Pesawat Bombardier CRJ 1000NextGen yang disewa maskapai Garuda melakukan pendaratan di Bandara Sultan Hasanuddin, Makasar, beberapa waktu lalu. | Republika/Edwin Dwi Putranto

Kabar Utama

Garuda Kembalikan Pesawat Bombardier

Selain dugaan suap, pesawat Bombardier CJ-1000 dikembalikan karena merugikan Garuda.

JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir mengambil langkah tegas terkait adanya dugaan suap pengadaan pesawat Bombardier CRJ 1000 oleh Garuda Indonesia. Sebanyak 12 pesawat Bombardier CRJ 1000 bakal dikembalikan sebagai langkah mengakhiri kontrak operating lease secara sepihak dengan Nordic Aviation Capital (NAC) yang jatuh tempo pada 2027.

Erick menjelaskan, keputusan ini mempertimbangkan tata kelola perusahaan yang baik dengan melihat keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta penyelidikan Serious Fraud Office (SFO) Inggris terhadap indikasi pidana suap dari pihak pabrikan kepada oknum pimpinan Garuda saat proses pengadaan pesawat pada 2011. "Ini poin yang menjadi landasan," ujar Erick saat jumpa pers virtual bersama Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra. di Jakarta, Rabu (10/2).

Serious Fraud Office (SFO) pada November 2020 mengumumkan sedang melakukan penyelidikan terhadap produsen pesawat Kanada, Bombardier. SFO menyampaikan, penyelidikan ini menyasar pada dugaan penyuapan dan korupsi yang berkaitan dengan pesanan atau kontrak dari Garuda. Nilai kesepakatan kontrak diberitakan mencapai 1,32 miliar dolar AS.

Erick mengatakan, praktik suap dan kondisi force majeure akibat pandemi Covid-19 menjadi dua alasan kuat bagi Garuda untuk mengakhiri kontrak dengan NAC. Erick menyampaikan, keputusan Garuda mengakhiri kontrak dengan NAC menjadi ketegasan Indonesia dalam menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dan menciptakan ekosistem bisnis yang baik.

Ia mengungkapkan, manajemen Garuda sebelumnya telah melakukan negoisasi, namun diabaikan oleh pihak NAC. "Negosiasi kita bertepuk sebelah tangan. Kita juga bisa tepuk tangan sendiri, kita ambil posisi, kita kembalikan. Kita tidak mau dilecehkan karena ada dua isu, yakni kasus hukum dan force majeure karena Covid-19," ucap Erick.

Erick mengatakan, efisiensi menjadi kunci di segala lini di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Penyelesaian kontrak sewa pesawat Bombardier CRJ 1000 disebutnya menjadi bentuk efisiensi bagi perusahaan. Dari data-data yang ada, kata Erick, Garuda Indonesia menjadi salah satu perusahaan penerbangan yang biaya leasing-nya paling tinggi di dunia, yaitu sebanyak 27 persen.

Ada sebanyak 18 armada Bombardier CRJ 1000 yang dioperasikan Garuda, 12 di antaranya menggunakan skema operating lease dari perusahaan lessor pesawat yang berbasis di Denmark, NAC, Sedangkan 6 armada lainnya menggunakan skema financial lease dengan penyedia financial lease, Export Development Canada (EDC).

photo
Petugas menyiapkan pesawat Bombardier CRJ 1000 NextGen milik maskapai Garuda Indonesia berkapasitas 100 tempat duduk di Bandara Rendani Manokwari, Papua Barat. - (ANTARA FOTO)

Masa sewa 12 armada Bombardier CRJ 1000 milik NAC selama 12 tahun dengan periode pengiriman pada 2012 hingga 2015. Sehingga pesawat terakhir yang diterima Garuda memiliki masa sewa hingga 2027.  Sedangkan masa sewa untuk enam armada CRJ 1000 skema financial lease dengan EDC berjangka waktu 10 tahun  yang periode jatuh temponya hingga 2024.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, pengembalian 12 pesawat Bombardier CRJ 1000 merupakan keputusan terbaik dalam memperbaiki kondisi keuangan perusahaan. Irfan mengatakan, proses negoisasi untuk mengakhiri kontrak dengan NAC sudah berjalan cukup lama. Menurut Irfan, Bombardier CRJ 1000 tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada di pasar Indonesia.

"Kami dari tahun ke tahun mengalami kerugian dengan menggunakan pesawat ini, ditambah dengan kondisi Covid-19 memaksa kami tidak punya pilihan lain secara profesional untuk menghentikan kontrak ini," ujar Irfan.

Kerugian Garuda saat mengoperasikan Bombardier CRJ 1000 selama delapan tahun rata-rata mencapai 30 juta dolar AS per tahun. Padahal, kata Irfan, biaya sewa pesawat Bombardier CRJ 1000 mencapai 27 juta dolar AS per tahun. "Apabila kita terminasi pada 1 Februari sampai akhir masa kontraknya, kita akan hemat di angka lebih dari 220 juta dolar AS," ucap Irfan.

photo
Pramugari menata barang saat akan melakukan penerbangan menggunakan pesawat Bombardier CRJ 1000 Nextgen dengan ruteJakarta-Banyuwangi di Bandara Belimbing Sari, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. - (Tahta Aidilla/Republika)

Irfan mengatakan upaya early termination telah Garuda sampaikan berulang kali, namun tidak mendapat respons yang positif. Oleh karena itu, Garuda memutuskan secara sepihak menghentikan kontrak dan mengembalikan 12 pesawat CRJ kepada NAC per 1 Februari lalu.

"Status pesawat tersebut ada di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dalam status tidak beroperasi, tidak kami gunakan lagi mulai 1 Februari," kata Irfan.

Pengamat Penerbangan Arista Atmadjati menilai, pemberhentian kontrak Bombardier CRJ 1000 merupakan langkah tepat. Arista menilai Bombardier CRJ 1000 merupakan warisan mantan direktur utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar yang dalam temuan KPK terindikasi korupsi.

Arista menyampaikan, terdapat dua jenis pesawat dengan kapasitas di bawah 100 kursi pada 2009 yakni Bombardier CRJ 1000 dan Embraer dari Brasil. Saat itu, kata Arista, banyak pihak yang menjagokan Embraer untuk dipilih Garuda lantaran memiliki harga dan kualitas lebih baik serta lebih banyak digunakan di Asia. 

"Pada saat akhir yang kepilih Bombardier, di balik cerita kenapa Bombardier kepilih saya tidak tahu juga, rumor-rumor tidak sedap yang muncul dari dulu," ujar Arista saat dihubungi Republika, Rabu (10/2).

photo
Mantan Dirut PT Mugi Rekso Abadi Soetikno Soedarjo meninggalkan ruangan seusai menjalani sidang dakwaan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (26/12/2019). Soetikno didakwa memberikan uang sebesar Rp 5,8 miliar, 884.200 dolar AS, EUR 1.020.975 euro, dan 1.189.208 dolar Singapura kepada Emirsyah Satar yang saat itu menjabat Direktur Utama Garuda Indonesia agar mendapatkan pengadaan mesin pesawat Rolls-Royce serta pesawat Airbus, Bombardier, dan ATR. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/nz - (SIGID KURNIAWAN/ANTARA FOTO)

Arista menilai Bombardier memiliki kelemahan dari sisi kapasitas kargo yang sangat terbatas. Menurut Arista, Bombardier CRJ 1000 lebih cocok sebagai pesawat carter. Keterbatasan kapasitas kargo dalam Bombardier, kata Arista, sangat menghambat upaya Garuda yang tengah fokus dalam sektor kargo di tengah pandemi.  

Pacu Bisnis Kargo

Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir juga mengatakan, keputusan penyelesaian kontrak sewa pesawat Bombardier CRJ 1000 menjadi momentum perbaikan model bisnis PT Garuda Indonesia (Persero). Erick tak ingin Garuda terus berkutat dengan biaya penyewaan pesawat yang menempati pos terbesar dalam kas perusahaan.

Erick mendorong Garuda untuk mengoptimalkan sisi bisnis lain yang potensial saat situasi pandemi ataupun pascapandemi, yakni sektor kargo. "Kargo menjadi dorongan pendapatan yang baik untuk Garuda," ujar Erick saat jumpa pers virtual bersama Dirut Garuda, Irfan Setiaputra, di Jakarta, Rabu (10/2).

photo
Pesawat Bombardier CRJ 1000NextGen milik maskapai Garuda melakukan pendaratan di Bandara Sultan Hasanuddin, Makasar, Jumat (12/10). - (Republika/Edwin Dwi Putranto)

Erick mengatakan, sektor kargo menyumbang 30 persen sampai 40 persen dari pendapatan Garuda saat ini. Erick menyebut Garuda telah melakukan pengiriman kargo di berbagai rute, mulai dari Manado ke Jepang hingga rute Sumatra ke Cina. "Bukan tidak mungkin ke depan, lumbung pangan ikan yang ada di Maluku, kita jadikan juga kargo untuk dikirim ke Cina, Jepang, dan lain-lain," katanya.

Selain kargo, Erick mendorong Garuda memaksimalkan potensi penerbangan domestik setelah adanya program vaksinasi. Erick menyebut 90 persen penerbangan di Indonesia sebelum pandemi merupakan penerbangan domestik.

Erick juga ingin mengubah sistem penyewaan pesawat yang selama ini sangat membebani Garuda Indonesia. Erick menilai, industri pesawat akan mengalami perubahan, mengingat adanya dampak pandemi yang membuat banyak pesawat tidak beroperasi. Erick ingin kerja sama penyewaan pesawat harus saling menguntungkan.

Erick menyebut Indonesia memiliki kekuatan dan daya tawar yang besar dari sisi pasar. Kekuatan ini yang seharusnya, menjadi kekuatan Indonesia dalam bernegosiasi. "Jadi bukan asal beli atau sewa, ini komitmen dari direksi, komisaris, dan kementerian BUMN," katanya.

 
photo
Sebuah pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia mendarat dan disambut dengan penyemprotan air setibanya di Bandara internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar, Aceh, Rabu (1/5). Pesawat jenis Bombardier CRJ1000 NG berkapasitas 97 penumpang itu akan melayani penerbangan rute SIM, Aceh-Polonia, Medan PP. FOTO ANTARA/Azhari/Koz/Spt/13. - (ANTARAFOTO)

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mendukung arahan Erick dalam optimalisasi pasar kargo dan penumpang domestik. Garuda, menurut Irfan, berencana menambah penerbangan untuk kargo dengan rute Manado-Narita, Jepang; Padang-Guangzhou, Cina; Makassar-Singapura, hingga Bali-Hong Kong.

"Kita sedang diskusi dengan beberapa pemda yang lainnya, untuk membuka jalur-jalur lainnya dari pusat-pusat ekspor, seperti Papua dan Ambon. Ambon sudah melakukan perjalanan sekali lewat Manado untuk ekspor ikan ke Narita," ucap Irfan.

Irfan menjelaskan, Garuda pada kuartal IV 2020 mencatatkan, jumlah penumpang tertinggi selama pandemi. Jumlah penumpang mencapai lebih dari 1,02 juta penumpang pada November 2020 atau tumbuh sebesar 38,04 persen dibandingkan Oktober 2020.

Sementara itu, dari angkutan kargo dan charter, Garuda turut mencatatkan pertumbuhan signifikan. Pada November 2020, Garuda mencatatkan, pertumbuhan kargo sebesar 12,20 persen dari Oktober 2020 menjadi 24,6 ribu ton angkutan kargo.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat