Hikmah
Pandai Bersyukur
Konsekuensi seseorang yang bersyukur tentunya akan meraih ketentraman, kebahagiaan dan kesuksesan.
Oleh MUQOROBIN
OLEH MUQOROBIN
Dalam setiap kehidupan, manusia selalu dihadapkan pada problematika yang dapat menciptakan kondisi diri menjadi “suka dan duka”, “senang dan susah”, dan “lapang dan sempit”. Kedua kondisi tersebut sama-sama berpeluang mengantarkan diri seorang untuk meraih kemuliaan di sisi Allah, bila setiap problematika tersebut dikembalikan kepada Allah dan disikapi dengan rasa syukur.
Islam sebagai agama yang kaffah mengajarkan kepada umatnya agar selalu mengingat Allah dan bersyukur di saat menghadapi berbagai problematika kehidupan. Allah berfirman, "Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (QS al-Baqarah: 152).
Bersyukur merupakan ungkapan implementatif dari keimanan dan ketakwaan dalam bentuk terima kasih kepada Allah atas segala karunia nikmat yang Allah anugerahkan. Konsekuensi seseorang yang bersyukur tentunya akan meraih ketentraman, kebahagiaan dan kesuksesan kehidupan di dunia dan akhirat. Terkait dengan hal itu, terdapat kisah teladan yang tertuang dalam dialog Nabi Musa AS dengan si miskin dan si kaya.
Di kisahkan, suatu hari Nabi Musa didatangi oleh orang miskin dengan pakaian lusuh dan compang-camping. Si miskin berkata kepada Nabi Musa, \"Wahai Nabi Allah, doakanlah untukku agar Allah menjadikan aku orang yang kaya raya".
Nabi Musa pun tersenyum mendengar permintaan itu, lalu beliau berkata, "Saudaraku, perbanyaklah bersyukur kepada Allah.” Lalu si miskin berkata "Bagaimana aku bisa bersyukur, sedangkan kondisiku seperti ini." Akhirnya si miskin meninggalkan Nabi Musa dengan perasaan kecewa.
Pada kesempatan lain, ada orang kaya yang juga menghadap Nabi Musa, dia berkata, "Wahai Nabi Allah, tolong sampaikan kepada Allah, agar aku dijadikan orang miskin sehingga aku tidak terganggu dengan hartaku.” Nabi Musa pun tersenyum, lalu berkata, "Wahai saudaraku, mulai saat ini berhentilah bersyukur kepada Allah.”
Orang kaya itu berkata, "Wahai Nabi Allah, bagaimana mungkin aku tidak bersyukur kepada Allah dengan semua karunia-Nya yang dilimpahkan kepadaku? Allah telah memberikan aku mata yang dengannya aku dapat melihat. Memberiku telinga yang dengannya aku dapat mendengar. Allah juga telah menganugerahkan aku tangan yang dengannya aku dapat bekerja dan telah memberikan aku kaki yang dengannya aku dapat berjalan.”
Pada akhir kejadian tersebut, terjadi perubahan mencolok kepada keduanya, si miskin yang tidak mau bersyukur semakin miskin hidupnya dan Allah mengambil semua karunia kenikmatanNya. Sedangkan kondisi kehidupan si kaya menjadi semakin kaya, hidup bahagia dan menggapai ketentraman hati karena selalu bersyukur kepada Allah.
Hikmahnya, bersyukur merupakan jalan untuk menggapai perubahan nasib hidup yang lebih baik. Orang yang pandai bersyukur dalam bentuk keyakinan (syukur i’tiqodi), ucapan (syukur qauli) dan perbuatan atau prilaku (syukur ‘amali) akan semakin dilimpahkan keberkahan, kebahagiaan dan ketenangan hati serta kemuliaan di hadapan Allah. Begitu juga sebaliknya.
Dalam hadits qudsi-Nya, Allah juga menegaskan "Wahai anak Adam, bahwa selama engkau mengingat Aku, berarti engkau mensyukuri Aku, dan apabila engkau melupakan Aku, berarti engkau telah mendurhakai Aku!” (HR Thabrani).
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.