Didin Hafidudin | Daan Yahya | Republika

Refleksi

Menghadirkan Keluarga Qurani

Jadikan keluarga kita semua sebagai keluarga Alquran.

Oleh PROF DIDIN HAFIDHUDDIN

OLEH PROF DIDIN HAFIDHUDDIN

Alhamdulillah hari ini kita sudah berada di hari kelima di bulan suci Ramadhan 1442 H, bulan yang penuh dengan kemuliaan, keagungan, dan keberkahan. Ibarat tamu agung yang akan menghidangkan dan memberikan oleh-oleh dan hidangan-hidangan yang sangat indah dan sangat lezat.

Hidangan Rabbani, hidangan ilahi, hidangan samawi, hidangan spiritual dan material yang akan menghantarkan orang-orang yang beriman, yang berpuasa dengan benar dan penuh dengan kesungguhan pada puncak kemuliaan hidup dunia dan akhirat, yaitu ketaqwaan kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya dalam QS al-Baqarah [2] ayat 183: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Dan juga firman-Nya dalam QS al-Hujurat [49] ayat 13: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Bulan Ramadhan sering disebut sebagai Bulan Alquran (Syahrul Quran) karena pada bulan ini awal diturunkannya Alquran kepada Rasulullah SAW (QS al-Alaq [96] ayat 1 sd 5) dan sebagian besar ayat Alquran diturunkan pada bulan Ramadhan. Allah SWT berfirman dalam QS al-Baqarah [2] ayat 185: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

 
Hidangan Rabbani, hidangan ilahi, hidangan samawi, hidangan spiritual dan material yang akan mengantarkan orang-orang yang beriman.
 
 

Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Dalam kaitan dengan wahyu pertama, Allah SWT berfirman dalam QS al-Alaq [96] ayat 1-5: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5).”

Ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil sebagai pedoman dari wahyu pertama ini. Antara lain sebagai berikut:

Pertama, perintah untuk membaca (iqraa/إﻗﺮاء ) dan menulis (الذي علم بالقلم). Ini menggambarkan bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang sangat memberikan penghargaan yang tinggi terhadap proses mencari dan menambah ilmu. Rasulullah SAW bersabda: “Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Alquran, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.” (HR Muslim).

Juga dalam sebuah hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda: “Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari ayahnya (Abi Bakrah RA) berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah dirimu menjadi seorang pengajar atau pelajar atau pendengar atau orang yang mencintai ilmu, dan janganlah dirimu menjadi yang ke lima, maka rusaklah kamu.” (HR at-Thabraani).

Kedua, sejatinya ilmu itu melahirkan kesadaran makrifat kepada Allah SWT sebagai Pencipta makhluk-Nya bukan malah sombong, takabbur dan menentang ajaran-Nya. Ilmu dengan iman dan keyakinan kepada Allah SWT harusnya saling menguatkan bukan saling bertentangan dan berlawanan. Firman-Nya dalam QS al-Hajj [22] ayat 54: “Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Alquran itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.”

 
Ini menggambarkan bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang sangat memberikan penghargaan yang tinggi terhadap proses mencari dan menambah ilmu.
 
 

Juga firman-Nya dalam QS Muhammad [47] ayat 19: “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.”

Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda: “Dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Anak Adam (manusia), taatlah kamu kepada Tuhanmu, niscaya kamu akan disebut sebagai orang yang berakal (cerdas), dan janganlah kamu berbuat maksiat kepada-Nya, niscaya kamu akan disebut sebagai orang yang bodoh.” (HR Abu Na’iem).

Ketiga, berdasarkan ayat tersebut bahwa sudah menjadi kewajiban kita dan keluarga untuk mampu membaca Alquran dan mentadaburinya. Karena Alquran dan sunnah adalah pedoman hidup umat manusia. Jangan sampai di kalangan keluarga Muslim ada yang tidak bisa membaca Alquran. 

Lakukan oleh keluarga Muslim di bulan Ramadhan ini beberapa hal yaitu sebagai berikut: a) lakukan pemberantasan buta huruf terhadap Alquran di bulan suci ini, b) biasakan mengaji bersama antara suami, istri, dan anak-anak. Misalnya saat bakda Subuh dan menjelang Maghrib, c) tumbuhkan dan kuatkan kedekatan kita dengan Alquran karena Alquran adalah kitab yang dimudahkan oleh Allah SWT untuk dibaca dan dipelajari, sebagaimana firman-Nya dalam QS al-Qamar [54] ayat 17, 22, 32, dan 40, dan d) orang dan keluarga yang senantiasa membaca dan mentadaburi Alquran tidak akan pernah merugi di dalam hidupnya.

 
Mari kita hidupkan Ramadhan 1442 H dengan semakin dekat pada Alquran. Jadikan keluarga kita semua sebagai keluarga Alquran.
 
 

Seperti yang dinyatakan dalam QS Fatir [35] ayat 29-30: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi (29) Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (30).”

Mari kita hidupkan Ramadhan 1442 H dengan semakin dekat pada Alquran. Jadikan keluarga kita semua sebagai keluarga Alquran. Insya Allah akan selalu mendapatkan petunjuk, nasihat, rahmat dan kasih saying dan obat dari setiap problematika rohani yang dialami, sehingga hati kita akan selalu diberikan kedamaian dan ketenangan oleh Allah SWT.

Perhatikan firman-Nya dalam QS Yunus [10] ayat 57-58: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (57) Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (58)."

Wallahu a’lam bi ash-shawab

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat