Bodetabek
Pemkot Bekasi Kaji Lebarkan Kali Cakung
Pelebaran Kali Cakung akan diawasi pemerintah dan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya banjir.
BEKASI -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi tetap mengupayakan agar pengelola kawasan komersial Grand Kota Bintang di Jalan KH Noer Ali, Kecamatan Bekasi Barat dapat mengembalikan fungsi Kali Cakung yang menyempit. Hasil tinjauan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Abdul Djalil dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ke lokasi pada Rabu (27/1), mendapati aliran Kali Cakung dari 12 meter menjadi enam meter di kawasan Grand Kota Bintang.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas (SDA), Bina Marga, dan Sumber Daya Air Kota Bekasi, Zainal Abidin, menuturkan, pihaknya mengupayakan agar pengembang, yaitu PT Kota Bintang Rayatri bisa mengembalikan lebar kali seperti semula, yaitu 12 meter.
"Kita upayakan sesegeranya. Kita lagi koordinasi juga dengan dinas instansi terkait untuk lakukan monitoring," kata Zainal di Kota Bekasi, Selasa (2/2).
Dia tidak menjelaskan progres terakhir hasil komunikasi antara pengembang dan Pemkot Bekasi. Namun, Zainal menyebut, dinas yang terlibat sedang menyusun roadmap terkait pelebaran kali seperti di hulu. "Kita susun dengan rekan dinas lain untuk memonitor pelebaran ini," jelasnya.
Gara-gara penyempitan Kali Cakung, kawasan Kalimalang selalu diterjang banjir besar kala hujan deras. Hal itu menyebabkan lalu lintas lumpuh di lokasi yang sedang dibangun Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) dan Bekasi–Cawang–Kampung Melayu (Becakayu).
Kendati begitu, Zainal mengelak saat disinggung pemkot kecolongan karena tidak mengkaji desain kawasan komersial yang dibangun itu. Hal itu karena secara topografi, kawasan perumahan itu berada di pertemuan Tol JORR dan Becakayu yang berlokasi rendah mirip cekungan.
"Itu sudah disarankan dari kewajiban dia harus lakukan izin ke kementerian, nah itu yang tak dilaksanakan. Kan kali Cakung itu kewenangannya ada di Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC)," kata Zainal menjelaskan.
Dalam kunjungannya, dua menteri itu sepakat memerintahkan pengembang membongkar dan mengembalikan fungsi Kali Cakung seperti semula. Hal itu agar aliran air dari hulu tidak terganggu ketika sampai di Grand Kota Bintang.
Manajemen PT Kota Bintang Rayatri, Suryadi, mengatakan, pihaknya menunggu hasil kajian secara menyeluruh terkait desain ulang lebar Kali Cakung yang berada di wilayah proyeknya. Meski begitu, pihaknya menolak tudingan pemerintah pusat soal proyek perumahan yang dibangun sebagai biang keladi banjir di kawasan Kalimalang. "Kita sudah melakukan pelebaran, cuman katanya dibilang kurang lebar, kurang lebarnya berapa inilah yang lagi dikaji," ucap Suryadi.
Pelebaran kali Cakung, kata dia, tak bisa langsung dilakukan. Hal itu karena ada hilir sungai yang juga harus diatur volume airnya. Jika tak cermat, malah bisa menyebabkan banjir di tempat lain. Karena itu, pihaknya tak bisa langsung menuruti permintaan dua menteri.
"Kalau kita main lebarin, kan kita ada hilirnya juga, kalau dilebarkan kan, misalnya kita lebarkan beberapa meter di sana kecil sekali, kecil banget. Nah kalau kita langsung kasih yang besar banget kan langsung banjir," ucap Suryadi.
Karena itu, pihaknya masih menunggu hasil kajian yang dibuat dinas berwenang. Karena, jika kajian tidak dilakukan secara komprehensif, Suryadi menyebut, hal itu bisa menimbulkan masalah baru. Dia pun siap mengikuti hasil kajian yang rencananya dibuat pemerintah pusat bersama Pemkot Bekasi itu. "Jadi, lagi dikaji sebenarnya seperti apa. Gak bisa kita aja (yang buat desain)," tutur Suryadi.
Lihat postingan ini di Instagram
Lokasi
Kali Cakung mengalirkan air di Kota Bekasi, Jawa Barat, dan bagian timur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Bagian hilir sungai ditampung di Banjir Kanal Timur yang meneruskan hingga bermuara di kawasan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Kali Cakung terkait erat dengan Kali Jatikramat dan Kali Buaran. Ketiganya berkelok-kelok datang dari Bekasi dan saling terhubung hingga muara di Teluk Jakarta di kawasan Marunda melalui Cakung Drain. Kelok ini membuat sebagian warga Betawi yang bermukim di tepian Kali Cakung meyakini alur sungai dibuat oleh ular. Dulu, ketiga sungai itu sumber air untuk persawahan, bahkan bisa diminum. Sisa-sisa sawah terlihat di Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, dan di Kecamatan Cakung.
Ketika Saluran Tarum Barat atau yang lebih dikenal dengan nama Kalimalang dibangun sejak tahun 1966, hanya Kali Cakung yang tak dilalui saluran pengalir air baku air minum dari Waduk Jatiluhur itu.
Tahun 1990, mulai banyak pendatang bermukim di Pulogebang, sehingga areal sawah berubah menjadi tempat tinggal. Sejak itu, Kali Cakung kerap meluap di musim hujan dan menyebabkan banjir tinggi.
Penelitian evolusi lahan di DKI Jakarta oleh Pieter J Kunu dan H Lelolterry, dosen pertanian Universitas Pattimura, Ambon, menunjukkan bahwa hal ini disebabkan karena pembangunan kota yang membuat 85 persen lahan di Jakarta kedap air, sehingga air permukaan tak lagi dapat diserap tanah dan akibatnya terjadi banjir. Jalan keluarnya ialah menambah badan air buatan untuk menampung air permukaan, yaitu Banjir Kanal Timur yang selesai dibangun pada tahun 2010.
Kanal ini memotong Kali Cakung, Buaran, Jati Kramat, Sunter, dan Cipinang, merupakan upaya teknologi mengatasi banjir, memberikan ruang bagi air di timur dan utara Jakarta. Sejak terpotong kanal, aliran air kelima sungai yang datang dari hulu kini bermuara di Kanal Timur. Sementara alur kelima sungai setelah terpotong kanal digunakan sebagai drainase pembuangan dari saluran-saluran permukiman dan industri.
Dengan adanya Kanal Timur, ada banyak permukiman terselamatkan dari banjir. Sebelum kanal itu ada, setiap musim hujan Kali Cakung meluap dan merendam rumah-rumah penduduk sampai hampir 1 meter.
Setelah alur lama Kali Cakung di Pulogebang terpotong oleh kanal banjir, dalam peta lama tergambar alur sungai kecil yang diidentifikasi sebagai Kali Cakung. Namun, di lapangan, alur sungai itu tak mudah ditemukan, karena hanya tersisa saluran air selebar sekitar 1 meter yang lebih menyerupai selokan, sekitar 300 meter dari bibir Kanal Timur.
Alur Kali Cakung baru kembali melebar setelah beberapa ratus meter ke utara, seperti dijumpai di Jalan Rawa Kuning, Kelurahan Ujung Menteng, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, hingga mencapai lebar 3 meter.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.