Kisah Dalam Negeri
Tangis Doni di Penganugerahan Honoris Causa
Doni mengaku sudah terlatih berada di hutan saat penugasan operasi militer.
OLEH FEBRIANTO ADI SAPUTRO
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo tak kuasa menahan tangis usai menerima gelar Doktor Kehormatan atau Honoris Causa dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Sabtu (27/3). Ia sempat menghentikan orasi, menahan isak tangis sebelum menyudahi pidato penganugerahan gelar Honoris Causa bidang Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
“Saya akan mempertanggungjawabkan penghargaan dan kepercayaan yang diberikan oleh IPB University,” tutur Doni tak kuasa menahan haru di hadapan senat akademik IPB, Sabtu (27/3). Ia mengaku, gelar yang diberikan untuknya ini menjadi energi baru terhadap upaya penyelamatan lingkungan di Indonesia.
Doni mengucapkan terima kasih kepada pihak yang selama ini membantu dirinya mengumpulkan bukti pendukung usulan penganugerahaan gelar kehormatan doktor honoris causa. Dia juga berterima kasih kepada keluarga besar TNI dan BPBD, dan keluarga besarnya. "Salam tangguh, salam kemanusiaan, kita jaga alam, alam jaga kita," ujarnya.
Melalui orasi akademiknya berjudul 'Model Tata Kelola Sumber Daya Alam dan Lingkungan', Doni mengaku sudah terlatih berada di hutan saat penugasan operasi militer. Ia mengaku, banyak belajar mengenali jenis tanaman di hutan. “Saya berkomitmen untuk menanam, merawat, dan melestarikan tanaman di manapun saya berada,” tegasnya.
Doni mengatakan komitmen itu ia mulai dari menanam pohon di asrama Brigif Para Rider III/Tri Budi Sakti, Kostrad di Kariango, Sulawesi Selatan. Dilanjutkan dengan pembibitan trembesi serta menanam di banyak tempat di Sulawesi Selatan, termasuk di lapangan Karebosi, dan Bandara Sultan Hasanuddin. Setelah pindah tugas ke Paspampres di Jakarta, komitmen itu ia lanjutkan dengan membuat kebun bibit trembesi di Cikeas akhir November 2008.
Pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2009 bibit trembesi dibagikan di Istana Merdeka. "Tahun 2010 saya mengembangkan kebun bibit di Rancamaya. Seratus bibit trembesi ditanam di Bogor, Cianjur, dan Sukabumi, dan DKI serta di sepanjang jalan Kota Kudus, Jawa Tengah," ujarnya.
Ia menjelaskan alasan dirinya memilih trembesi berdasarkan pengamatan terhadap bangunan peninggalan Belanda. Dari pengamatannya, setidaknya ada tiga jenis tanaman yang ada di sekitar bangunan peninggalan Belanda. Yakni, trembesi, beringin, dan asam. Selain itu, berdasarkan penelitian dosen Fakultas Kehutanan IPB, Ended N Dachlan, pohon trembesi adalah penyerap polutan terbaik. "Sangat cocok untuk penghijauan di kota," tutur Doni.
Saya berkomitmen untuk menanam, merawat, dan melestarikan tanaman di manapun saya berada.
Rektor IPB Arif Satria menuturkan, Senat Akademik IPB menilai Doni berhasil dalam pengelolaan lingkungan. Menurutnya, gagasan 'Emas Biru dan Emas Hijau' yang diinisiasi Doni juga berhasil meredam konflik di kepulauan Maluku.
"Ini adalah sebuah langkah yang baik sekali dalam rangka untuk menciptakan stabilitas sosial dengan pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam secara adil," ujarnya.
Ketua Tim Promotor Honoris Causa Doni Monardo, Hadi Susilo Arifin mengatakan alasan tim promotor mengkaji pemberian gelar kehormatan kepada Doni lantaran dalam kariernya kerap memberikan perhatian terhadap pembangunan pertanian dalam arti luas. Serta melakukan tindakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di tempat ia ditugaskan.
"Ia menjadi satu-satunya perwira tinggi TNI yang konsisten dengan aksi dan gerakan lingkungan," tegasnya. Tim promotor yang mengkaji pemberian gelar kehormatan tersebut antara lain Prof Dr Ir Hadi Susio Arifin, MS, Prof Dr Ir Widiatmaka DAA, Prof Dr Ir Anas M Fauzi M.Eng, Prof Dr Ir MH Buntoro MAgr, dan Dr Ir Soeryo Ariwibowo MS.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.