Perawat memeriksa pasien yang menjalani perawatan di Rumah Oksigen RSUD Doris Sylvanus, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu (18/09/2019). | ANTARA FOTO

News

Ribuan Titik Panas Terus Bermunculan

Wiranto menyebut kondisi di Riau tak separah yang diberitakan.

PEKANBARU - Ancaman ke bakar an hutan dan lahan (karhutla) belum juga mereda. Sebanyak 1.313 titik panas indikasi awal karhutla bermunculan di wilayah Sumatra pada Rabu (18/9) pagi.

Menurut pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, titik panas terbanyak terdapat di Jambi, Sumatra Selatan, dan Riau. Di Jambi dan Sumatra Selatan masing-masing ada sekitar 400-an (titik panas). Sedangkan, di Riau ada 300-an titik,kata staf analisis BMKG Stasiun Pekan baru, Bibin Sulianto, kemarin.

Dia mengatakan, titik panas juga terdeteksi di daerah lain, yaitu di Bang ka Belitung ada 27 titik, Lampung 21 titik, Kepulauan Riau 9 titik, Sumatra Barat 7 titik, Sumatra Utara 6 titik, dan Bengkulu 1 titik panas.

Khusus di Riau, dari 334 titik panas yang terdeteksi, ada 205 yang dipastikan sebagai titik api karhutla.Titik api paling banyak berada di Kabupaten Pelalawan dengan jumlah mencapai 61 titik.

Hingga kemarin, asap pekat masih menyelimuti Kota Pekanbaru. Asap berasal dari karhutla di Riau di tambah kiriman dari Pelalawan dan Kampar.Di Riau memang masih banyak titik panas," kata dia.

Kebakaran lahan masih terus terjadi di sejumlah daerah di Riau, salah satunya di wilayah Rimbo Panjang, Ke camatan Tambang, Pekanbaru, yang berbatasan dengan Kampar. Pemadam kebakaran Kota Pekanbaru dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau bahkan harus me lakukan pemadaman hingga malam hari. Api menyala lagi pada malam hari, padahal siang sudah kelihatan padam, kata seorang warga Rimbo Panjang, Ani (28 tahun).

Akibat masih banyaknya titik panas, kabut asap di Riau semakin pekat pada Rabu pagi. Jarak pandang hanya men capai 500 meter di Kota Pekanbaru.

Kondisi sama terjadi di Kota Dumai. Jarak pandang turun ke 700 meter. Sedangkan, kondisi di Rengat dan Pelalawan lebih buruk karena jarak pandang di dua kota itu hanya 400 meter.

Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)Agus Wibowo menyampaikan, berdasarkan pemantauan titik panas per Rabu, pukul 16.00 WIB, dari satelit Aqua/ Terra Lapan, ada 1.748 titik panas dengan kategori sedang dan tinggi.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.256 titik panas berkategori sedang yang antara lain terdapat di Sulawesi Utara sebanyak 7 titik panas, Kali man tan Utara 27 titik, Kalimantan Ti mur 123 titik, dan Riau 68 titik. "Se mentara, titik panas dengan kategori tinggi ada sebanyak 492 titik panas," katanya.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meminta semua pihak tidak lagi melakukan pembakaran hutan dan lahan. "Presiden Joko Widodo juga sudah mengimbau supaya bahu-membahu memadamkan api dan yang terpenting jangan melakukan pembakaran," kata Kabiro Humas KLHK Djati Witjak sono Hadi.

"Ketika saya melihat dengan Presiden, antara realitas dengan yang dikabarkan, dengan yang ada, itu sangat berbeda. Ternyata kemarin waktu kita di Riau tidak separah yang diberitakan."
Wiranto


Dia menegaskan, KLHK sudah me lakukan upaya pencegahan kar hutla. Saat ini, KLHK be serta para pemangku ke pen tingan terkait pun terus ber upaya melakukan pemadaman kar hutla di daerah- daerah terdampak.

Klaim Wiranto Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menilai kondisi asap di Riau tidak separah yang diberita kan. Hal itu ia katakan setelah melakukan kunjungan langsung ke Riau bersama dengan Presiden Joko Widodo pada 16-17 September.

"Ketika saya melihat dengan Presiden, antara realitas dengan yang dikabarkan, dengan yang ada, itu sangat berbeda. Ternyata kemarin waktu kita di Riau tidak separah yang diberitakan," kata Wiranto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu.

Wiranto mengatakan, ketika ia berada di Riau, jarak pandang masih cukup baik. Dengan jarak pandang tersebut, pesawat kepresidenan pun masih bisa melakukan pendaratan.Bahkan, kata dia, masyarakat setempat terlihat banyak yang tidak menggunakan masker.

"Pesawat mendarat masih bisa, masyarakat juga belum banyak yang pakai masker dan sebagainya. Kita pun juga tidak pakai masker karena pada saat siang sangat jelas awan- awan terlihat," tuturnya.

Ia berharap karhutla beserta asapnya dapat di bereskan sesegera mungkin. Menurut dia, seluruh elemen tidak perlu saling menyalahkan karena persoalan tersebut merupakan persoalan yang harus dihadapi bersama-sama.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Riau Fandi Rahman menyoroti sikap Presiden Joko Widodo dan jajaran menteri yang tak menggunakan masker saat memantau karhutla di Riau, Selasa (17/9). Menurut dia, hal itu dilakukan karena ingin menunjukkan kondisi Riau baik-baik saja.

"Saat beliau datang dengan tanpa memakai masker, seakan-akan Riau itu sehat. Tetapi, ketika pulang, kondisinya seperti ini," ujar Fandi di kantor Eksekutif Walhi Nasional, Jakarta Selatan, Rabu. (antara/mimi kartika ed: satria kartika yudha)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat