Jangan tergiur pompom saham (ilustrasi) | Freepik

Perencanaan

Mau Sukses Investasi Saham? Waspadai Ini

Para pemain pemula saham yang paling sering terkena imbasnya.

Keinginan untuk memperoleh 'cuan' lewat dunia saham alias untung tak jarang melenakan. Ketika ada rumor atau ajakan untuk mendapatkan untung besar lewat satu emiten yang sering juga disebut 'pompom', tidak sedikit yang langsung ambil keputusan untuk membeli saham emiten tersebut.

Sayangnya, keputusan instan itu tidak selalu berujung manis. Alih-alih mendapat untung, mereka justru merugi karena harga saham yang baru saja mereka beli justru terjun besar. Lebih mengenaskan lagi, hal ini banyak menimpa para pemain pemula.

Salah seorang warga Bogor yang juga pernah bermain saham, Firmansyah (26 tahun), mengaku sering kali mendengar cerita pompom saham ini. Namun, dia mengaku berinvestasi saham dalam kisaran wajar dan sudah mempelajari dulu sebelum terjun. “Beberapa teman sempat cerita ke saya, terjerumus. Dan memang benar, sekarang fenomenanya itu termakan iklan dari artis,” ungkap Firman kepada Republika saat dihubungi pekan lalu.

Ia enggan menyebutkan nama artis yang kerap menerima iklan saham pompom ini. Namun, ia mengajak semua orang untuk waspada sendiri saja agar tidak menyesal. “Biasanya pompom ini pagi beli sorenya sudah dijual lagi tuh,” ujarnya.

Menurut dia, meskipun pompom saham ini cenderung dianggap menipu, semua tetap kembali lagi kepada diri kita. "Karena jual atau belinya itu tergantung oleh kita, maka dari itu perlu memahami betul dunia saham agar tidak asal jual beli saja," kata Firman.

Selain belajar, perlu juga untuk menahan emosi karena bermain saham pantang sekali jika emosi. Artinya jangan terlalu terburu-buru ketika hendak menjual atau membeli karena akhirnya justru merugi dan tak punya investasi lagi.

“Yang seringnya itu, seperti saya yang pernah tergiur harga turun akhirnya saya beli saham dengan semua uang yang saya punya. Alhasil uang habis, saya malah tidak dapat apa-apa,” kata pria yang saat ini beralih dari investasi saham menjadi investasi properti.

Hal ini pun menjadi keprihatinan perencana keuangan TataDana Consulting, Diana Sandjaja. Menurut dia, biasanya mereka yang baru memulai investasi masih mencari seseorang yang bisa mereka anggap hebat untuk menjadi panutan. “Para pemula biasanya masih mencari idola atau panutan yang dianggap keren atau hebat serta memberikan info-info menguntungkan tentang saham yang berprospek baik,” papar Diana kepada Republika.

Biasanya, pompom saham mendapatkan mangsanya dengan cara yang menarik dan bombastis, namun tanpa dasar yang jelas. Para pemula harus memperhatikan betul alasan yang diberikan, lalu bandingkan dengan kenyataan. “Perlu juga memperhatikan saran dari para pengamat. Hati-hati juga dengan influencer yang mendadak jadi ahli saham, apalagi mereka yang tidak punya dasar atau keahlian untuk membuat analisis saham yang berprospek,” ungkap Diana.

Karena sebagai influencer, bisa jadi mereka dapat ‘pesanan’ untuk melakukan 'pompom' saham. Dari situ, maka akan menimbulkan boba factor, yakni saham yang kemudian dijadikan sebagai instrumen investasi yang terlihat canggih

Lalu muncul berbagai berita heboh tentang keuntungan bermain saham, dengan bukti screenshoot porto yang hijau ratusan persen, kemudahan akses jual beli, dan dana talangan (margin) yang bisa membuat orang terlena untuk ikut mencetak keuntungan. “Dengan keinginan yang menggebu-gebu dan kemudahan eksekusi hanya dengan mengklik ‘done’, bila tanpa perhitungan yang matang maka bisa menjadi awal kehancuran,” papar penulis buku “Make Your Own Plan” itu.

 

 

 

Dengan keinginan yang menggebu-gebu dan kemudahan eksekusi hanya dengan mengklik ‘done’, bila tanpa perhitungan yang matang maka bisa menjadi awal kehancuran.

 Diana Sandjaja
 

 

 

Gunakan Dana Sekecil Mungkin

Agar tidak terpengaruh dengan iming-iming saat ada 'pompom' saham tersebut, perencana keuangan TataDana Consulting, Diana Sandjaja menyarankan agar para pemula wajib untuk belajar dari jumlah-jumlah kecil terlebih dahulu. Sehingga ketika salah perhitungan, dampaknya masih tidak terlalu signifikan.

Harus selalu diingat juga bahwa keuntungan dan risiko itu berjalan beriringan. Siap untung maka harus siap rugi, sehingga ketika ingin menjalani jenis investasi apa pun harus lebih berhati-hati dan tidak asal ikut-ikutan saja. “Tapi harus dengan analisa-analisa yang lebih mendukung juga, sehingga ketika memang tidak sesuai kenyataan, kita lebih siap menerima kerugian,” ungkap Diana lagi.

Jadi untuk para pemula, harus terus memperdalam ilmu tentang saham, analisis fundamental, teknikal, tahu informasi terkini lewat laporan keuangan, berita, kebijakan pemerintah, dan info lainnya yang berkaitan dengan saham.

Kemudian bergabung juga dengan komunitas saham dengan mentor yang terpercaya, agar bisa saling diskusi untuk belajar. Selain itu, persiapan mental untuk bisa mengelola ekspektasi dan risiko bila kenyataan di luar prediksi. "Cash flow manajemen juga harus baik agar investasi saham tidak mengganggu operasional rumah tangga," kata Diana.

 

photo
Jangan tergiur pompom saham (ilustrasi) - (Freepik)

Jangan Tergiur Keuntungan Instan

Biasanya, mereka yang pemula di dunia saham punya sejumlah alasan klasik yang membuat mereka mudah terpengaruh oleh 'pompom' saham di antaranya:

1. Masih 'newbie' (jadi butuh sosok pembimbing yang meyakinkan)

2. Ingin cepat kaya lewat saham

3. Terlihat mudah, karen hanya dengan mengikuti petunjuk atau info saham saja

4. Nekat pakai margin (dana talangan)

5. Belum pernah kena pompom saham, jadi belum tahu rasanya jika gegabah main saham

 

Lalu bagaimana cara mencegahnya atau jika sudah telanjur terkena 'pompom'?

1. Validasi lagi, tanya ke teman yang paham saham

2. Melihat secara objektif, melihat data perusahaan atau kinerja sahamnya

3. Kelola psikologi dalam dagang saham (trading)

4. Perbaiki pola pikir: jangan hanya menginginkan keuntungan instan

 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat