Khazanah
Filantropi Muhammadiyah Jangkau Mancanegara
Filantropi Muhammadiyah sudah bergerak sejak lama.
JAKARTA -- Muhammadiyah memiliki beragam platform kemanusiaan (filantropi), seperti Lazismu, Muhammadiyah Aid, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU), dan Majelis Pelayanan Sosial (MPS). Tak hanya di tingkat lokal, kiprah gerakan kemanusiaan Muhammadiyah telah menjangkau mancanegara.
“Filantropi Muhammadiyah sudah bergerak lama dan tertua, bukan hanya bergerak di lokal, melainkan juga internasional,” kata Wakil Ketua Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional PP Muhammadiyah, Sudibyo Markus, dalam diskusi virtual bertema "Menentukan Strategi Gerakan Filantropi Muhammadiyah", Sabtu (20/2).
Ia menerangkan, pada era 90-an, peran filantropi masih dipandang sebelah mata. Kala itu, opini masyarakat tentang lembaga filantropi masih sangat rendah. Para aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau non-governmental organization (NGO) belum mendapatkan apresiasi dari publik.
“Titik balik filantropi terjadi ketika terjadi bencana di Aceh. Peristiwa itu menjadikan orang-orang sadar bahwa filantropi tidak bisa disisihkan dan dianggap sebagai kegiatan kurang penting,” ujar perintis gerakan kemanusiaan Muhammadiyah ini.
Berkaca dari bencana tsunami di Aceh tersebut, ia semakin yakin bahwa filantropi adalah sebuah kebutuhan yang nyata untuk umat manusia. Seiring berjalannya waktu, saat ini filantropi menjadi salah satu dari empat pilar sustainable development goal (SDGs).
Pengakuan tersebut tidak bisa dilepaskan dari cepatnya adaptasi yang dilakukan lembaga-lembaga filantropi untuk mengembangkan jati diri dan profesionalisme.
Seiring berjalannya waktu, kegiatan filantropi terus mendapat pengakuan positif dari berbagai kalangan. Saat ini, berbagai negara di dunia sudah memiliki lembaga filantropi masing-masing. Sudah ada pula perkumpulan lembaga filantropi internasional.
Sudibyo mengaku senang dan bangga atas perkembangan dan pencapaian program-program kemanusiaan Muhammadiyah dan lembaga filantropi Islam lainnya. “Saya senang melihat dinamika MDMC, Lazismu, Muhammadiyah Aid, maupun gerakan filantropi lainnya,” kata pendiri Humanitarian Forum Indonesia itu.
Dia pun menyarankan para aktivis kemanusiaan untuk terus menjalin kerja sama dengan para pemangku kepentingan terkait untuk meluaskan dan meningkatkan kiprah filantropi, baik dalam skala nasional maupun internasional. Dia juga berharap filantropi Islam dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya mereka yang membutuhkan.
View this post on Instagram
Mengenai kiprah gerakan filantropi Muhammadiyah yang telah menjangkau mancanegara juga disampaikan Wakil Ketua MDMC, Rahmawati Husein. "Yang sudah cukup lama itu mulai tahun 2000-an itu ke Somalia dan Palestina, kita selalu memberikan bantuan dana, kemudian dana dan tenaga atau tim respons kita pernah ngirim juga ke Filipina, Nepal, Myanmar, dan Bangladesh yang jumlahnya cukup signifikan,” ujar dia.
Menurut dia, kerja kemanusiaan yang dilakukan Muhammadiyah bersifat inklusi, artinya tidak membedakan agama, kepercayaan, suku, jenis kelamin, kedudukan sosial, dan lain-lain. “Kemanusiaan dalam arti spesifik adalah membantu masyarakat ketika terjadi bencana, baik alam maupun nonalam, serta konflik dan perang.’’
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.