Internasional
AAPP: Korban Tewas di Myanmar Lampaui 300 Orang
Jumlah korban kekerasan junta militer Myanmar melampaui angka 300 orang.
YANGON – Jumlah korban kekerasan junta militer Myanmar melampaui angka 300 orang. Pada Jumat (26/3), kelompok independen, Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), menyebutkan bahwa jumlah korban tewas hingga Kamis (25/3) adalah 320 orang. Namun, angka sebenarnya bisa lebih tinggi.
“Kejahatan terhadap kemanusiaan dilakukan setiap hari,” ujar AAPP. AAPP menggambarkan aksi aparat pada Kamis di Taunggyi, Negara Bagian Shan, sebagai aksi mematikan.
“Junta menggunakan peluru tajam, mencoba menciptakan zona pertempuran di kawasan perumahan warga. Akibatnya, empat warga sipil tewas ditembak, salah satu jenazah dibawa aparat.”
AAPP memaparkan, lebih dari itu, pasukan junta menggeledah rumah dan menahan kaum muda serta warga sipil dengan cara kekerasan, menghancurkan motor, mobil, dan barikade. “Mereka menyerbu jalanan tanpa sebab, meneriakkan kata-kata kasar, dan melakukan vandalisme pada properti,” kata AAPP.
Dari para korban, 90 persen korban langsung tewas di tempat. Sedangkan 25 persen dari mereka menderita cedera akibat tembakan di kepala. Ini menimbulkan kecurigaan bahwa tembakan itu memang sengaja membidik orang. Namun, data lengkap tidak ditemukan untuk setiap kematian.
“Semua ini menunjukkan bahwa aparat menerapkan taktik tembak mati untuk menekan aksi unjuk rasa,” ujar lembaga advokasi hak asasi manusia (HAM), Amnesty International, awal Maret.
Pihak junta sendiri menampik tuduhan penggunaan kekerasan berlebihan. Junta mengatakan, tindakan mereka sesuai norma internasional dalam menghadapi situasi yang mereka sebut sebagai “ancaman terhadap keamanan nasional”.
Angka AAPP ditampik junta militer Myanmar. Menurut junta pada Selasa (23/3), jumlah korban sebanyak 164 orang. Delapan aparat dilaporkan tewas. Namun, Reuters menyebutkan, mereka tidak memverifikasi semua laporan angka tentang korban di Myanmar.
Dari rentang usia, 36 persen korban tewas berusia 24 tahun ke bawah. Korban termuda adalah Khin Myo Chit yang baru berusia tujuh tahun. Ia ditembak di Kota Mandalay saat berada di rumah bersama ayahnya.
Sementara itu, korban yang tertua adalah Win Kyi. Kakek berusia 78 tahun ini termasuk di antara 50 orang yang tewas di Distrik Hlaing Thayar, Yangon, pada 14 Maret. Hari itu menjadi hari paling berdarah sejak kudeta militer pada 1 Februari.
AAPP menyebutkan, hingga Kamis, jumlah orang yang ditahan sebanyak 2.981 orang. Mereka didakwa atau dipenjara. Sedangkan sisanya, masih berstatus tahanan atau sedang menanti proses pengadilan.
Penolakan terhadap junta Myanmar kian bangkit setelah Amerika Serikat dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi kepada sejumlah politikus di Myanmar.
Perekonomian Myanmar sudah tergerus akibat pandemi Covid-19. Bank Dunia memperkirakan dalam ulasannya tentang Asia, Jumat (26/3), bahwa perekonomian Myanmar bakal kontraksi hingga 10 persen pada 2021. Ini terjadi setelah sebelumnya tumbuh 1,7 persen pada 2020 dan tumbuh hingga 6,8 persen pada 2019.
Aksi unjuk rasa antikudeta masih berlanjut pada Jumat di berbagai kota di Myanmar. Para pengunjuk rasa seakan tidak mengindahkan taktik kekerasan yang dipakai aparat keamanan.
Pada Jumat sekitar pukul 04.00 waktu Myanmar, sejumlah orang tak dikenal melemparkan bom molotov ke kantor pusat partai pimpinan Aung San Suu Kyi, National League for Democracy (NLD). Orang-orang yang berada di dalam kantor tersebut berhasil mengendalikan api sebelum membesar.
Militer Myanmar melakukan kudeta pada 1 Februari 2021, dengan alasan telah terjadi kecurangan dalam pemilihan umum pada 8 November 2020 lalu. Militer menahan Suu Kyi, Presiden Myanmar Win Myint, dan sejumlah petinggi lain.
Sejak saat itu, muncul aksi massa menentang kudeta militer. Pengunjuk rasa menyebut gerakan mereka sebagai Gerakan Pembangkangan Sipil atau Civil Disobedience Movement (CDM).
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.