Kisah Dalam Negeri
'Bantuan Korban Gempa Belum Banyak Masuk'
Berbagai pihak mengirim tim medis untuk membantu para penyintas bencana gempa Sulbar.
OLEH RIZKY SURYARANDIKA, RR LAENY SULISTYAWATI
Sebanyak enam desa yang berada di titik gempa di Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat, terisolasi. Akses jalan menuju desa terputus akibat tertimbun longsor.
Keenam desa yang berada di pegunungan Majene itu adalah Desa Sambabo, Desa Kabiraan, Desa Tandiallo, Desa Ulumanda, Desa Popenga, dan Desa Panggallo. Menurut Kepala Desa Kabiraan, Kecamatan Ulumanda, Fajaruddin, keenam desa ini merupakan lokasi yang paling dekat dengan titik gempa berkekuatan 6,2 magnitudo.
Ia mengatakan, ribuan pengungsi warga enam desa di pusat gempa tersebut kesulitan makanan, air bersih kebutuhan bayi, tenda, dan kebutuhan pengungsi lainnya. "Masyarakat pengungsi di titik gempa harus dibuka akses jalannya dengan alat berat dan mereka harus diberikan logistik melalui jalur udara," kata Fajaruddin, Senin (18/1).
Fajaruddin menambahkan, hingga hari ketiga setelah gempa, belum banyak bantuan yang masuk. Padahal, ada cukup banyak warga terdampak karena rumahnya roboh akibat gempa. Oleh karena itu, ia sangat berharap alat berat segera dikirim ke Kecamatan Ulumanda untuk membuka akses ke desa-desa yang terisolasi.
"Belum banyak bantuan maupun relawan yang masuk ke wilayah kami. Yang pertama masuk itu relawan FTI UMI dan banyak membantu warga di sini," ujarnya.
Koordinator Tim Relawan FTI UMI Makassar Zakir Sabhara mengatakan, ada beberapa daerah di Kecamatan Ulumanda yang terisolasi tidak dapat diakses menggunakan kendaraan roda empat. Ia berharap pemerintah pusat dan pemerintah daerah bisa memprioritaskan bantuan ke enam daerah terisolasi di Ulumanda. "Bantuan mendesak adalah alat berat untuk membuka akses," katanya.
Tanah longsor bercampur bebatuan juga sempat menutupi jalan poros Majene-Mamuju, trans Sulawesi di Dusun Belalang, Desa Onang Utara, Kecamatan Tubo Sendana, Kabupaten Majene, Senin (18/1). Longsor terjadi sekira pukul 05.22 WITA. Diduga tanah yang labil akibat diguyur hujan deras selama beberapa hari belakangan mengakibatkan tanah di atas tebing jatuh hingga menutupi bahu jalan.
Longsoran material juga membawa batu besar menutup seluruh badan jalan raya Poros, Kabupaten Majene, menghubungkan ke Kabupaten Mamuju. Dampaknya, arus lalu lintas jalan yang dilalui kendaraan terputus, bahkan kemacetan panjang tidak terhindarkan. Pengiriman distribusi logistik bantuan korban bencana gempa di Kota Mamuju pun ikut terhambat.
Komandan Kodim 1401/Majene, Letkol Infantri Yudi Rombe, saat dikonfirmasi perihal kejadian tersebut mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Majene dan Dinas Prasarana Umum setempat. Yudi meminta segera menurunkan tim serta alat berat ekskavator untuk membersihkan material tanah longsor karena menghambat akses jalan.
"Sudah mulai dibersihkan. Dipakai sistem buka-tutup sementara agar arus kendaraan bisa jalan," ujar Yudi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan terus melakukan pendistribusian bantuan logistik ke daerah-daerah terdampak bencana gempa di Sulbar. Distribusi menggunakan helikopter ke Kabupaten Mamuju dan Majene sejak Ahad (17/1).
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan, bantuan logistik telah didistribusikan dari Posko Bandara Tampa Padang, Mamuju, ke sejumlah titik, salah satunya ke kantor camat Ulumanda. Bantuan juga didistribusikan ke kantor camat Malunda dan Tubosendang, Kabupaten Majene. Sementara, bantuan di Kabupaten Mamuju didistribusikan ke Kecamatan Takandeang.
Ia menyebutkan, bantuan logistik yang dibagikan pada empat kecamatan tersebut, antara lain, berupa mi instan, air mineral, dan selimut. "Pendistribusian bantuan logistik via udara akan juga dilakukan ke beberapa desa di Kabupaten Majene, yaitu Desa Onang Selatan, Desa Kabiran, Desa Tandeallo, dan Desa Sukamuyu," kata Raditya, Senin (18/1).
Raditya menambahkan, BNPB juga sudah menyerahkan bantuan awal untuk operasional kebutuhan pokok penanganan gempa bumi Sulbar sebesar Rp 4 miliar pada Sabtu (16/1). Bantuan diserahkan sebesar Rp 2 miliar untuk Provinsi Sulbar dan masing-masing Rp 1 miliar untuk Kabupaten Mamuju dan Majene.
Jalur darat yang menghubungkan Kab Majene & Kab Mamuju, Provinsi Sulbar sempat terputus . Tim gabungan berhasil membuka kembali aksesdengan bantuan alat berat. Selengkapnya:https://t.co/hT9HaoYBg3 pic.twitter.com/E9UlC9ltRC — BNPB Indonesia (BNPB_Indonesia) January 18, 2021
Berdasarkan catatan BNPB per Ahad (17/1) pukul 20.00 WIB, jumlah korban jiwa akibat gempa bumi di Sulbar sebanyak 81 orang. Di Kabupaten Mamuju, jumlah korban jiwa sebanyak 70 orang, sedangkan sisanya sebanyak 11 orang di Kabupaten Majene. Sementara, jumlah pengungsi tercatat sebanyak 19.435 orang.
Hingga saat ini, kata Aditya, BPBD Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju, serta Kabupaten Polewali Mandar terus melakukan pendataan dan berkoordinasi dengan TNI-Polri, Basarnas, serta relawan ataupun instansi lainnya dalam proses evakuasi masyarakat terdampak.
Bantuan medis
Berbagai pihak mengirim tim medis untuk membantu para penyintas bencana gempa bumi. Universitas Hasanuddin (Unhas), Palang Merah Indonesia (PMI), dan pihak lainnya menurunkan tim medis siaga bencana untuk menyusul tim pendahuluan yang telah diterjunkan pada 14 Januari. Tim dipimpin mantan Rektor Unhas Idrus Paturusi.
Idrus menjelaskan, setelah tiba di lokasi, tim menyiapkan kemungkinan melakukan operasi dan pengobatan pasien korban bencana. Idrus menemukan banyak pasien mengalami patah tulang yang perlu penanganan mendesak. Tim medis dari Makassar juga membawa peralatan medis, termasuk genset untuk suplai listrik.
Dalam dua hari terakhir, kata dia, tim telah mengoperasi 24 pasien patah tulang. "Bangunan rumah sakit memang besar, tapi kondisinya sangat terbatas. Akibatnya, kami menempatkan pasien pascaoperasi di lobi dan lorong rumah sakit," kata Idrus dalam keterangan yang diterima Republika, kemarin.
Idrus menyampaikan, rumah sakit terapung KRI Dr Suharso telah merapat pada Senin. Keberadaan RS terapung itu diharapkan mampu membuat pasien dirawat lebih baik. "Rencananya sebagian pasien akan kita pindahkan ke kapal," ujar Idrus.
Ia menceritakan, ada begitu banyak masyarakat yang membutuhkan perawatan medis mulai berdatangan dari gunung setelah sebelumnya mengungsi. Akibatnya, rumah sakit mulai dipadati korban sehingga tenaga medis kewalahan.
"Dukungan peralatan kesehatan dan tenaga medis sangat mendesak. Kondisi RS memang rusak di beberapa bagian. Namun, kita coba optimalkan. Mudah-mudahan kita bisa menerima bantuan tenda darurat," ungkap Idrus.
Menurut dia, bantuan bahan pokok dan logistik saat ini terus mengalir dan ditampung di berbagai posko darurat. Akan tetapi, kata dia, bantuan medis yang saat ini perlu menjadi perhatian.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.