Internasional
Vaksin Covid-19 Mulai Langka
Terjadi kesenjangan akses vaksin Covid-19 antara negara kaya dan miskin.
LONDON -- Sebanyak 60 negara, termasuk beberapa negara termiskin di dunia, mungkin harus berhenti pada suntikan dosis pertama vaksinasi virus korona. Dikutip dari Associated Press, Sabtu (10/4), hampir semua pengiriman melalui program global yang dimaksudkan untuk membantu vaksinasi itu telah diblokir hingga akhir Juni.
Inisiatif global untuk menyediakan vaksin atau dikenal dengan Covax, dalam seminggu terakhir telah mengirimkan lebih dari 25 ribu dosis ke negara-negara berpenghasilan rendah. Namun, semua pengiriman telah dihentikan sejak pekan lalu.
Selama dua minggu terakhir, menurut data yang dikumpulkan setiap hari oleh UNICEF, total kurang dari dua juta dosis Covax telah diberikan untuk pengiriman ke 92 negara di dunia berkembang. Jumlah ini sama dengan yang disuntikkan di Inggris saja.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreysus mengecam ketidakseimbangan yang mengejutkan dalam vaksinasi Covid-19 global. Dia menyatakan, satu dari empat orang di negara kaya telah menerima vaksin.
Namun hanya satu dari 500 orang di negara miskin yang mendapatkan vaksin. Kekurangan vaksin sebagian besar berasal dari keputusan India untuk berhenti mengekspor vaksin dari pabrik Serum Institute. Fasilitas ini memproduksi sebagian besar dosis AstraZeneca yang diandalkan Covax untuk memasok sekitar sepertiga populasi global.
Kondisi ini membuat negara-negara semakin tidak sabar, terlebih lagi persediaan berkurang di beberapa negara pertama yang menerima pengiriman Covax. Perkiraan pengiriman dosis kedua dalam rentang waktu 12 minggu yang sebelumnya direkomendasikan, kini juga mulai diragukan.
Dokumen internal WHO yang diperoleh AP menunjukkan, ketidakpastian tentang pengiriman menyebabkan beberapa negara kehilangan kepercayaan pada upaya Covax. Laporan itu juga menunjukkan, PBB kini tengah menghadapi pertanyaan dari para peserta Covax, terkait kepastian apakah semua orang yang divaksinasi pada putaran pertama pasti akan mendapatkan dosis kedua.
Ketidaksetaraan distribusi
Ketidaksetaraan distribusi vaksin telah membuat negara berpenghasilan rendah hanya menerima 0,2 persen dari produksi vaksin dunia. “Lebih dari 700 juta dosis vaksin telah diberikan secara global, tapi lebih dari 87 persen telah diberikan ke negara-negara berpenghasilan tinggi atau menengah ke atas. Sementara negara-negara berpenghasilan rendah hanya menerima 0,2 persen,” kata Ghebreyesus dalam webinar tentang Covid-19, Jumat (9/4), dikutip dari Reuters.
Dia mengungkapkan, dari 220 negara sebanyak 194 di antaranya telah memulai vaksinasi, sedangkan 26 lainnya belum. Dari total negara yang belum melakukan vaksinasi, tujuh di antaranya telah menerima pasokan vaksin dan dapat segera melaksanakan vaksinasi.
Sementara lima negara bakal memperoleh vaksin dalam beberapa hari mendatang. Ghebreyesus menjelaskan, sebagian besar negara tidak memiliki cukup vaksin untuk memvaksinasi semua petugas kesehatan atau kelompok berisiko.
Hal itu menghambat vaksinasi bagi masyarakat umum. “Masih ada ketidakseimbangan yang mengejutkan dalam distribusi vaksin global,” ujarnya.
Menurut Ghebreyesus, peningkatan produksi dan distribusi yang adil tetap menjadi penghalang utama untuk mengakhiri tahap akut pandemi Covid-19. “Merupakan parodi bahwa di beberapa negara pekerja kesehatan dan kelompok berisiko tetap sama sekali tidak divaksinasi," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.