Internasional
AS Tinggalkan Afghanistan 11 September
AS dan NATO membahas rencana keluar dari Afghanistan secara bersama-sama.
WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berencana menarik pasukan AS dari Afghanistan pada 11 September 2021. Para petinggi keamanan AS berkonsultasi dengan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Rabu (14/4).
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin bertemu Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg. Blinken mengatakan, AS berharap agar penarikan pasukan dilakukan koalisi secara bersama-sama. Sedangkan Stoltenberg mengatakan, pertemuan itu fokus pada “Kehadiran kami di Afghanistan di masa depan”.
Saat ini ada sekitar 7.000 personel NATO dan 2.500 personel AS di Afghanistan. Sebelumnya pada 2011, AS mengerahkan 100 ribu personel. Selama penempatan di Afghanistan sebanyak 2.400 personel militer AS terbunuh dan ribuan lainnya terluka.
“Kami bersama telah mendatangi Afghanistan untuk menghadapi orang yang telah menyerang kami dan untuk memastikan Afghanistan tidak lagi menjadi tempat persembunyian yang aman bagi teroris yang mungkin akan menyerang kami,” kata Blinken.
“Dan kami bersama pula telah mencapai tujuan yang ditetapkan. Kini saatnya kami membawa pulang pasukan kami,” ujarnya. Ia mengingatkan slogan misi NATO, Resolute Support, yaitu “masuk, beradaptasi, dan keluar bersama-sama".
Penarikan pasukan AS ini bertepatan dengan 20 tahun tragedi di World Trade Center di New York dan Pentagon. Tragedi pada 11 Septeber 2001 itu telah mengubah peta keamanan dunia. Alqaidah diyakini berada di balik serangan itu.
Seorang pejabat senior pemerintahan Biden yang enggan disebutkan namanya mengatakan, keputusan Presiden Biden menunjukkan bahwa dia telah menyimpulkan kehadiran militer AS tidak akan menentukan tercapainya perdamaian di Afghanistan. "Tidak ada solusi militer untuk masalah yang mengganggu Afghanistan, dan kami akan memfokuskan upaya kami untuk mendukung proses perdamaian yang sedang berlangsung," kata sang sumber.
Laporan intelijen AS yang dikirim ke Kongres menyatakan, Kabul terus menghadapi kemunduran di medan perang. Sedangkan peran Taliban kembali menguat.
Sebelumnya, AS berencana menarik sisa pasukannya dari Afghanistan pada 1 Mei seperti yang sudah disetujui oleh mantan presiden Donald Trump dan Taliban. Namun, penarikan pasukan AS pada 1 Mei kemungkinannya semakin kecil karena belum ada persiapan di lapangan. Selain itu, para pejabat AS menuding Taliban telah gagal memenuhi komitmen untuk mengurangi kekerasan dan serangan.
AS berupaya untuk melepaskan diri dari Afghanistan agar negara tersebut bisa mencapai perdamaian abadi. Namun, harapan ini dikacaukan oleh kekhawatiran terkait kekuatan pasukan keamanan Afghanistan, korupsi endemis di Afghanistan, dan ketahanan pemberontakan Taliban yang menikmati tempat berlindung yang aman di perbatasan Pakistan.
Mediasi Turki
Turki akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak perdamaian untuk Afghanistan pada 24 April hingga 4 Mei. Acara ini bertujuan memulai upaya pengakhiran perang dan membuat sketsa kemungkinan penyelesaian politik. Pertemuan itu akan mempertemukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Qatar.
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan, pertemuan tingkat tinggi di Turki dimaksudkan untuk mengakhiri konflik, membuka jalan menuju penyelesaian politik yang adil dan abadi. "Ini mempercepat dan melengkapi negosiasi intra-Afghanistan di Doha," ujar lembaga itu merujuk perjanjian damai sebelumnya di Qatar.
Menurut Kementerian Luar Negeri Turki, pemerintah Afghanistan dan kelompok milisi Taliban akan hadir. Namun, Taliban mengatakan mereka belum berkomitmen untuk ikut serta jika AS tidak hadir. Sumber diplomatik menyatakan, lebih dari 20 negara telah diundang, termasuk Iran dan tetangga Afghanistan lainnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.