Geni
Karya Penghabisan Didi Kempot
Sobat Ambyar merupakan film pertama sekaligus terakhir almarhum Didi Kempot.
Maestro campursari Indonesia almarhum Didi Kempot (1966-2020) masih menyimpan karya penghabisan untuk Sobat Ambyar, para penggemarnya. Sebelum tutup usia pada 5 Mei 2020, Didi merampungkan produksi film berjudul Sobat Ambyar.
Sinema bergenre komedi romantis dengan sentuhan musikal itu diproduksi bersama oleh Magma Entertainment, Ideosource Entertainment, Rapi Films, dan Paragon Pictures. Sobat Ambyar merupakan film pertama sekaligus terakhir yang pernah dibintangi sang musisi. Pria yang juga biasa disapa Lord Didi itu tidak hanya menjadi aktor dan tampil dalam adegan, ia juga terlibat sebagai produser eksekutif.
Setelah lima kali mengalami penundaan penayangan di bioskop, tim produksi memutuskan akan merilis film di layanan streaming Netflix mulai 14 Januari 2021. Sinema Sobat Ambyar dikisahkan dari sudut pandang seorang Sobat Ambyar bernama Jatmiko.
Jatmiko (Bhisma Mulia) adalah pemilik kedai kopi yang pemalu. Dia jatuh cinta kepada Saras (Denira Wiraguna), sosok perempuan yang sulit ditebak. Patah hati pun tak dapat terelakkan. Untungnya, lagu-lagu dari Didi Kempot membantu Jatmiko bangkit.
Pemeran Jatmiko, Bhisma Mulia, menyebut dirinya penggemar berat lagu-lagu Didi. Sejak kecil, Bhisma menyimak lagu-lagu Didi karena terpengaruh ayah dan kakeknya.
Dari cerita tokoh Jatmiko, dia belajar bahwa patah hati bisa menjadi kesempatan untuk memperbaiki diri. "Ambyar dijogeti, bukan berarti ngelupain karena enggak mungkin lupa, tapi gunakan itu untuk memotivasi diri," kata Bhisma.
Pada konferensi pers virtual via Youtube Live, Selasa (12/1), aktris Denira Wiraguna turut membagikan pengalamannya selama syuting. Hal yang paling membuatnya terkesan adalah ketika adegan konser Didi Kempot. Itu pertama kalinya Denira melihat langsung Didi bernyanyi di atas pentas.
"Bikin merinding, vibe-nya beda banget. Diajak Pakde (Didi) naik ke panggung, nyanyi lagu 'Pamer Bojo' dan 'Kalung Emas'," ujarnya.
Sobat Ambyar diarahkan oleh dua sutradara, yakni Charles Gozali dan Bagus Bramanti. Menurut Charles, tim butuh waktu lebih dari tiga bulan untuk mengajak Didi terlibat dalam film karena jadwal manggung yang sangat padat.
Charles sempat waswas karena berdasarkan informasi yang diketahui, Didi tidak pernah mau muncul di film apa pun. Sudah banyak sutradara dan produser terkenal yang mengajak Didi untuk memfilmkan kisah hidupnya. Didi selalu menolak, bahkan hanya untuk menjadi kameo pun enggan.
Syukurlah, dengan pendekatan tertentu melalui komunitas Sobat Ambyar, akhirnya Didi mau tampil dan terlibat. "Beliau selalu mengatakan dirinya artis kampung. Sangat rendah hati," ujar Charles.
Beliau selalu mengatakan dirinya artis kampung. Sangat rendah hati.CHARLES GOZALI
Sineas Bagus Bramanti yang juga menyutradarai film mengatakan, proses persiapan sejak konsep sampai penulisan skenario digarap optimal. Tim melakukan diskusi kelompok terfokus (FGD) yang melibatkan 32 orang penggemar lagu-lagu Didi.
Para partisipan itu terdiri atas laki-laki dan perempuan berusia 18-55 tahun. Tim menggali apa saja yang dirasakan partisipan dari lagu-lagu Didi, lalu semua cerita tersebut dirangkum menjadi tulang punggung skenario yang ditulis Bagus bersama Gea Rexy.
Menurut Bagus, film meneruskan pesan Didi untuk berani menjadi diri sendiri, bangga pada lokalitas yang menempel pada identitas. Prinsip itu dilakukan Didi selama lebih dari 35 tahun berkarya dalam semesta perjuangannya melestarikan musik tradisi. "Film ini hanya serpih kecil dari semesta itu, yang kami hadirkan secara sinematik untuk meneruskan spirit yang beliau tinggalkan," kata Bagus.
Selain Bhisma dan Denira, film turut dibintangi Asri Welas, Fransisca Saraswati (Sisca JKT48), Erick Estrada, dan Mo Sidik. Asri mengaku sangat terharu bisa beradu akting dalam satu film bersama almarhum Didi Kempot. Dia berperan sebagai salah seorang sad girl (sebutan untuk perempuan penggemar karya Didi). Asri senang, meski akhirnya merasa ambyar ketika Didi wafat dan film ini menjadi karya terakhir almarhum.
Menurutku, Mas Didi merupakan salah satu pahlawan budaya untuk bangsa Indonesia.ASRI WELAS
Perempuan berusia 41 tahun itu berpendapat, film amat merepresentasikan rasa kehilangan. Asri berharap film bisa mengobati rasa rindu semua orang terhadap Didi karena dia yakin banyak yang menggemarinya, lintas usia dan generasi.
Bintang film Keluarga Cemara tersebut salut dengan kiprah Didi di bidang budaya. Menurut Asri, Didi adalah sosok budayawan yang terus berkarya secara konsisten hingga mendapatkan apresiasi yang selayaknya.
Tidak peduli berasal dari suku dan etnis apa pun, Didi berhasil membuat semua orang menjadi satu lewat karya-karyanya yang fenomenal. "Menurutku, Mas Didi merupakan salah satu pahlawan budaya untuk bangsa Indonesia," ujar Asri.
Lihat postingan ini di Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.