Nasional
Penggunaan Vaksin Astrazeneca Dilanjutkan
Sejumlah negara membatasi penggunaan Astrazeneca usai kasus pembekuan darah.
JAKARTA – Pemerintah Indonesia menyatakan tetap melanjutkan penggunaan vaksin Astrazeneca untuk masyarakat meski muncul beberapa kasus kematian di luar negeri usai menggunakan vaksin ini. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan tetap berpegang pada rekomendasi otoritas terkait yang menyatakan vaksin ini aman.
Otoritas terkait tersebut yakni Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI), hingga Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI). Sejauh ini, ketiganya masih tetap merekomendasikan penggunaan vaksin Covid-19 Astrazeneca.
“Sampai saat ini belum ada KIPI atau efek samping dari vaksin Astrazeneca. Nanti yang akan mengkaji tentunya BPOM, ITAGI, hingga Komnas KIPI dan selama ini dikatakan masih aman,” kata juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Republika, Ahad (4/4).
Regulator medis Inggris pada Sabtu (3/4) melaporkan, tujuh dari 30 pasien pembekuan darah usai disuntik vaksin Astrazeneca meninggal dunia. Kendati demikian, otoritas di Inggris menyatakan, manfaat vaksin Astrazeneca dalam mencegah infeksi Covid-19 dan komplikasinya terus lebih besar daripada risikonya dan masyarakat harus terus mendapatkan vaksinnya jika diundang.
Manfaat vaksin Astrazeneca dalam mencegah infeksi Covid-19 dan komplikasinya terus lebih besar daripada risikonya
Menurut Nadia, keputusan organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) dan Kelompok Penasehat Strategis Ahli Imunisasi (SAGE) WHO menyatakan vaksin Astrazeneca masih bisa digunakan. Jadi, kata Nadia, vaksin Astrazeneca tetap digunakan untuk usia 18-59 tahun, bahkan untuk kelompok lanjut usia (lansia) di Tanah Air.
Kekhawatiran atas vaksin Astrazeneca telah mendorong beberapa negara termasuk Kanada, Prancis, Jerman dan Belanda membatasi penggunaannya untuk orang tua. Inggris yang telah meluncurkan vaksin virus korona lebih cepat daripada negara Eropa lainnya sangat bergantung pada vaksin Astrazeneca yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Universitas Oxford.
Regulator obat-obatan Inggris (MHRA) mendesak masyarakat terus menggunakan vaksin Astrazeneca meski ada tujuh orang di Inggris meninggal karena pembekuan darah yang langka usai divaksin. MHRA memastikan tinjauan ketat terhadap laporan tentang jenis pembekuan darah yang langka dan spesifik sedang berlangsung.
Namun, MHRA tidak mengungkapkan informasi apa pun tentang usia atau kondisi kesehatan mereka yang meninggal. MHRA menyebut telah mengidentifikasi 30 kasus kejadian pembekuan darah langka dari 18,1 juta dosis Astrazeneca yang diberikan. Risiko yang terkait dengan jenis pembekuan darah ini diklaim sangat kecil.
Pandangan MHRA tentang manfaat relatif dari vaksin tersebut juga dimiliki oleh European Medicines Agency. Dikatakan, hubungan sebab akibat antara pembekuan darah yang tidak biasa pada orang yang telah mendapatkan vaksin ‘tidak terbukti, tetapi mungkin’. Sementara manfaat vaksin lebih besar daripada risiko efek sampingnya.
Di sisi lain, Adam Finn, selaku profesor pediatri di Universitas Bristol, mengatakan, sebenarnya tujuh kasus pembekuan darah berujung kematian berarti sangat jarang dalam konteks jutaan suntikan yang dilakukan di Inggris. Fakta ini harusnya membuat masyarakat tetap percaya pada vaksin Astrazeneca.
“Menerima vaksin sejauh ini merupakan pilihan teraman dalam hal meminimalkan risiko individu terkena penyakit serius atau kematian,” ujar Finn.
Menerima vaksin sejauh ini merupakan pilihan teraman dalam hal meminimalkan risiko individu terkena penyakit serius atau kematian
Sementara Belanda menangguhkan penggunaan vaksin Covid-19 dari Astrazeneca hingga 7 April. Kemenkes Belanda mengatakan, pemberian vaksin Astrazeneca untuk orang yang berusia di bawah 60 tahun telah dihentikan sementara. Keputusan diambil beberapa hari setelah Jerman juga menangguhkan penggunaan Astrazeneca untuk kelompok di bawah usia 60 tahun.
Sebuah organisasi Belanda yang memantau efek samping vaksin telah menerima lima laporan terkait pembekuan darah dan jumlah trombosit darah yang rendah setelah vaksinasi. Kantor berita DPA melaporkan satu orang meninggal dunia. Semua kasus terjadi antara tujuh dan 10 hari setelah vaksinasi dan semua orang yang terkena adalah perempuan berusia antara 25 dan 65 tahun.
Investigasi sedang dilakukan untuk memastikan apakah ini disebabkan oleh vaksinasi. Organisasi pemantau vaksin mengatakan lima kasus dilaporkan dari sekitar 400 ribu orang telah divaksinasi di Belanda dengan Astrazeneca.
“Saya pikir sangat penting bahwa laporan Belanda juga diselidiki dengan baik. Kita harus berbuat salah di sisi hati-hati,” ujar Menteri Kesehatan Hugo de Jonge, dilansir Aljazirah.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.