Kisah Dalam Negeri
Ratusan Anak Jadi Pasien RSJ Akibat Kecanduan Gawai
Pemprov Jabar berencana menggelar pertemuan membahas hal ini dengan ormas perempuan.
OLEH ARIE LUKIHARDIANTI
Hanya pada Januari 2021, delapan anak di Provinsi Jawa Barat menjadi pasien Rumah Sakit jiwa Cisarua. Lebih ironis lagi, dalam rentang yang sama, sebanyak 200 anak menjadi pasien berobat jalan di tempat yang sama. Mereka, menjadi pasien RSJ Cisarua akibat kecanduan gawai.
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengaku prihatin dengan kondisi ini. Terlebih, saat ini sistem pembelajaran mengharuskan sekolah menerapkan pembelajaran daring. Uu mengigatkan agar orang tua secara ketat membatasi akses gawai pada anak-anak. Berdasarkan data RSJ Jabar, selama 2020 terdapat delapan pasien anak dan remaja yang dirawat jalan karena kecanduan game.
Namun pada Januari dan Februari 2021, sudah ada lima pasien gangguan jiwa yang serupa yang dirawat di RSJ Jabar. "Memang dampak handphone ini sangat luar biasa. Banyak anak-anak yang ketergantungan, kecanduan handphone," kata Uu saat mengunjungi pasien anak kecanduan gawai di RSJ Cisarua, Selasa (16/3).
Sebagian anak dan remaja yang kecanduan gadget ini, awalnya mengalami sejumlah gangguan. Misalnya stres, mengurung diri, tidak punya teman, kemudian saat memegang gawai langsung kecanduan. Di antaranya sampai melakukan tindakan kekerasan dan emosional setelah dipisahkan dengan handphone-nya. Bahkan di antaranya mengalami kekurangan gizi atau penyakit lainnya akibat kesehatannya terganggu.
"Bisa juga karena mereka punya komorbid, penyebab lainnya, kemudian pegang handphone dan akhirnya kelamaan pegang handphone, mereka stres dan tidak suka kalau mereka dilepaskan dari handphone-nya," tutur Uu.
Pemprov Jabar berencana menggelar pertemuan membahas hal ini dengan ormas perempuan seperti Muslimat NU, Persistri, Aisyiyah, Kader Posyandu, Majelis Taklim, PKK, dan PAUD. Pertemuannya khusus mengenai penyelesaian masalah anak-anak dan keluarga terkait kecanduan gawai ini.
"Sehingga masyarakat tidak membiarkan anak terlalu lama dengan handphone, dengan alasan orang tua sibuk dan orang tua pusing atau tidak mau anak rewel. Lebih dari enam jam per hari main handphone ini berbahaya," tegasnya.
Pemprov juga segera menggelar Sekolah Tanpa Gangguan Kendali Gawai (Setangkai) melalui media daring yang dapat diakses para orang tua di Jawa Barat. Sekolah daring tersebut akan diisi narasumber dan pakar kejiwaan. "Ada Setangkai, ini akan segera kami sosialisasikan kepada masyarakat, kami akan mengundang minimal mungkin dengan zoom meeting, sekitar seribu orang yang mengurusi tentang anak-anak," katanya.
Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak pada Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jabar, Ema Kusuma mengaku pihaknya sedang memantapkan konsep sekolah literasi kepada guru, orang tua, anak-anak tersebut.
"Mudah-mudahan akhir bulan ini sudah ada konsepnya. Tujuannya jadi memang kita akan memberikan literasi dan edukasi kepada orang tua, kepada anak, dan kepada guru, untuk penggunaan gawai secara aman dan bijak," kata Ema.
Ia menambahkan, program Setangkai akan diluncurkan pada Mei 2021. Menurutnya, sebagai langkah awal, akan mengadakan diseminasi secara daring yang dengan target seribu orang peserta terkait pengenalan program Setangkai kepada guru, orang tua, dan anak pada Selasa pekan depan
"Jadi mudah-mudahan akhir bulan sudah ada konsep. Setangkai ini program unggulan Gubernur Jabar yang ada di DP3AKB. Kami rencananya akan melakukan launching sekitar bulan Mei 2021," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.