Nasional
Keterisian Isolasi dan ICU Pasien Covid-19 Mengkhawatirkan
Jumlah keterisian kamar di rumah sakit rujukan pasien Covid-19 semakin meningkat.
JAKARTA – Keterisian ruang ICU dan kamar isolasi di rumah sakit rujukan Covid-19 di berbagai daerah saat ini dalam situasi mengkhawatirkan. Jumlah keterisian kamar di rumah sakit yang semakin meningkat ini pun perlu menjadi perhatian sekaligus alarm bersama agar situasi tidak semakin buruk.
“Jika dilihat pada tren perkembangannya, keterisian ruang ICU dan ruang isolasi secara nasional ini semakin meningkat dan mengkhawatirkan,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (5/1).
Di sejumlah daerah, kata Wiku, keterisian tempat tidur untuk kamar ICU dan kamar isolasi per 2 Januari 2021 bahkan telah melebihi 70 persen. Daerah tersebut yakni di DKI Jakarta, Banten, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.
Wiku menyampaikan, kondisi ini menunjukan bahwa Indonesia saat ini sedang dalam keadaan darurat. “Perlu dipahami bahwa masih tersisanya sedikit tempat tidur untuk pasien Covid-19 ini belum tentu bisa digunakan karena terbatasnya tenaga kesehatan,” ujar dia.
Apalagi hingga saat ini, Satgas mencatat sebanyak 237 dokter telah meninggal dunia akibat Covid-19. Tren meninggalnya para tenaga kesehatan inipun terus menunjukan peningkatan sejak Oktober hingga Desember. Semakin tingginya jumlah tenaga kesehatan yang meninggal dunia ini akan berpengaruh terhadap layanan penanganan kesehatan para pasien Covid-19.
Wiku mengingatkan, jika masyarakat terus menerus abai terhadap protokol kesehatan, maka fasilitas kesehatan di Indonesia tak akan cukup menampung dan menangani para pasien. Satu-satunya cara, kata dia, adalah mencegah penularan dengan tidak berkerumun dan menjalankan 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.
Tingkat keterisian rumah sakit rujukan dikonfirmasi Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Herlin Ferliana. Di Jatim, tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19, baik ICU maupun ruang isolasi telah mencapai 70 persen.
Herlin mengatakan, tingginya angka keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 tersebut menjadi peringatan untuk kembali meningkatkan kapasitas. Mengingat standar ideal yang ditetapkan WHO berada di kisaran 50 persen. “Kalau sudah 70 persen itu berarti peringatan harus melakukan tambahan lagi supaya tidak sampai menolak pasien,” ujar Herlin.
Herlin mengaku, Pemprov Jatim melakukan upaya-upaya untuk mengantisipasi penuhnya rumah sakit rujukan Covid-19. Di antaranya dengan meningkatkan jumlah rumah sakit rujukan Covid-19 dari 127 menjadi 145 rumah sakit. Pihaknya juga telah menambah jumlah tempat tidur di rumah sakit darurat lapangan, baik yang ada di Surabaya maupun di Malang.
Herlin juga meminta masyarakat untuk lebih meningkatkan kedisiplinan dalam menjalankan protokol kesehatan. Karena, kata dia, seberapa banyak pun rumah sakit, kalau masyarakat tidak bisa menjalankan protokol kesehatan secara ketat, maka rumah sakit tidak akan mampu menampung pasien Covid-19.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menambah tiga rumah sakit rujukan Covid-19. Sehingga saat ini, total ada 101 RS rujukan Covid-19 di Jakarta. Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan, penambahan tiga RS itu, yakni RS Ukrida Jakarta Barat, RS Antam Medika Jakarta Timur, dan RS Harapan Jayakarta Jakarta Timur.
View this post on Instagram
“Di setiap rumah sakit yang ada kita minta untuk meningkatkan kapasitas. Apa itu? Kapasitas tempat tidur, kapasitas ICU, kapasitas tenaga medis, dan lain-lain apakah obat, vitamin,” ujar dia.
Selain itu, sambung Ariza, Pemprov DKI Jakarta juga telah mengajukan penambahan tenaga kesehatan (nakes) ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Usulan tambahan sebanyak 2.676 nakes itu bertujuan untuk membantu penanganan Covid-19 di Jakarta.
Namun, menurut Ariza, seberapa banyak pun penambahan fasilitas RS rujukan Covid-19 dan tenaga kesehatan, kunci untuk menekan angka penyebaran Covid-19 juga berada pada masing-masing masyarakat. Dia menilai, tambahan berbagai fasilitas itu tidak akan membantu penanganan pandemi Covid-19 di Ibu Kota jika tanpa adanya kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.