Hikmah
Rahasia Mawas Diri
kita harus mawas diri dalam berinteraksi dengan semua orang yang ada di sekitar kita.
Oleh ABDUL SYUKUR
OLEH ABDUL SYUKUR
Ali Zainal Abidin bin Husen pernah mengungkapkan, “Allah menyembunyikan tiga perkara dalam tiga perkara. Allah menyembunyikan ridha-Nya dalam amal ketaatan, menyembunyikan kemurkaan-Nya dalam perbuatan maksiat, dan menyembunyikan wali-Nya di antara makhluk-makhluk-Nya.”
Ketiga hal ini senyatanya adalah rahasia umum karena di balik ketiganya tersimpan rahasia yang sangat nyata meski secara tersirat. Pertama, Allah menyembunyikan ridha-Nya dalam amal ketaatan. Ketika Allah meridhai semua amal ketaatan, hanya niat dan kondisi hati orang yang melakukan amal ketaatan itu yang bisa menghalangi keridhaan Allah.
Karena keridhaan Allah dirahasiakan di balik amal ketaatan, kita harus hati-hati dalam melakukan setiap amal ketaatan. Bisa jadi amal ketaatan yang kita lakukan tidak diterima di sisi Allah. Sementara kita mengira amal ketaatan tersebut sudah diterima atau diridhai oleh Allah.
Begitu pula sebaliknya. Saat kita melakukan amal ketaatan yang menurut kita kecil atau kurang berharga, tapi nyatanya diterima oleh Allah SWT.
Hikmah yang bisa kita petik dari poin ini adalah tidak boleh meremehkan suatu amal ketaatan tertentu sekecil apa pun amalan itu. Sebagaimana kita juga tidak boleh membanggakan suatu amal ketaatan tertentu betapa pun besarnya nilai amal itu menurut kita.
Kedua, Allah menyembunyikan kemurkaan-Nya dalam perbuatan maksiat. Allah mencintai amal kebaikan dan membenci atau murka pada perbuatan maksiat. Tidak ada keburukan atau maksiat yang diridhai oleh Allah. Semua perbuatan maksiat pasti dibenci oleh Allah.
Karena itu, kita harus berhati-hati ketika sedang bermaksiat kepada Allah. Adapun yang diingat bukan kecil besarnya maksiat itu, melainkan yang harus terpatri di hati kita adalah bahwa semua kemaksiatan itu dimurkai oleh Allah.
Terkadang seorang hamba merasa ringan hati dan tanpa beban ketika melakukan perbuatan maksiat karena merasa bahwa Allah Maha Menerima Tobat. Namun, nyatanya yang harus kita khawatirkan adalah kesempatan dalam bertaubat itu atau kemurkaan Allah ketika kita menganggap remeh suatu perbuatan maksiat.
Allah memang Maha Penerima Tobat. Namun, kita tidak tahu apakah tobat kita sudah benar sehingga diterima oleh Allah ataukah kita salah langkah sehingga malah mendapat murka-Nya. Hikmah dari prinsip ini adalah jangan sampai kita merasa ringan hati saat melakukan perbuatan maksiat karena sekecil apa pun perbuatan maksiat itu terselip murka Allah SWT.
Ketiga, Allah menyembunyikan wali-Nya di antara makhluk-makhluk-Nya. Wali Allah maksudnya adalah kekasihnya, orang yang dicintai dan disayangi oleh Allah sehingga semua yang dicintainya juga dicintai Allah dan yang dibencinya juga akan dimurkai Allah.
Karena itu, kita harus mawas diri dalam berinteraksi dengan semua orang yang ada di sekitar kita. Sebab, kita tidak tahu siapa di antara mereka yang menjadi wali atau kekasih Allah.
Kewaspadaan seperti ini menjadikan kita selalu berhusnuzan kepada orang lain dan tak sedikit pun terbersit keinginan untuk menyakiti mereka. Wallahu a’lam bishawab.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.