Hikmah
Rumus Panjang Umur
Ada rumus beberapa upaya memanjangkan umur menjadi berkualitas dan penuh berkah.
Oleh IMAM NUR SUHARNO
OLEH IMAM NUR SUHARNO
Problem terbesar bagi manusia adalah terbatasnya umur. Meskipun seseorang banyak melakukan amalan saleh, tetap tidak akan dapat menyamai waktu (umur) hidup umat-umat terdahulu.
Rasulullah SAW bersabda, “Umur umatku berkisar antara 60 hingga 70 tahun. Sangat sedikit di antara mereka yang umurnya lebih dari itu.” (HR Tirmidzi).
Masa produktif umur manusia tak lebih dari 23 tahun. Jika seseorang berumur 60 tahun, sepertiganya dipergunakan untuk tidur, jika setiap harinya tidur selama delapan jam.
Lima belas tahun adalah masa anak-anak, puber, dan masa penyesuaian. Sehingga menyisakan 25 tahun. Itu pun masih harus dikurangi waktu untuk makan, buang hajat, dan lainnya, menghabiskan dua jam setiap hari. Jika ditotal, akan menghabiskan dua tahun. Maka, sisanya 23 tahun, inilah masa yang meski diberdayakan sehingga menghasilkan berbagai kebaikan.
Seseorang bisa berumur panjang (secara kualitas) meskipun usianya pendek dan bisa berumur pendek (karena tidak produktif) meskipun usia hidupnya panjang. Semua itu tergantung dari kualitas amal dan kecerdasan dalam memanfaatkan waktu dan kesempatan.
Sebab, kebanyakan manusia itu menyia-nyiakan waktu dan kesempatan dalam hidup. Nabi SAW bersabda, “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR Bukhari).
Muhammad bin Ibrahim Annaim dalam bukunya yang berjudul Kaifa Tuthilu Umraka memberikan rumus beberapa upaya memanjangkan umur menjadi berkualitas dan penuh berkah.
Pertama, menyambung tali silaturahim. Rasul SAW bersabda, “Silaturahim, akhlak yang baik, dan berbuat baik kepada tetangga, dapat meramaikan perkampungan dan memanjangkan umur.” (HR Ahmad dan Baihaki).
Dalam hadis lain, “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahim.” (HR Bukhari dan Muslim).
Kedua, melakukan amalan yang pahalanya berlipat. Rasul SAW bersabda, “Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirian dengan 27 derajat.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis lain, “Barangsiapa pergi ke masjid, tidak menghendaki kecuali mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkannya, ia mendapat pahala seperti orang yang berhaji dengan menyempurnakan hajinya.” (HR Thabrani).
Ketiga, melakukan amalan yang pahalanya tetap mengalir meskipun seseorang telah meninggal dunia. Nabi SAW bersabda, “Jika anak Adam meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa untuknya.” (HR Muslim).
Dengan demikian, jika seseorang dapat memanfaatkan waktu dan kesempatan secara baik, dengan melakukan berbagai amalan yang pahalanya terus mengalir meski telah meninggal dunia maka seakan usianya memanjang karena keberkahannya.
Semoga, Allah menganugerahkan kepada kita kaum Muslimin umur yang berkualitas dan berkah sehingga dapat menjalankan berbagai amalan kebaikan dengan ringan. Amin.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.