Jakarta
Anies Keluarkan Kepgub Proyek MRT Rute Kota-Ancol
Pembangunan MRT fase II diharapkan terintegrasi dengan halte Transjakarta.
JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sedang melanjutkan pembangunan MRT fase II rute Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat (Jakpus) hingga Ancol, Jakarta Utara (Jakut). Guna memastikan kelancaran pembangunan tersebut, Gubernur Anies Rasyid Baswedan menerbitkan Keputusan Gubernur (Kepgub) DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2021 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Jalur Mass Rapid Transit (MRT) Koridor Kota-Ancol Barat.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI, Syafrin Liputo, mengatakan, pembangunan MRT merupakan upaya Pemprov DKI dalam mengurai kemacetan di Ibu Kota. Adapun rute Bundaran HI-Ancol memiliki panjang sekitar 11,8 kilometer. Saat ini, pengerjaan MRT baru fase IIA rute Bundaran HI-Monas.
Menurut Syafrin, hadirnya MRT bertujuan mengajak masyarakat untuk semakin memanfaatkan transportasi publik sekaligus meninggalkan kendaraan pribadi. "Selain itu, turut menstimulasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan layanan transportasi yang efisien, termasuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup," kata Syafrin di Jakarta, Selasa (30/3).
Syafrin menjelaskan, Pemprov DKI bakal melakukan pengadaan tanah untuk mendukung kelancaran pembangunan sarana dan prasarana di jalur MRT, khususnya rute Kota-Ancol. Hal itu sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Sesuai rencana, diperkirakan perlu pembebasan lahan seluas 196,292 meter persegi (m2). Lahan itu terletak di lokasi Stasiun Mangga Dua, Kelurahan Mangga Dua Selatan, Kecamatan Sawah Besar, Jakpus; Stasiun Ancol Marina, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakut; dan Stasiun Ancol Barat, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakut.
"Pelaksanaan pengadaan tanah ini direncanakan pada tahun 2021 sampai dengan 2023. Sedangkan, untuk pembangunan fisiknya rencananya dilakukan pada tahun 2023 atau setelah pengadaan tanah selesai," jelas Syafrin.
Pembiayaan pengadaan tanah tersebut berasal dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) DKI. Namun, besarannya masih belum ditentukan. Sementara itu, untuk penempatan prasarana Stasiun MRT disesuaikan dengan kondisi lapangan yang didukung kajian teknis dari PT MRT Jakarta.
Syafrin menyebut, kehadiran MRT mampu menumbuhkan budaya transportasi baru bagi warga Jakarta. Hal itu dengan semakin banyaknya orang yang berpindah dari penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik. Sebagai catatan, sebelum pandemi Covid-19 pada Maret 2020, penumpang MRT rata-rata mencapai 80-an ribu per hari. Sedangkan, pada Februari 2021 angkanya di kisaran 20-an ribu per hari.
Syafrin menyatakan, MRT kini menjadi bagian dari integrasi antarmoda transportasi di Ibu Kota melalui program JakLingko. Sehingga, masyarakat yang ingin bepergian di Jakarta kini semakin terasa mudah dan nyaman.
Pengamat Institute for Trasportation and Development Policy (ITDP), Yoga Adiwinata, menginginkan agar pembangunan fase II MRT terintegrasi seluruhnya dengan halte Transjakarta. Yoga tidak kasus pembangunan Stasiun ASEAN tidak terintegrasi dengan halte CSW. Padahal, halte Transjakarta Koridor 13 tersebut berada di jalur antara Stasiun ASEAN dan Blok M.
Pun Stasiun Bendungan Hilir dan Setiabudi yang tidak terkoneksi dengan halte Transjakarta. "Harapannya stasiun-stasiun itu bisa terkoneksi dengan halte Transjakarta di Stasiun MRT Bundaran HI yang memiliki jalur bawah tanah dengan halte Transjakarta di lokasi yang sama," kata Yoga, beberapa waktu lalu.
Lihat postingan ini di Instagram
Tepat waktu
Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda), William P Sabandar, menjelaskan, selama dua tahun MRT beroperasi, telah mengangkut sekitar 35,5 juta penumpang. Dia menjelaskan, aspek keselamatan penumpang menjadi faktor utama dalam operasional MRY. Itulah sebabnya tidak ada kasus kecelakaan dalam dua tahun terakhir di MRT. "Kita mengangkut sekitar 35,5 juta orang. Memang menurun di tahun lalu, tetapi ini pencapaian yang luar biasa di tengah pandemi," kata William, belum lama ini.
William menjelaskan, dari segi operasional, ketepatan waktu kedatangan yang dicapai MRT konsisten hampir 100 persen, yaitu tepatnya 99,93 persen. Selain itu, ketepatan waktu berhenti (dwelling time) mencapai 99,97 persen dan ketepatan waktu tempuh kereta (travelling time) mencapai 99,95 persen. MRT juga mencatat telah melakukan 155.640 total perjalanan dalam dua tahun terakhir, tanpa adanya pembatalan perjalanan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.