Silaturahim
Peran Wanita Ahli Alquran Bagi Bangsa
Dari sepuluh orang Muslim terdapat lima orang yang buta huruf Alquran.
OLEH ANDRIAN SAPUTRA
Eksistensi para pendakwah wanita atau mubaligah yang juga mempunyai kompetensi dalam ilmu Alquran serta berpredikat sebagai penghafal Alquran (hafizah) di Indonesia masih terhitung dengan jari. Di sisi lain, masyarakat yang masih buta huruf dan baca Alquran pun jumlahnya masih sangat banyak.
Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri. Rektor Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Prof Dr Hj Huzaemah T Yanggo menilai, Muslimah khususnya mereka yang mempunyai kompetensi akademik dalam bidang Ilmu Alquran sangat sekali dibutuhkan dan penting peranannya dalam penguatan bangsa.
Karena itu, menurut Prof Huzaemah, para sarjana Alquran khususnya lulusan IIQ semestinya dapat menggerakkan lembaga atau majelis kajian di tiap daerah secara optimal sehingga dapat membimbing masyarakat yang belum bisa membaca Alquran.
Huzaemah mengatakan, berdasarkan penelitian Kementerian Agama ditemukan data dari sepuluh orang Muslim terdapat lima orang yang buta huruf Alquran. Karena itu, menurut Huzaemah, pemberantasan buta huruf Alquran juga menjadi tugas para mubaligah dan khususnya alumni IIQ.
"Ini sebagai salah satu tugas alumni IIQ di mana pun berada karena ini juga termasuk penegakan pembangunan bangsa. Indonesia dikatakan Muslim terbesar, tidak wajar kalau 50 persen saja yang bisa membaca Alquran. Maka, ini bidangnya alumni IIQ yang akan mengajarkan pada orang yang masih buta aksara Alquran, ini juga sebagai cara penguatan bangsa," kata Prof Huzaemah dalam pengajian perdana yang dibuka Ikatan Sarjana IIQ Jakarta (ISAI) beberapa waktu lalu.
Di Indonesia ini juga masih kurang sekali yang bisa qiraat, tetapi di IIQ adalah gudangnya.Jadi saya berharap bisa menyebarkan ke seluruh Indonesia.
Menurut Prof Huzaemah, keahlian alumni IIQ dalam mengajarkan Alquran sudah tidak diragukan lagi. Para mahasiswa IIQ dibekali berbagai metode belajar Alquran yang dapat diajarkan untuk membantu masyarakat yang belum bisa membaca Alquran semisal metode Maisura, metode al-Baghdadi dan lainnya.
Tak hanya itu, menurut Prof Huzaemah yang tidak kalah penting juga adalah menyebarkan semangat untuk menghafalkan Alquran. Karena itu, Prof Huzaemah mengajak agar alumni IIQ juga meng arahkan generasi muda wanita Muslim yang bersemangat menjadi hafidzah agar diarahkan untuk mengambil studi di IIQ.
"Di Indonesia ini juga masih kurang sekali yang bisa qiraat, tetapi di IIQ adalah gudangnya.Jadi saya berharap bisa menyebarkan ke seluruh Indonesia," kata Huzaemah.
Lebih dari itu, Prof Huzaemah menjelaskan, sebagai upaya Muslimah untuk menguatkan bangsa adalah dengan cara menghidupkan pengajian di setiap daerah. Menurut Prof Huzaemah, alumni IIQ mempunyai kompetensi yang mumpuni menjadi seorang mubaligah.
Dengan dibekali bidang pendidikan sesuai kon sentrasi jurusan, menurut Prof Huzaemah para alumni IIQ akan dapat lebih mudah dalam memberikan penyuluhan agama kepada sesama wanita Muslim karena mempunyai bekal hafalan Alquran.
Menurut Prof Huzaemah, perempuan Muslim saat ini harus dapat mampu berkiprah di berbagai bidang. Di sisi lain, dia menjelaskan, Muslimah juga berperan penting menguatkan rumah tangga.
Menurut dia, kemajuan suatu bangsa dibangun mulai dari pendidikan keluarga. Peran seorang perempuan sangat penting di dalamnya. Karena itu, perempun Muslim yang mempunyai bekal pengetahuan ilmu Alquran dan hafidzah akan mampu mencetak generasi penerus yang juga dekat dengan Alquran.
Prof Huzaemah juga mengatakan, saat ini banyak sektor yang sangat membutuhkan orang-orang yang pakar di bidang syariat dan Alquran. Sebagai misal, industri pasar modal syariah, perhotelan syariah dan lainnya. Hal itu membuka peluang besar bagi lulusan IIQ yang ditempa dengan penjurusan syariah dan Alquran.
"Bangsa bobrok disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan, karena itu kita harapkan banyak penyuluh-penyuluh, penceramah dari perempuan. Walau kita perempuan tetapi kita juga bisa membangun negara ini sesuai dengan keahlian masing-masing," kata dia.
Ketua ISAI Ustazah Maria Ulfah mengatakan, pengajian ISAI akan rutin digelar secara virtual dalam kondisi pandemi Covid-19 yang masih terjadi. Ia berharap seluruh wanita Muslim khususnya alumni IIQ di berbagai daerah dapat berpartisipasi dalam kajian tersebut sehingga memperoleh bekal dan memperbaharui wawasan untuk bisa lebih mudah dalam berdakwah di daerah masing-masing.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.