Dominic Dwyer, anggota tim Badan Kesehatan Dunia (WHO), melambai pada awak media dari balkoni Hotel Hilton di Wuhan, Cina, Jumat (29/1). | EPA-EFE/ROMAN PILIPEY

Internasional

Tim WHO Datangi RS di Wuhan

Rumah sakit yang dikunjungi di Wuhan adalah tempat merawat para pasien awal Covid-19.

BEIJING -- Tim pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Jumat (29/1), mengunjungi sebuah rumah sakit di Wuhan, Cina, yang menangani beberapa pasien pertama Covid-19. Kunjungan itu merupakan bagian dari penyelidikan asal-usul SARS-Cov-2 penyebab Covid-19.

"Kunjungan situs pertama yang sangat penting. Kami berada di rumah sakit yang merawat beberapa kasus pertama Covid-19 yang diketahui. Bertemu dengan dokter dan staf sesungguhnya yang melakukan pekerjaan ini, berdiskusi terbuka tentang detail pekerjaan mereka," kata Peter Daszak, salah satu anggota tim WHO yang diutus ke Cina, lewat akun Twitter pribadinya.

Daszak adalah ahli zoologi asal Inggris. Rumah sakit yang dikunjungi tim WHO adalah Hubei Provincial Hospital of Integrated Chinese and Western Medicine.

photo
Peter Daszak ( kiri) berjalan didampingi anggota tim WHO di Hotel Hilton di Wuhan selepas menjalani karantina pada Jumat (29/1).  - (EPA-EFE/ROMAN PILIPEY)

Virolog asal Belanda yang turut menjadi bagian dari tim WHO, Marion Koopmans, menyambut dimulainya penyelidikan asal-usul SARS-Cov-2. Koopmans mengaku senang dapat bertemu dan membahas program kunjungannya ke Wuhan dengan Profesor Liang Wannian. Liang adalah tokoh yang dipercaya memimpin tim tanggapan Cina terhadap pandemi Covid-19.

"Senang bertemu rekan-rekan kami setelah pertemuan (virtual) Zoom yang panjang," ucapnya.

Selain rumah sakit, tim WHO akan mengunjungi beberapa tempat lainnya di Wuhan, antara lain Wuhan Institute of Virology, Wuhan Centre for Desease Control and Prevention, dan pasar tradisional Huanan. Pasar basah Huanan diduga kuat merupakan sumber pertama penyebaran SARS-Cov-2.

"Penting untuk diingat bahwa keberhasilan misi dan penelusuran asal-usul ini, 100 persen bergantung pada akses ke sumber yang relevan. Tidak peduli seberapa kompeten kami, seberapa keras kami bekerja, ini hanya dapat dilakukan dengan dukungan dari Cina," kata Thea Fischer, seorang pakar kesehatan publik, virus, dan epidemi asal Denmark yang turut menjadi bagian dari tim WHO.

Penelusuran asal-usul SARS-Cov-2 kemungkinan membutuhkan waktu bertahun-tahun. Menentukan reservoir hewan wabah biasanya membutuhkan penelitian yang mendalam termasuk pengambilan sampel hewan, analisis genetik, dan studi epidemiologi.

Salah satu kemungkinan penyebaran SARS-Cov-2 adalah pemburu satwa liar menularkannya kepada pedagang yang membawanya ke Wuhan. Pemerintah Cina telah mempromosikan teori, meski tak didukung bukti kuat, bahwa wabah mungkin dimulai dengan impor makanan laut beku yang tercemar virus.

Di balik kisah asal muasal Covid-19, Cina mampu memanfaatkan peluang bisnis di balik pandemi. Negeri Tirai Bambu ini mengekspor lebih dari 220 miliar masker sepanjang tahun lalu. Hal itu menjadi pendorong penting di bidang perdagangan setelah pandemi cukup menghantam perekonomiannya. Jika dikonversi, nilai ekspor masker Cina mencapai 52,6 miliar dolar AS. Cina juga mengekspor 2,3 miliar alat pelindung diri dan 1 miliar alat uji Covid-19 tahun lalu.

photo
Sekelompok pejabat Cina meninggalkan ruang konferensi selepas pertemuan dengan tim peneliti WHO di Wuhan, Jumat (29/1). - (EPA-EFE/ROMAN PILIPEY)

Guterres divaksin

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menerima dosis pertama vaksin Covid-19 pada Kamis (28/1). Dia kembali menyerukan solidaritas global agar vaksin tersedia bagi seluruh penduduk dunia. Guterres menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kota New York, Amerika Serikat (AS), yang telah menyertakan staf dan diplomat PBB dalam program vaksinasi mereka.

"Saya beruntung dan bersyukur mendapatkan dosis pertama vaksin Covid-19 saya hari ini," kata Guterres melalui akun Twitter.

Dia menekankan solidaritas sangat krusial dalam perjuangan global melawan pandemi. "Kita harus bekerja untuk memastikan vaksin tersedia untuk semua orang, di mana saja. Dengan pandemi ini, tidak ada dari kita yang aman sampai kita semua aman," ujarnya.

Menurut data John Hopkins University, pandemi Covid-19 telah menyerang 192 negara di dunia. Sejauh ini kasus global virus korona telah melampaui angka 101 juta, sementara jumlah kematian lebih dari 2,1 juta jiwa. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat