Khazanah
Dorong Peran Kelompok Agama dalam Isu Perubahan Iklim
Peran kelompok beragama harus ditingkatkan dalam upaya menggerakkan isu perubahan iklim.
JAKARTA – Peran kelompok beragama harus ditingkatkan dalam upaya menggerakkan isu perubahan iklim. Jika ini terus digerakkan, kesadaran terhadap dampak perubahan iklim diyakini akan meluas.
Penegasan tersebut disampaikan Ketua Divisi Lingkungan Hidup Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PP 'Aisyiyah, Hening Parlan, dalam agenda daring bertajuk "Sacred People, Sacred Earth: Green Faith Campaign 2020" yang digelar Dompet Dhuafa bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Wastehub, Kamis (11/3).
"Tim riset Amerika menyebutkan, hampir 85 persen umat di dunia ini adalah kelompok beragama. Maka artinya, kalau itu digerakkan melalui umat beragama, maka isu perubahan iklim bisa meluas," ujar dia.
Namun, Hening mengakui, kelompok beragama ini masih minim perannya dalam isu dampak perubahan iklim. Karena itu, kelompok beragama harus digerakkan dan dikuatkan karena perubahan iklim sebenarnya merupakan tantangan dunia internasional yang besar.
“Langkah-langkah penguatan dan mitigasi perubahan iklim ini perlu banyak dilakukan oleh kelompok lintas agama,” kata dia.
Langkah-langkah penguatan dan mitigasi perubahan iklim ini perlu banyak dilakukan oleh kelompok lintas agama.
Ia juga menegaskan, dampak dari perubahan iklim telah begitu nyata. Dia pun menyebut soal ancaman hilangnya 1.500 pulau di Indonesia pada 2050 akibat kenaikan permukaan air laut. Dampak perubahan iklim juga memengaruhi sektor pangan.
Misalnya, menyebabkan kandungan nutrisi pada produk pangan berkurang, rusaknya pasokan pangan karena banjir dan kekeringan, timbulnya banyak penyakit atau hama, dan berkurangnya pasokan air.
“Wajib bagi kita mengantisipasi dampak perubahan iklim agar urusan pangan, kesehatan, lingkungan, bisa kita antisipasi," ujar dia.
Sementara itu, tentang pentingnya peran kelompok beragama disampaikan oleh profesional di bidang energi, Wini Rizkiningayu, dalam forum yang sama. Menurut dia, kelompok beragama harus menjadi salah satu motor penggerak dalam menyadarkan masyarakat tentang betapa pentingnya energi bersih sehingga bisa membantu mengatasi krisis iklim global.
Kita adalah manusia beragama, dan salah satu motor penggerak adalah iman.
“Kita adalah manusia beragama, dan salah satu motor penggerak adalah iman," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI, KH Wahfiudin Sakam, mengingatkan tentang kekuasaan Allah SWT yang menciptakan alam semesta dengan penuh keseimbangan. Karena itu, sepatutnya manusia tidak merusak tatanan alam semesta ini.
Dalam kesempatan itu, Kiai Wahfiudin juga menyoroti soal sampah. Dia mengatakan, untuk mengatasi sekaligus mengurangi dampak sampah, diperlukan pendekatan komunitas. Menurutnya, cara ini efektif untuk menggalang kekuatan dan aktivitas mengurangi dampak sampah.
“Termasuk juga limbah yang kemudian dapat dikonversi menjadi eco-engine. Dan MUI sudah memiliki lembaga pemuliaan lingkungan hidup dan sumber daya alam,” katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.