Kabar Utama
Titik Magnet KRI Nanggala-402 Terdeteksi
Mesin KRI Nanggala-402 disebut masih layak.
BALI – Pencarian KRI Nanggala-402 yang hilang di perarian Bali masih terus dilakukan. Sejauh ini, indikasi lokasi kapal paling kuat berasal dari titik magnet yang terdeteksi di wilayah pencarian, yaitu di perairan utara Pulau Bali.
“Mudah-mudahan itu tidak berubah dan akan dikejar. Mudah-mudahan itu menjadi titik terang," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Achmad Riad saat jumpa pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Badung, Bali, Jumat (23/4).
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono juga sebelumnya sempat menyebut KRI Rimau menemukan titik-titik magnet berkekuatan cukup tinggi pada kedalaman kurang lebih 50-100 meter dalam kondisi melayang.
Menurut Riad, temuan KRI Rimau itu akan turut ditindaklanjuti oleh KRI Rigel yang tiba di lokasi pencarian pada Jumat siang atau sore. Sejauh ini wilayah pencarian KRI Nanggala-402 masih terkonsentrasi di 65 mil dari perairan utara Bali.
Proses pencarian yang telah berlangsung sejak beberapa hari lalu telah mendapatkan beberapa petunjuk, di antaranya tumpahan bahan bakar minyak, yang diduga berasal dari KRI Nanggala-402.
Riad mengatakan pihaknya akan berusaha memaksimalkan pencarian menggunakan seluruh kapal milik TNI yang memiliki kemampuan deteksi bawah laut menggunakan sonar. Sebab, kemampuan oksigen di KRI Nanggala-402 diperkirakan hanya akan tersedia sampai 72 jam atau kurang lebih tiga hari dalam keadaan mati total (blackout).
Kapal itu telah hilang kontak pada pukul 03.00 Wita, sehingga oksigen kemungkinan tersedia sampai pukul 03.00 Wita, Sabtu (24/4). Setidaknya ada 21 kapal milik TNI yang telah dikerahkan untuk mencari KRI Nanggala-402, termasuk di antara kapal selam KRI Alugoro-405.
TNI juga menerima bantuan empat kapal dari kepolisian serta beberapa kapal dan peralatan dari negara-negara sahabat, di antaranya Malaysia, Singapura, India, dan Australia. "Semua bantuan akan kita terima. Prosesnya akan dipercepat karena waktu yang kita kejar," kata Riad.
Ia menambahkan proses penerimaan bantuan itu akan dikoordinasikan oleh asisten intelijen panglima TNI dan asisten intelijen kepala staf Angkatan Laut.
KRI Nanggala-402 melakukan penyelaman sekitar pukul 03.00 WITA, Rabu, untuk melakukan latihan peluncuran torpedo. Komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala-402 berlangsung pada pukul 04.25 Wita, yaitu saat komandan gugus tugas latihan akan memberi otorisasi penembakan torpedo.
Mantan kepala Kamar Mesin (KKM) kapal selam KRI Nanggala-402 Laksamana TNI (Purn) Frans Wuwung meyakini bukan kurangnya perawatan yang menyebabkan hilangnya KRI Nanggala. “Ada pernyataan kemungkinan karena kapal ini sudah tua, terus pemeliharaannya mungkin kurang. Itu yang saya jengkel, sakit hati," kata Frans yang bertugas di KRI Nanggala pada 1984 itu saat dihubungi Republika, Jumat (23/4).
Menurutnya, sebelum kapal selam berlayar, harus terlebih dahulu dipastikan kesiapan secara teknis maupun anak buah yang mengoperasikan. Artinya, ketika ada kerusakan di bagian mesin kapal sudah pasti tidak akan dioperasikan karena terlalu berisiko.
Frans menjelaskan, terkait pengoperasian kapal selam TNI AL, ada empat jenjang latihan yang harus dilalui. Mulai pengecekkan peralatan dan anak buah kapal hingga jenjang keempat, yakni latihan penembakan torpedo.
"Kalau sudah masuk L4 (tahapan keempat atau penembakan torpedo), apa lagi sudah berlayar ke sana, itu sudah melewati L1, L2 sampai L3. Artinya perawatan di kapal semua perfect dan anak buah siap mengawal peralatannya," ujar Frans.
Sementara Berda Asmara, istri dari salah satu awak KRI Nanggala-402, Serda Mes Guntur Ari Prasetyam memohon doa agar segera mendapat kabar terkait sang suami. Dosen Pendidikan Guru Paud Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) itu menceritakan, dia terakhir kali bertemu suaminya pada Senin (19/4), tepatnya saat Serda Mes Guntur Ari Prasetya pamit bertugas.
"Suami saat awal bekerja dahulu sudah memberi tahu saya tentang risiko kerjanya. Nunjukin video kapal selam Rusia yang hilang. Jadi mau tidak mau, siap tidak siap ya harus siap," kata dia kepada Republika.
Sejauh ini, prediksi dari para pakar mancanegara tak menggembirakan. Ahn Guk-hyeon, pejabat Daewoo Ship Building and Marine Engineering menuturkan bahwa struktur Nanggala-402 bisa kolaps jika melebihi kedalaman 600-700 meter. Dilansir Associated Press (AP) Ahn Guk-hyeon mengetahui hal ini karena perusahannyalah yang mengerjakan peningkatan struktur internal kebanyakan kapal selam militer Indonesia.
Sedangkan Sekretaris Submarine Institute of Australia, Frank Owen menyatakan, KRI Nanggala-402 bisa jadi berada di kedalaman yang tak bisa dicapai tim penyelamat. "Kebanyakan sistem penyelamatan hanya untuk kisaran 600 meter (di bawah permukaan)," ujar Owen dikutip AP, kemarin.
Ia juga menyatakan kapal selam bersangkutan tak dilengkapi dengan kursi penyelamat pada lubang palka untuk keperluan penyelamatan bawah laut.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.