Opini
Ujian Kedermawanan Kita
Kedermawanan merupakan aktualisasi ajaran agama yang menekankan pentingnya memberi.
BIYANTO, Guru Besar UIN Sunan Ampel, Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
Di antara amalan utama yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW pada Ramadhan adalah bersedekah. Dengan spirit Ramadhan inilah kedermawanan kita diuji. Komitmen kita pada nilai kedermawanan sangat penting untuk mewujudkan solidaritas pada sesama.
Apalagi negeri tercinta tergolong rawan bencana. Ini bisa diamati dari rangkaian bencana kemanusiaan dan alam yang silih berganti. Bukan hanya korban jiwa, luka-luka, dan kerugian materi, rangkaian bencana alam menghadirkan trauma mendalam.
Di tengah musibah itu, semua elemen bangsa penting menyatupadukan langkah untuk saling menolong. Berkaitan dengan kedermawanan umat, sebagai bangsa kita selayaknya bangga.
Dengan tanpa pamrih, berbagai kelompok masyarakat melakukan aksi-aksi kemanusiaan untuk menolong sesama. Itu dilakukan secara tulus, nirkepentingan, serta tanpa melihat latar belakang etnik dan agama.
Di tengah musibah itu, semua elemen bangsa penting menyatupadukan langkah untuk saling menolong.
Semangat berbagi, saling menolong, welas asih, dan kesukarelaan benar-benar hadir di tengah kondisi bangsa yang sedang menghadapi bencana. Pengamalan nilai-nilai kedermawanan untuk menolong sesama anak bangsa ini pun memperoleh pengakuan dunia.
Hal itu dapat disimak dari hasil survei lembaga Gallup International dan Charity Aid Foundation. Dalam survei bertajuk World Giving Index 2018, dua lembaga internasional itu menempatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia.
Survei ini dilaksanakan pada 2019. Pada 2020 tidak dilaksanakan survei karena dunia dilanda pandemi. Hasil survei menunjukkan, kedermawanan warga Indonesia dinyatakan lebih baik dari AS Myanmar, Selandia Baru, Australia, dan Irlandia.
Capaian Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia didasarkan pada komitmen sesama anak bangsa membantu orang-orang yang tidak dikenal (asing), memberikan donasi uang, dan relawan yang tergabung dalam berbagai lembaga sosial.
Pada konteks itulah, Indonesia harus berterima kasih pada Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan ormas lain yang selalu hadir di tengah korban bencana. Nilai-nilai kedermawanan sesama anak bangsa penting terus ditumbuhkembangkan.
Dengan tanpa pamrih berbagai masyarakat menyumbangkan sebagian hartanya untuk meringankan beban saudaranya yang tertimpa musibah.
Sebab, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memprediksi masih ada 21 dari total 68 gunung berapi di negeri ini yang potensial menghadirkan bencana.
Sejumlah daerah juga rawan gempa, banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan lainnya. Komitmen sesama anak bangsa untuk saling menolong merupakan aktualisasi penegakan nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan tanpa pamrih berbagai masyarakat menyumbangkan sebagian hartanya untuk meringankan beban saudaranya yang tertimpa musibah. Bukan hanya logistik, bantuan juga dalam bentuk pengobatan, pendidikan anak-anak, dan pendampingan psikologi.
Secara bergiliran, sejumlah kembaga sosial keagamaan, kampus, dan rumah sakit mengirimkan relawan untuk membantu korban.
Yang menarik, rangkaian bencana kemanusiaan dan alam acapkali juga menjadi media bagi kelompok elite dan aktivis partai politik untuk menyapa sekaligus meraih simpati rakyat. Mereka langsung turun gunung untuk menunjukkan empatinya.
Yang menarik, rangkaian bencana kemanusiaan dan alam acapkali juga menjadi media bagi kelompok elite dan aktivis partai politik untuk menyapa sekaligus meraih simpati rakyat.
Bahkan, kita menyaksikan sebagian aktivis partai politik hilir mudik membawa bendera dan aksesoris partai, sekadar menunjukkan komitmennya pada nilai-nilai kemanusiaan.
Karena bencana selalu mengakibatkan musibah kemanusiaan, maka dibutuhkan tindakan konkret untuk membantu korban. Untuk sementara waktu, biarkan elite politik menjadikan bencana alam dan kemanusiaan sebagai alat mengkritisi kebijakan pemerintah.
Biarkan juga ahli agama dengan logika teologinya menjelaskan keterkaitan bencana dengan perbuatan dosa besar manusia. Begitu juga ilmuwan yang menghabiskan waktu meneliti pemicu terjadinya bencana.
Penjelasan teologis dan saintis tentu penting untuk menumbuhkan kesadaran agar manusia lebih bersahabat dengan alam sekaligus mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Kita harus meyakini, kedermawanan merupakan aktualisasi ajaran agama yang menekankan pentingnya memberi.
Namun, yang mendesak adalah menggelorakan semangat kedermawanan sebagai komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dalam Alquran, kita diingatkan ajaran fundamental tentang pentingnya menegakkan nilai-nilai kemanusiaan (QS al-Maidah: 32).
Kalam Ilahi tersebut penting menjadi spirit menumbuhkan nilai-nilai kedermawanan di negara rawan bencana seperti negeri tercinta ini.
Kita harus meyakini, kedermawanan merupakan aktualisasi ajaran agama yang menekankan pentingnya memberi. Apalagi jika spirit kederwananan warga bangsa kita didasarkan pada kepentingan kemanusiaan.
Semoga Ramadhan pada tahun kedua pandemi ini, menjadi spirit meningkatkan kedermawanan kita. Kedermawanan yang ditunjukkan melalui semangat berzakat, berinfak, dan bersedekah untuk membantu korban bencana.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.