Kabar Utama
Varian Baru Virus Masuk Indonesia, Perjalanan Diperketat
Penemuan kasus virus baru bermula dari pemeriksaan 462 spesimen dari seluruh wilayah Indonesia
JAKARTA -- Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan, mutasi virus SARS-CoV-2 yang diberi sandi B117 kini telah masuk di Indonesia. Sedikitnya dua kasus penularan virus mutasi yang berawal di Inggris itu terkonfirmasi pada Senin (1/3) malam.
Penemuan penularan mutasi baru tersebut bertepatan dengan setahun sejak dua kasus perdana Covid-19 diumumkan di Indonesia. “Kalau setahun lalu menemukan kasus 01 dan 02 Covid-19, dan tadi saya mendapatkan informasi menemukan mutasi B117 dari Inggris di Indonesia. Ini fresh from the oven, tadi malam ditemukan dua kasus," ujarnya saat mengisi konferensi virtual, Selasa (2/3).
Ia menjelaskan, penemuan kasus itu bermula dari pemeriksaan 462 spesimen atau sampel dari seluruh wilayah Indonesia dalam beberapa bulan ini. Ia menegaskan, ditemukannya varian baru virus korona artinya Indonesia menghadapi pandemi ini dengan tingkat kesulitan semakin berat.
"Tantangan baru ke depan harus lebih mengembangkan supaya proses riset lebih cepat, penanganan lebih baik, dan studi epidemiologis secara analitik karena proses mutasi ada di sekitar kita," ujarnya.
Ia berharap kolaborasi yang dikerjakan Kemenkes, Kemenristek/BRIN, dan masyarakat bisa membawa hal positif dan keluar dari pandemi ini, masuk dalam lingkup endemi, bahkan kalau memungkinkan bisa memicu eradikasi.
Ia mengakui, tak ada yang tahu proses penularan virus ini berjalan hingga kapan. Ia juga tak tahu pasti apakah budaya baru yang dijalankan masyarakat seusai pandemi bisa berjalan sampai kapan. "Kini kami bertumpu pada apa yang dilakukan teman-teman riset melakukan inovasi yang mempunyai model akselerasi yang lebih cepat," katanya.
Terkait temuan varian baru, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan pemerintah akan memperketat pengawasan akses perjalanan internasional menyusul temuan dua kasus mutasi virus jenis baru.
"Varian B117 ditemukan di Indonesia. Petugas di pintu kedatangan bersama unsur lembaga terkait dan satgas akan melakukan monitoring di lapangan," kata Wiku Adisasmito, kemarin.
Wiku mengemukakan pengetatan pengawasan difokuskan pemerintah di berbagai pintu masuk kedatangan internasional. "Adanya temuan ini ditindaklanjuti melalui penelusuran untuk mencegah penularan. Pengawasan di pintu masuk kedatangan," katanya.
Kebijakan perjalanan internasional yang dilakukan oleh pemerintah, kata Wiku, akan bersifat adaptif dengan situasi yang ada.
Dilansir sciencemag.org, varian baru SARS-CoV-2 yang diberi kode B117 pertama kali terdeteksi di Kent dan London, Inggris, pada 20-21 September 2020. Sejak itu, varian tersebut dengan lekas menyebar dan pada Desember 2020 telah meliputi 60 persen penularan di seantero Inggris.
B117 diketahui berevolusi dengan sangat cepat. Sejauh ini, 17 mutasi telah terdeteksi pada varian itu, hal yang belum pernah terjadi pada varian virus lain. Sejumlah mutasi pada varian baru tersebut dinilai mengkhawatirkan dengan salah satu perkiraan menyebut dapat meningkatkan daya tular mencapai 70 persen.
Para ilmuwan di New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (Nervtag), Inggris, juga menyimpulkan pada pekan lalu, varian baru dapat meningkatkan tingkat kematian akibat Covid-19 mencapai 30 persen hingga 40 persen. Meski demikian, beberapa ahli menilai masih terlalu dini untuk menyimpulkan tingkat kematian tersebut.
Alasan meningkatnya kematian masih tidak jelas, tetapi mungkin terkait dengan mutasi, disebut sebagai N501Y, yang memungkinkan virus menginfeksi sel dengan lebih mudah, membuatnya sekitar 50 persen hingga 70 persen lebih mudah menular. Kehilangan rasa dan hilangnya bau secara signifikan lebih jarang terjadi pada varian baru yang kompatibel positif dibandingkan dengan varian yang lebih lama.
“Sedangkan, gejala lain lebih umum pada varian baru yang kompatibel positif. Tidak ada bukti perbedaan gejala gastrointestinal, sesak napas, atau sakit kepala,” ujar Lawrence Young, seorang profesor onkologi molekuler di University of Warwick.
Ia mengatakan, mutasi pada varian virus Inggris dapat memengaruhi gejala yang terkait dengan infeksi.
Varian baru Covid-19 memiliki 23 perubahan dibandingkan dengan virus asli Wuhan. Beberapa dari perubahan itu terdapat di berbagai bagian virus yang dapat memengaruhi respons kekebalan tubuh dan juga memengaruhi rentang gejala yang terkait dengan infeksi.
Kementerian Kesehatan belum melansir rentetan penularan varian baru tersebut di Indonesia. Kendati demikian, pekan lalu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, sebanyak 53.118 pelaku perjalanan internasional masuk Indonesia sejak 28 Desember 2020 hingga 16 Februari 2021. Mereka terdiri atas 43.495 WNI dan 9.746 WNA.
Berdasarkan hasil data screening diketahui sebanyak 738 pelaku perjalanan terdeteksi positif Covid-19 pada swab pertama. Sebanyak 320 orang kemudian lolos pada tes pertama dan menunjukan hasil positif pada tes swab berikutnya.
Data tersebut menunjukan, hasil negatif yang ditunjukan pelaku perjalanan yang memasuki Indonesia tidak menjamin seseorang benar-benar negatif.
Wiku menyatakan, pembatasan dan juga pengawasan dilakukan untuk mencegah masuknya varian baru Covid-19 dari negara lain, seperti SARS-CoV-2 varian B117. “Pemerintah sangat bekerja keras untuk membentuk kebijakan yang andal untuk dijadikan pedoman, termasuk melakukan revisi sesuai dengan update terkini Covid-19 di dunia,” ujar dia.
Epidemiolog dari Universitas Andalas, Defriman Djafri, sebelumnya mengatakan, mutasi virus korona sangat mungkin terjadi juga di Indonesia. "Faktor yang paling besar memengaruhi mutasi virus ini adalah faktor dari inangnya dalam mereplikasi atau berkembang biak. Ini menjadi tolok ukur, di mana mutasi virus korona yang baru bisa lebih berbahaya daripada yang sebelumnya," kata Defriman kepada Republika.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam pengendalian virus korona ini, menurut Defriman, adalah tingkat penularan dan severitas terhadap kematian. "Ini dilaporkan 10 kali lebih menular, tetapi belum tentu mematikan dibandingkan dengan varian sebelumnya. Mutasi virus dilaporkan, penularan yang lebih cepat memungkinan mengubah jalur pemajanan infeksi," ucap Defriman.
Defriman menilai hal itu yang perlu dipertimbangkan untuk antisipasi ke depan. Penerapan protokol kesehatan dengan intervensi kebijakan dan penegakan hukum diharapkan dapat dilakukan dengan efektif untuk mengurangi risiko penularan dan meminimalkan ancaman varian virus baru.
Ia juga berharap vaksin yang ada sekarang dapat disesuaikan dengan jenis varian virus baru yang berkembang saat ini. "Efektivitas vaksin benar-benar diharapkan mampu mengendalikan dan mengurangi morbiditas dan mortalitas dari pandemi Covid-19 di Indonesia," kata Defriman.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.