut.
Yang menarik ialah bagaimana di Masjid Nabawi juga terdapat “ruang terbuka” bagi mereka yang ingin mendiami masjid, menetap di serambinya, dan setia terus-menerus berada di area yang bersih lagi suci itu. Ahlus shuffah, demikian sejarah mengenalnya. Ini adalah ruang kelas pendidikan Islam yang pertama didirikan dan diasuh langsung oleh Nabi Muhammad SAW.
Pada awalnya, ash-shuffah lebih berfungsi sebagai “rumah singgah” bagi kaum muhajirin, musafir, dan kaum papa (marginal) yang tak memiliki tempat untuk bernaung dan berdiam. Namun, ia kemudian berproses menjadi “balai pertemuan” para ahli zuhud, penuntut ilmu, dan pejuang pembela agama.
Dari sini, kita dapat menemukan wajah lain masjid yang sangat humanis: sebagai “panti sosial” (rumah singgah) sekaligus “madrasah kehidupan” yang pengelolaannya ditangani langsung oleh baginda Nabi yang penuh welas asih.
Mengapa Rasulullah memberi perhatian khusus kepada penghuni ash-shuffah ini? Sebab, fokus “Kesibukan penghuni ash-shuffah adalah memahami dan mempelajari Alquran …” (HR Abu Nu’aim).
Masjid dengan demikian adalah sarana untuk “meretas manusia yang sempurna” (insan kamil)—membantu setiap insan menemui jawaban atas pertanyaan mendasar: siapa saya (who am I)? Ke mana saya menuju (fa ayna tadzhabun)? Apakah misi kehidupan di dunia ini (liya’buduh)?
Di era kekinian, kita mesti kembali merenungkan makna dan peranan masjid, sebagai “ruang terbuka” untuk mengisi relung kejiwaan dan moralitas generasi muda Islam, seraya menempa mental-spiritual mereka untuk tidak terlalai niatnya dan tergadai motivasinya pada fitnah dunia dengan segala gemerlapnya.
Laksana kawanan lebah yang selalu kembali ke sarangnya, generasi muda Islam perlu merasakan masjid sebagai “titik kumpul” dan “ruang temu” untuk membersamai kafilah pencari kebenaran (al-Haq) dan peniti suluk kehidupan dengan penuh keinsafan.
Syubbanul yawm, rijaalul ghad. Pemuda hari ini adalah pemimpin esok hari. Pemuda adalah aset sebuah masyarakat bangsa, agama, hingga peradaban yang sangat fundamental nilainya. Baik, kuat, dan berdayanya pemuda berarti mewariskan masa depan yang cerah gemilang.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.