Kabar Utama
Vaksin Covid-19 untuk Petugas Publik Tiba
Kepolisian Cina menyita lebih dari 3.000 dosis vaksin Covid-19 palsu.
BANDUNG -- Indonesia kembali menerima bahan baku vaksin Covid-19 gelombang kedua dari Sinovac sebanyak 10 juta dosis vaksin, Selasa (2/2) pagi. Dosis-dosis vaksin yang tiba itu bakal digunakan untuk memvaksinasi petugas publik mulai akhir Februari ini.
“Sepuluh juta dosis yang kita terima hari ini rencananya akan digunakan untuk vaksinasi tahap kedua bagi petugas pelayanan publik. Memberikan perlindungan bagi 17,4 (juta) petugas pelayanan publik yang juga bekerja di daerah yang terpapar Covid-19,” kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Ia menyebutkan, hingga Senin (1/2), pemerintah telah melakukan vaksinasi terhadap lebih dari 500 ribu tenaga kesehatan. “Angka itu menunjukkan antusiasme luar biasa dari tenaga kesehatan untuk mendukung vaksinasi sekaligus menunjukkan optimisme mereka terhadap keamanan dan manfaat vaksin dalam memberi perlindungan terhadap diri mereka,” ujarnya.
Nadia menegaskan, berdasarkan laporan Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI), hingga saat ini semua reaksi setelah vaksinasi diberikan bersifat ringan dan tak serius. Ia optimistis target vaksinasi terhadap 1,5 juta tenaga kesehatan dapat tercapai paling lambat akhir Februari ini.
Melalui vaksinasi ini, pemerintah berharap dapat membentuk kekebalan kelompok terhadap virus Covid-19. Sebelumnya, pada akhir Desember 2020, Pemerintah Indonesia mendatangkan produk jadi vaksin Covid-19 dari Sinovac sebanyak 3 juta dosis yang diperuntukan bagi 1,5 juta tenaga kesehatan di 34 provinsi di Indonesia.
Sedangkan, bahan baku yang diterima kemarin merupakan bagian dari bahan baku untuk 140 juta dosis vaksin dari Sinovac yang dikirimkan secara bertahap sampai Juli 2021 mendatang. Seluruh bahan baku itu akan melalui proses filled and finished di fasilitas Bio Farma.
Menurut Sekretaris Perusahaan Bio Farma Bambang Heriyanto, untuk bahan baku gelombang pertama atau tahap ketiga dari seluruh vaksin yang telah datang, yaitu sebanyak 15 juta dosis, sudah mulai diproses di Bio Farma sejak 14 Januari 2021. Target produksi sebanyak 13 batch dan diperkirakan akan selesai pada 11 Februari 2021.
Menurut dia, bahan baku dalam bentuk bulk kedatangan kedua ini akan mulai diproduksi untuk sebanyak sembilan batch mulai 13 Februari 2021 sampai 20 Maret 2021. “Semua bulk ini, setelah diolah menjadi produk jadi, terlebih dahulu harus melalui serangkaian uji mutu atau quality control yang ketat, yang dilakukan di laboratorium Bio Farma dan juga laboratorium BPOM," kata Bambang.
Hal itu dilakukan untuk memastikan produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang memenuhi syarat dan sesuai dengan standar yang berlaku sebelum digunakan untuk vaksinasi. "Badan POM akan mengeluarkan hasil uji dalam bentuk lot release untuk vaksin produksi Bio Farma yang telah memenuhi syarat uji mutu tersebut. Untuk batch pertama diperkirakan mulai pekan kedua Februari yang akan datang," katanya.
Bambang mengatakan, vaksin Covid-19 yang sudah jadi tersebut akan dialokasikan untuk petugas publik dan tenaga layanan publik, termasuk TNI-Polri, mulai akhir Februari 2021.
Menurut dia, dalam proses distribusi vaksin Covid-19 untuk menjaga kualitas vaksin agar tetap terjaga, Bio Farma menggunakan Sistem Manajemen Distribusi Vaksin (SMDV) yang terintegrasi secara bertahap dengan sistem lain di dalam dan di luar holding BUMN farmasi, termasuk pusat komando untuk memonitor segala kondisi yang terjadi dalam perjalanan. Pusat komando itu bisa memantau batasan suhu secara real time, lokasi, kecepatan, dan kondisi darurat lainnya serta dilengkapi pelacak vaksin untuk memonitor pergerakan vaksin.
Untuk kemasan vaksin Covid-19 kali ini, nama yang akan diberikan adalah Covid-19 Vaccine dan memiliki kemasan yang berbeda dengan vaksin yang sudah didistribusikan sebelumnya, Coronavac. Kemasan vaksin Coronavac sebelumnya yang sebanyak 3 juta dikemas dalam dosis tunggal, yakni satu vial berisi satu dosis untuk satu penerima vaksin. Vaksin itu juga dikemas dalam satu dus vaksin berisi 40 vial.
Untuk Covid-19 vaccine nanti akan dikemas dalam kemasan multidosis, yakni satu vial berisi 10 dosis untuk 10 penerima. Kemudian, setiap 10 vial akan dikemas ke dalam satu dus sehingga dalam satu dus akan berisi 100 dosis. Perbedaan kemasan itu tidak membedakan kualitas dari vaksin Covid-19.
Vaksin palsu
Kepolisian Cina menangkap lebih dari 80 orang dan menyita lebih dari 3.000 dosis vaksin Covid-19 palsu, Senin (1/2). Kantor berita Xinhua melaporkan, para tersangka telah melakukan praktik penipuan sejak September tahun lalu.
"Mereka telah meraup untung besar dengan memasukkan larutan garam ke dalam injektor untuk membuat vaksin virus korona palsu dan menjualnya dengan harga tinggi," ujar pernyataan polisi.
Surat kabar Global Times, mengutip sumber yang dekat dengan produsen vaksin utama Cina, menyebut para tersangka berniat untuk mengirim vaksin palsu ke luar negeri.
Operasi dalam rangka kampanye memerangi vaksin palsu dilakukan oleh polisi di sejumlah wilayah, termasuk Beijing, Shanghai, dan provinsi timur Shandong. Xinhua melaporkan, Kementerian Keamanan Publik Cina sedang menyelidiki kejahatan yang terkait dengan pembuatan dan penjualan vaksin palsu dan praktik ilegal obat-obatan serta penipuan dengan kedok vaksin.
Penangkapan terjadi saat Cina sedang meningkatkan kapasitas produksi vaksin Covid-19. Pihak berwenang mengatakan, sebanyak 24 juta dosis telah diberikan kepada masyarakat. Cina menargetkan 50 juta dosis vaksin sebelum liburan tahun baru Imlek tahun ini.
Dua perusahaan produsen vaksin terbesar di Cina, yakni Sinovac dan Sinopharm, telah mengekspor vaksin Covid-19 ke sejumlah negara, termasuk Indonesia dan Turki. Kedua perusahaan awalnya mengatakan bahwa vaksin mereka memiliki efektivitas lebih dari 78 persen.
Markas Pusat Interpol pada Desember 2020 lalu telah meluncurkan peringatan global terkait potensi distribusi vaksin disusupi organisasi kriminal. “Sementara pemerintah berupaya menjalankan vaksinasi, organisasi kriminal berencana menyusupi atau mengganggu rantai pasokan,” ujar Sekjen Interpol Jürgen Stock kala itu seperti dilansir laman resmi Interpol. Organisasi-organisasi kriminal juga akan berupaya menjebak publik dengan vaksin-vaksin palsu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.