Pengunjung melihat kue Lamang Baluo pada Festival Jajanan Tradisional 2020 di Padang, Sumatera Barat, Ahad (9/2/2020). Festival tersebut digelar Pemkot Padang dalam rangka memperkenalkan kembali kudapan dan kue-kue tradisional khas Minangkabau seperti lap | ANTARA FOTO

Belanja

Jajan Aman Saat Ramadhan

Konsumen jangan tergoda dengan jajan makanan yang berwarna mencolok.

OLEH DESY SUSILAWATI

Saat Ramadhan, pedagang makanan makin marak. Tidak hanya di toko kue dan pasar, beragam jenis panganan juga dijual di tepi jalan.

Sebagai konsumen, Anda harus jeli dan pintar memilih makanan, baik makanan basah maupun makanan kering serta yang di dalam kemasan ataupun tidak. Pengawasan keamanan makanan tak sepenuhnya menjadi kewenangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 

Menurut Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Sujatno, makanan olahan seperti di warung bukan kewenangan BPOM. Namun, dia melanjutkan, pengawasan ada pada dinas kesehatan (Dinkes) setempat. Mereka bisa bekerja sama dengan UMKM atau UKM untuk memberikan penyuluhan tentang makanan atau jajajan yang sehat dan higienis. 

Hal semacam ini seharusnya tidak hanya dilakukan menjelang puasa, tetapi harus dilakukan setiap waktu. Konsumen juga harus pandai memilah makanan yang higienis dan sehat.

Salah satu contohnya dengan melihat bagaimana pedagang memasarkan dagangannya. "Ketika dipasarkan di tempat terbuka dan tidak tertutup, tentu tidak higienis. Makanan seperti ini yang harus dihindari oleh konsumen," ujarnya ketika dihubungi Republika, Selasa (6/4).

Dia juga mengingatkan agar konsumen tidak tergoda dengan makanan yang warnanya mencolok. Alasannya, makanan tersebut diduga mengandung pewarna yang bukan pewarna makanan. 

Pewarna makanan karakteristiknya tidak mencolok. Sementara, pewarna lain akan membuat makanan lebih menarik, terang, bagus, dan mencolok, tapi tidak sesuai dengan food grade. "Ini akan lebih berbahaya. Karena itu, harus diperhatikan oleh konsumen," ujarnya.

photo
Penjual melayani pembeli di Pasar Pundensari di Desa Gunungsari Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Ahad (27/9/2020). Pasar tradisional di desa wisata yang menyediakan berbagai makanan, jajanan dan minuman tradisional tersebut memiliki keunikan yaitu para penjualnya mengenakan pakaian tradisional dan seluruh pembayaran transaksi menggunakan bilah bambu yang sebelumnya didapat pengunjung dari panitia dengan mengganti sejumlah uang. - (ANTARA FOTO/Siswowidodo)

Menurut Agus, dinkes dan pelaku usaha perlu bekerja sama. Dinkes memberikan posko untuk menerima keluhan atau aduan dari konsumen maupun dari pelaku usaha. 

Untuk makanan yang berada di bawah pengawasan BPOM, masyarakat konsumen jangan abai untuk memperhatikan label. Utamanya terkait apakah sudah ada izin BPOM atau tidak. 

"Jika tidak ada label semacam itu, konsumen bisa meninggalkan, mencari makanan yang sudah ada izin BPOM," kata Agus. 

Perlu bagi masyarakat melihat tanggal kedaluwarsa dan izin edar produk, bukan hanya dari BPOM, melainkan juga IRT dan dinkes. Menurut dia, izin tersebut membuat makanan lebih terjamin keamanannya. Perhatikan pula komposisi atau fakta nutrisi. Konsumen bisa memperkirakan kebutuhannya untuk kandungan dalam makanan tersebut.

Agus mengungkapkan, banyak keluhan masuk ke YLKI mengenai makanan yang dibeli tidak sesuai harapan. Biasanya hal itu terjadi karena konsumen tergoda diskon besar-besaran hingga mengabaikan label kemasan.

 
Konsumen harus cerdas ketika ada diskon atau potongan harga atau cuci gudang. Itu hal yang wajar, tapi juga harus jadi konsumen yang cerdas.
 
 

Jangan tergiur harga murah dan mengabaikan label. Saat melihat label, pastikan ada perusahaan yang bertanggung jawab atas makanan tersebut. "Jadi, konsumen harus cerdas ketika ada diskon atau potongan harga atau cuci gudang. Itu hal yang wajar, tapi juga harus jadi konsumen yang cerdas," ujarnya.

Praktisi klinis dan akademisi, Prof Ari Fahrial Syam, mengajak konsumen memperhatikan kualitas kebersihan maupun kemasan produk makanan. Apabila jenisnya makanan basah seperti gorengan yang dijual terbuka, lihat lokasi penjualannya. Apabila lingkungan kurang bersih atau banyak lalat, sebaiknya dihindari. Hindari pula makanan yang terlalu manis, berminyak, atau makanan dingin. 

Sebaiknya pilih makanan yang masih hangat atau panaskan makanan di rumah dalam microwave. "Jika makanan dingin, manis, dan goreng-gorengan bisa sebabkan iritasi di tenggorokan," ujar pria yang menjabat sebagai dekan FK UI ini.

Prof Ari Menyebut, jika tidak menjaga kesehatan, bisa saja Anda mengalami batuk dan pilek pada pekan pertama Ramadhan. Penyakit lainnya yang juga bisa terjadi, yaitu gangguan pencernaan.

photo
Sejumlah warga menyantap jajanan kuliner di pusat PKL tepi Pantai Piwang, Ranai, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (14/11/2020). - (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Sehat dengan Kurma

Saat berpuasa selama 13 sampai 14 jam, tubuh membutuhkan makanan yang bisa meningkatkan kadar gula darah dengan cepat. Dokter spesialis gizi klinis dari FK UI-RSCM, Dr Inge Permadi, SpGK, mengatakan, selain gula darah rendah, tubuh juga kehilangan cairan dan terasa haus. Karena itu, dia melanjutkan, dibutuhkan air.

Menurut dia, jika ingin sehat, yang paling baik adalah mengonsumsi air manis yang berasal dari buah-buahan seperti jus buah. "Jangan dari sirup. Bisa juga dari kurma karena bagus untuk meningkatkan kadar gula darah," ujarnya.

Namun, sebaiknya Anda tidak terlalu banyak mengonsumsi kurma saat berbuka puasa. Sebab, ketika terlalu banyak makan kurma yang kadar gulanya tinggi, Anda akan merasa tidak terlalu lapar, padahal Anda harus makan dengan baik karena sudah berpuasa seharian.

photo
Kurma menjadi nutrisi yang bagus untuk dikonsumsi saat sahur atau berbuka selama Ramadhan. - (Freepik.com)

Anda membutuhkan asupan nutrisi yang dipenuhi dengan karbohidrat, protein lemak, dan lainnya. Ketika merasa kenyang dengan kurma, akhirnya pilihannya adalah gorengan yang notabene makanan tidak sehat.

Kelebihan energi pada malam hari saat Anda sudah tidak banyak bergerak akan disimpan oleh tubuh dan menjadi lemak. Alhasil, setelah berpuasa tubuh menjadi gemuk. 

Bagaimana dengan kolak pisang dan takjil lainnya? Inge mengatakan, sesekali boleh saja menyantap panganan itu, tapi jangan terlalu sering.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat