Bodetabek
Sebagian Pengungsi Banjir Gunung Mas Masih Bertahan
Beberapa pengungsi banjir bandang Gunung Mas Puncak, Bogor kembali ke rumah.
BOGOR -- Ratusan warga korban banjir bandang di Komplek Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, masih tinggal di sejumlah titik pengungsian. Mereka belum kembali ke rumah lantaran khawatir banjir di Sungai Sisampay yang tersambung ke Sungai Ciliwung terulang kembali.
Ketua RW 01 Kampung Cirohani, Desa Tugu Selatan, Dody Iskandar (40 tahun), mengatakan, sejumlah warga ada yang mengungsi di pondokan milik Agrowisata Gunung Mas yang berada di area PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII. Dia menyebut, ada juga pengungsi yang tinggal empat titik lainnya, yaitu di Kampung Rawa Dulang, Kampung Cirohani, Kampung Pensiunan, dan Kampung Citeko yang masih berlokasi di Desa Tugu Selatan.
Pantauan Republika di Kampung Cirohani, kebanyakan warga yang mengungsi lebih memilih tinggal di tempat sanak saudaranya yang rumahnya aman dari terjangan banjir. “Kebanyakan yang di sini memang ngungsi di rumah keluarganya sendiri,” ujar Dody saat ditemui, Kamis (21/1).
Pengungsi sudah menerima bantuan, seperti bahan makanan pokok, termasuk susu dan popok bayi. Adapun bantuan selimut dan matras yang dibutuhkan warga baru datang Kamis siang. “Cuma saat ini pakaian dalam anak-anak belum ada, jadi kami lagi minta ke posko pusat yang ada di Wisma Gunung Mas,” kata Dodi.
republikaonline Azan Sambil Menyaksikan Banjir Bandang. ##azan ##banjir ##banjirbandang original sound - Republika
Masih di Kampung Cirohani, salah satu rumah warga dihuni lima kepala keluarga (KK) dengan jumlah lebih dari 20 jiwa. Tidak hanya orang dewasa, di rumah tersebut anak-anak serta bayi juga turut mengungsi.
Saepudin (60) mengaku, bagaimana pun tinggal di pengungsian lebih enak kembali ke rumah sendiri. Namun, sebagian bangunan rumahnya rusak lantaran terkena terjangan air yang membawa lumpur, gelondongan kayu, dan bebatuan. “Saya ada niat balik, tapi kondisi rumah rusak. Cuma diperkirakan bisa diperbaiki,” ujarnya.
Karena itu, Saepudin untuk sementara waktu, memilih bertahan di rumah saudaranya, walaupun harus berjejalan dengan empat KK lainnya. Dia tidak masalah harus tinggal ramai-ramai, lantaran mereka masih terhitung saudaranya sendiri. “Pascabencana sudah lihat (rumah), ada barang hilang, yaitu perhiasan dan uang, saya ditinggalkan saat bencana terjadi,” kata Saepudin yang mengaku belum bisa tenang.
Pengungsi lainnya, Erlin (21), mengaku masih trauma sehingga belum ada niat pulang kembali ke rumah. Dia mengaku, sedih melihat anaknya yang berusia setahun ikut kaget lantaran dibawanya secara mendadak saat ada pengumuman banjir menerjang permukiman warga. “Saya nggak mau kembali, trauma. Anak saya juga jadi diem aja, ngelamun,” ujar Erlin dengan terbata-bata.
Erlin mengenang, saat banjir tiba, ia hendak memandikan anaknya. Namun, ia yang mendengar suara gemuruh dan teriakan warga dari luar rumahnya, langsung berpikir cepat untuk menyelamatkan diri. "Saya langsung bawa lari (anak saya). Pas keluar rumah, lumpur itu udah di atas mata kaki,” ujarnya.
Berbeda dengan di posko pengungsian Kampung Rawa Dulang, warga sudah pulang ke rumah masing-masing. Ketua Forum Koordinasi Potensi Pendcrian dan Pertolongan (FKP3) Daerah Bogor, Iwan Firdaus, mengatakan, setelah pemasangan akses air bersih selesai, warga berbondong balik ke rumahnya.
“Sekarang air udah dialirin jadi warga udah dapat air bersih. Dibantu para relawan, saya menginisiasi menggerakkan masyarakat di sini, alhamdulillah mereka gerak semua,” kata Firdaus.
Sejumlah instalasi pipa telah dipasang untuk mengalirkan air bersih. Termasuk membuat reservoir bak tampung. Setelah setengah hari dikerjakan, Iwan mengatakan, air bersih sudah kembali diterima para pengungsi di Kampung Rawa Dulang.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor pada Kamis, sebanyak 714 jiwa atau 180 KK masih mengungsi di lima titik pengungsian. Mereka tersebar di pondokan milik Gunung Mas, Kampung Rawa Dulang, Kampung Cirohani, Kampung Pensiunan, dan Kampung Citeko.
Kapolres Bogor, AKBP Harun, mengatakan, personel Polri dibantu TNI dan Satpol PP dikerahkan untuk melakukan pengamanan dan pengawasan terhadap kampung yang ditinggalkan penghuninya. Harun mengatakan, petugas gabungan mensterilkan wilayah di sekitar rumah warga.
Jangan sampai, kata dia, ketika masyarakat tidak berada di rumahnya, justru malah terjadi tindak pidana. “Kita buat di beberapa tempat kita kuatkan polisi lain juga, untuk menandakan warga tidak boleh melintas di situ,” ujarnya.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor belum bisa menerka apa penyebab banjir bandang yang melanda Komplek Gunung Mas, Cisarua, Kabupaten Bogor. Sebab, hal tersebut masih diinvestigasi Badan Informasi Geospasial (BIG).
Bupati Bogor Ade Munawaroh Yasin mengatakan, ada hal yang harus dipelajari seperti apakah ada kesalahan dalam pengaturan tata ruang atau ada penggundulan di hutan bagian atas. Sehingga, menyebabkan sungai tidak mampu menampung air serta material banjir.
Ade Yasin mengatakan, banjir bandang ini baru pertama kali terjadi di kawasan Gunung Mas. Meskipun, untuk longsor kecil memang sempat terjadi di beberapa titik sebelumnya.
Maka, terkait recovery wilayah, Ade mengatakan, Pemkab Bogor akan melihat dulu kondisi terkini di lokasi kejadian. Namun, material banjir seperti lumpur, bebatuan, dan batang pohon tengah dibersihkan oleh tim gabungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, pemadam kebakaran (Damkar), TNI-Polri, serta Taruna Siaga Bencana (Tagana).
Selain itu, lanjut Ade, di tengah kondisi dan cuaca saat ini, Desa Tanggap Bencana (Destana) dan Tagana harus bersiaga. Terutama di titik-titik rawan bencana.
View this post on Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.