Cahaya Ramadhan
Puasa Asupan Penyuci Jiwa
Jiwa yang bersih akan mampu melihat kebesaran Allah. Puasa adalah jalan menuju kesana.
OLEH IMAS DAMAYANTI
Ramadhan adalah salah satu bulan istimewa bagi umat Islam. Segenap umat Islam seyogianya memanfaatkannya sebaik mungkin, salah satunya sebagai momentum untuk menyucikan jiwa.
Terkait hal itu, Pemimpin Majelis Rasulullah SAW, Habib Nabiel al-Musawa, mengajak segenap umat Islam untuk memaknai kembali arti Ramadhan. Berdasarkan asal katanya dalam bahasa Arab, kata Ramadhan terdiri atas dua suku kata, yakni al-ardhu (bumi) dan ar-ramdha (membakar).
“Jadi, Ramadhan itu artinya bumi yang membakar. Membakar apa? Membakar dosa-dosa,” ujar Habib Nabiel kepada Republika, belum lama berselang.
Dari segi bahasa saja, lanjut dia, makna Ramadhan sudah memberikan penekanan tentang janji Allah mengenai ampunan bagi hamba-hamba-Nya. Maka, ketika seorang Muslim menjalankan ibadah puasa Ramadhan, sudah sepatutnya puasa itu dilakukan atas dasar keimanan kepada Allah SWT.
“Bukan puasanya karena tetangga, karena malu sama anak, gengsi kepada pasangan, ingin dilihat orang. Bukan. Puasa harusnya karena Allah dan berharaplah ridha-Nya, berharap Allah kasih rahmat,” ujar Habib Nabiel.
Jika seorang Muslim menginginkan ibadah puasanya berjalan optimal, dia seharusnya memahami dulu esensi berpuasa. Ia menerangkan, puasa adalah kegiatan ibadah untuk menahan diri, baik dari nafsu makan, minum, nafsu mata, nafsu telinga, nafsu mulut, hingga nafsu hati. “Kalau kita tahu esensinya puasa itu seperti apa, kita bisa sempurna mengerjakan ibadah itu,” kata Habib Nabiel.
Lihat postingan ini di Instagram
Ia mengatakan, hadirnya puasa sebagai sarana penyuci jiwa sangat dibutuhkan umat Islam. Habib Nabiel kemudian menjelaskan gambaran jiwa yang dikenal dalam Islam. Dalam hal ini, ada tiga kategori gambaran jiwa tersebut.
Pertama, jiwa yang tenang yang mampu meninggalkan larangan Allah dan menjalankan perintah-Nya. Kedua, jiwa yang selalu menyesali diri, yakni jiwa seorang hamba yang amalannya kadang dipenuhi kemaksiatan dan di sisi lain dipenuhi pertobatan. "Jiwa-jiwa semacam ini adalah jiwa-jiwa yang kelelahan yang perlu didoakan agar ia dapat mendapatkan keistiqamahan dalam kebaikan," katanya.
Sedangkan, yang ketiga adalah jiwa yang cenderung melampiaskan hawa nafsu tanpa rem sama sekali. “Orang dengan jiwa semacam ini sudah tidak malu berbuat dosa kepada Allah,” kata Habib Nabiel.
Untuk itu, ia mengajak segenap umat Islam untuk memanfaatkan momentum Ramadhan sebagai ajang penyucian jiwa. Orang-orang yang mampu menjalankan ibadah puasa dengan mendalaminya, menjaga ibadah-ibadah yang diperintahkan Allah, ia akan merasa lebih tenteram.
Dalam pandangan Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zein bin Umar Smith, kesucian jiwa bersumber dari hati yang bersih dan ibadah puasa menjadi salah satu sarana untuk menyucikan jiwa. “Ibadah puasa adalah salah satu sarana untuk menyucikan jiwa dengan amalan-amalan ubudiyah yang hanya diketahui oleh seorang hamba dan Allah SWT,” kata Habib Zein.
Lebih lanjut ia menerangkan, puasa menempa seseorang untuk hidup disiplin. Puasa, menurut dia, sejatinya merupakan sarana bagi umat Islam untuk berlatih menguasai syahwat yang bersifat duniawi dan menjaga dari hal-hal yang dapat membatalkannya.
Ketika berpuasa sejak imsak sampai Maghrib, seorang Muslim harus menahan diri dari sejumlah hal yang dapat membatalkannya. Bahkan, sejumlah perbuatan halal pun tidak boleh dilakukan karena bisa membatalkan puasa, apalagi perbuatan yang haram.
“Ini salah satu cara merawat jiwa agar selalu bersih sehingga mampu melihat kebesaran Allah Yang Mahakuasa. Syahrul mubarak alaina wa alaikum wa ala jamial muslimin."
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Mutiara Ramadhan
Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896
HIKMAH RAMADHAN
Memahami Makna Ramadhan
Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.