Geni
Lagu Tiga Wajib: Era Baru Bermusik Kala Pandemi Covid-19
Para musisi bekerja sama dengan Satgas Covid-19 BNPB merilis lagu Tiga Wajib.
Salah satu vokalis Kahitna, Mario Ginanjar, rindu dengan keramaian penonton saat bermusik. Semenjak pandemi Covid-19 melanda, semua pertunjukan musik harus ditunda agar tak menimbulkan keramaian khalayak.
Melalui musik, Mario bisa berinteraksi langsung dengan penonton. Suasana berdesak-desakkan dan kor penonton saat menyanyikan lagu-lagu Kahitna menjadi hal menyenangkan bagi Mario. "Penonton mengembalikan energi yang kami berikan ke mereka, jadi interaksi demikian adalah hal yang kami rindukan," kata Mario dalam talkshow yang digelar pada Jumat (22/1).
Kondisi penularan penyakit Covid-19 yang sangat cepat membuat konser dan pertunjukan tak lagi dihelat dalam waktu dekat. Grup musik Kahitna pun enggan memaksakan keadaan dan benar-benar mengutamakan kesehatan para personel dan penggemarnya.
Meski begitu, Mario dan kawan-kawan punya cara agar tetap bisa menyapa penggemar dengan aman. Salah satu bentuk adaptasi yang dilakukan yaitu memanfaatkan teknologi.
Kahitna lantas menggelar konser virtual dan konser drive-in baru-baru ini. Konser drive-in yang dihelat merupakan yang pertama di Indonesia.
Mario berbagi pengalamannya saat mengadakan konser drive-in. Biasanya, saat konser sebelum pandemi, dia menyapa penonton secara langsung. Sapaan itu pun dibalas penonton dengan teriakan. Namun, kondisi tersebut tak terjadi pada konser drive-in. "Saat itu dibalasnya dengan bunyi klakson mobil," kata Mario.
Mario bersyukur, tiket konser yang digelar pada Agustus 2020 itu ludes terjual. Dia yakin, habisnya tiket konser tersebut merupakan wujud kerinduan penonton menyaksikan acara musik.
Laki-laki berusia 38 tahun itu menjelaskan, kala itu penonton harus memenuhi syarat saat mendatangi konser drive-in. Beberapa di antaranya yakni menyertakan surat hasil negatif swab PCR, tidak boleh keluar dari mobil, dan maksimal tiga orang dalam satu mobil. "Luar biasa sekali, kami semua terharu," ujarnya.
Bagi Mario, musik itu bukan sekadar hobi, melainkan pekerjaan. Tak sedikit orang-orang yang bekerja di bidang musik merupakan tulang punggung keluarganya.
Di balik tergelarnya konser-konser musik, ada banyak orang terlibat, misalnya para kru pencahayaan, kabel, dan sistem suara. Apabila tak ada pertunjukan maka mereka tidak bekerja dan mendapatkan pemasukan.
Meski begitu, dia mengajak masyarakat tetap waspada terhadap serangan virus korona. Salah satu caranya dengan menerapkan gerakan 3M, hal yang juga menjadi inspirasi pembuatan lagu mars "Tiga Wajib".
Lihat postingan ini di Instagram
Tembang tersebut digubah oleh pemain bas Kahitna, Dody Is, yang bekerja sama dengan Satgas Covid-19 BNPB. Pagebluk ini menjadi pelajaran yang berarti bagi Dody. Menurut dia, momentum berada di rumah saja menjadi kesempatan bagi musisi mencari ide-ide baru. Tembang "Tiga Wajib" menjadi pengingat masyarakat mengenai pencegahan penularan Covid-19.
Lagu mars ini mengajak masyarakat untuk terus memakai masker, menjaga jarak, dan sering mencuci tangan. Saat ditawari untuk membuatnya, Dody merasa tertantang karena dia harus membuat karya bernuansa menggebu-gebu dan semangat, tetapi dengan lirik yang amat kaku dan formal.
"Ini tantangannya, bagaimana membuat masyarakat merasa nyaman dengan lirik yang formal, yaitu 'Tiga Wajib' dengan tagline iman, aman, imun. Pada akhirnya, orang pun menjadi latah dengan lirik ini," ujarnya.
Dody mengajak sebanyak 24 pembawa berita berpartisipasi dan merekam wajah mereka untuk video klip. Alasannya, para pembawa berita adalah sosok yang sering muncul di televisi, membawakan pesan-pesan dan berita-berita kepada masyarakat.
Dia juga melibatkan beberapa penyanyi dan musisi. Selain Mario, ada grup Lingua, Angga personel Maliq and D'essentials, dan Andien.
Lagu mars yang dia hadirkan dalam versi dangdut itu khusus diciptakan sebagai sarana edukasi kepada masyarakat. Dengan membuat versi dangdut, Dody berharap lagu itu mudah diterima oleh semua kalangan, terutama bagi pecinta dangdut.
"Musik itu bahasa universal. Hal paling mudah bagi orang untuk mendengarkan dan menghafalkannya dan nempel di kepala," kata dia.
Musik itu bahasa universal. Hal paling mudah bagi orang untuk mendengarkan dan menghafalkannya dan nempel di kepala.
Bagi salah satu anggota Lingua, Francois Mohede, pandemi Covid-19 membuat dia dan kelompoknya harus kembali beradaptasi. Lingua yang baru saja kembali ke industri musik dan hendak melakukan banyak hal pada 2020 terpaksa harus menundanya karena pandemi. "Lingua baru saja kembali, kami membutuhkan perhatian dan kesadaran orang-orang terhadap kami, tapi tiba-tiba ada pandemi," ujarnya.
Lingua mencontoh rekan-rekan sesama musisi yang memanfaatkan teknologi untuk berkarya. Akhirnya, menjelang akhir 2020, mereka sukses meluncurkan lagu terbaru berjudul "Temani Malamku". "Benar-benar kami ciptakan sendiri, diproduksi sendiri, dan semuanya sendiri," kata Frans.
Dia berharap, pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk menyatukan komunitas musik di Indonesia. Terlebih, momentum ini bisa menghasilkan karya-karya yang lebih bagus dan ide-ide yang lebih menarik lagi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.