Kisah Dalam Negeri
Tahu-Tempe Habis dalam Sekejap
Di sejumlah pasar, tahu dan tempe yang dijajakan pedagang bahkan habis dalam sekejap.
OLEH FEBRYAN A, RIGA NURUL IMAN
Setelah empat hari perajin tahu dan tempe melakukan mogok produksi, komoditas tersebut kembali tersedia di pasaran pada Senin (4/1). Harganya pun naik mengikuti harga kedelai yang lebih dulu melonjak. Kendati demikian, kedua komoditas itu tetap laris manis.
Di sejumlah pasar, tahu dan tempe yang dijajakan pedagang bahkan habis dalam sekejap. Hal ini seperti yang terjadi di Pasar Senen, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Pada Senin siang, tak ada satu pun pedadang tahu dan tempe yang berjualan. Usut punya usut, para pedagang tahu dan tempe hanya berjualan pada pagi hari karena saking banyaknya pembeli.
"Cuman ada tadi pagi (pedagang tahu dan tempe). Itu pun enggak lama. Paling satu atau dua jam tahu dan tempe langsung habis di sini," kata Ardi, seorang pedagang ayam potong di Blok 6 PD Pasar Senen, Senin (4/1/2021).
Hal serupa juga terjadi di Blok 3 PD Pasar Jaya. Tak ada satu pun pedagang tahu-tempe yang masih berjualan. Sejumlah pedagang sayur di sana mengatakan, pedagang tahu dan tempe sudah pulang sejak pagi karena dagangan mereka laris manis.
Sedangkan di Pasar Poncol, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, hanya ada satu pedagang tahu-tempe. Itu pun dagangannya hanya tersisa satu balok tempe.
Kalau enggak dinaikkan ya kita tak bisa makan.
"Saya bawa tahu tadi pagi dua kotak, langsung habis padahal baru jualan satu jam. Kalau tempe cuma sisa satu itu," kata satu-satunya pedagang tahu-tempe di Pasar Poncol, Daryoto (50 tahun).
Daryoto tak heran dagangannya laku keras kendati harga sudah dinaikkan. "Mungkin karena orang sudah tiga hari tidak bisa beli tahu dan tempe, makanya sekarang semuanya pada nyari," kata dia lagi.
Harga per potong tempe, kata Daryoto, kini naik dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.000 per balok. Harga tahu juga naik Rp 1000 dari harga sebelumnya Rp 5.000 per kantong. Daryoto menjelaskan, dia terpaksa menaikkan harga lantaran harga kedelai melonjak drastis. Jika sebelumnya ia membeli kedelai Rp 7.100 atau Rp 7.200 per kg, kini naik menjadi Rp 9.200 per kg. "Kalau enggak dinaikkan, ya kita tak bisa makan."
Sebelumnya, aksi mogok produksi dilakukan perajin tahu dan tempe wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi (Jabodetabek). Aksi mogok itu dipicu naiknya harga kedelai dengan harapan pemerintah mendengar keluhan, sehingga mengeluarkan kebijakan agar harga kedelai bisa kembali normal.
Di Kota Bogor, Jawa Barat, pasokan tahu dan tempe di sejumlah pasar juga sudah kembali normal setelah kosong selama tiga hari. Namun, kembalinya bahan pokok tersebut diiringi kenaikan harga.
Dirut Perumda Pasar Pakuan Jaya (PPJ) Muzakkir mengatakan, harga tahu dan tempe terpantau mengalami kenaikan di Pasar Sukasari, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, mulai Senin (4/1).
Harga tahu dan tempe meningkat Rp 2.000 hingga Rp 5.000, bergantung ukuran serta kualitas produk yang dijual. Meski demikian, ia menyebut pasokan sudah kembali normal.
Harga tahu dan tempe meningkat Rp 2.000 hingga Rp 5.000, bergantung ukuran serta kualitas produk yang dijual.
Di Pasar Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat, harga terpantau masih sama seperti sebelumnya. Muzakkir mengatakan, harga tempe dibanderol seharga Rp 7.000 dan tahu Rp 10 ribu per 10 buah.
Sebelumnya, kata Muzakkir, pasokan tahu dan tempe di Pasar Gunung Batu sempat langka sejak sebelum tahun baru. Namun kini pedagang sudah bisa kembali menjual tahu dan tempe seperti biasa.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bogor Gandjar Gunawan mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengecekan ke beberapa produsen tahu dan tempe. Dari pengecekan tersebut ditemukan kenaikan harga bahan baku kedelai.
Ia mengatakan, Disperdagin masih mendalami kenaikan tersebut, terutama yang berasal dari Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Kopti) yang terletak di Jalan Baru, Kecamatan Tanah Sareal.
Kondisi berbeda terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Komoditas tahu dan tempe masih langka di pasar tradisional akibat dampak aksi mogok perajin yang dilakukan beberapa hari lalu.
Pedagang tahu dan tempe tidak berjualan sejak 1 Januari 2021 karena produsen tahu dan tempe yang melakukan mogok
"Pedagang tahu dan tempe tidak berjualan sejak 1 Januari 2021 karena produsen tahu dan tempe yang melakukan mogok," ujar Hasimin (52 tahun), salah seorang pedagang tahu dan tempe di Pasar Induk Cianjur, Senin.
Ia mengaku sudah tahu bahwa aksi mogok telah selesai dilakukan pada Ahad (3/1). Kendati demikian, kata dia, hingga saat ini pasokan tahu dan tempe belum juga ia dapat dari para produsen.
"Banyak pembeli yang terpaksa pulang karena para penjual yang memilih libur hingga para produsen tahu tempe kembali produksi. Mayoritas yang mencari tahu dan tempe adalah penjual gorengan, warung nasi atau penjual makanan," katanya.
Pengrajin tahu di Cianjur, Adi Suardi (40) mengatakan, ia mulai kembali memproduksi tahu dengan menyesuaikan ukuran dan harga. Kenaikan harga bahan baku yang kini mencapai Rp 9.000 per kilogram membuatnya harus memutar otak agar tidak mengalami kerugian dan di sisi lain tak memberatkan pembeli.
Ketua Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Cianjur, Hugo, mengatakan tingginya harga kedelai membuat produsen sempat kebingungan. "Jika dipaksakan produksi dengan ukuran dan harga yang sama, perajin akan merugi," kata dia.
Hugo menerangkan, pada kondisi normal harga kedelai hanya Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kilogram. Akan tetapi, sekarang sudah menyentuh Rp 9.000 per kilogram dan sangat memberatkan perajin tahu dan tempe.
Produksi
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan bakal melakukan peningkatan produksi kedelai sebagai solusi lonjakan harga kedelai impor. Upaya peningkatan produksi itu akan dilakukan dalam dua kali musim.
"Ini membutuhkan 100 hari minimal kalau pertanaman. Kita dua kali 100 hari, ini bisa kita sikapi secara bertahap sambil menyiapkan agenda seperti apa mempersiapkan ketersediaannya," kata Syahrul di kantor Kementan, Senin (4/1).
Kendati demikian, Syahrul belum dapat memastikan berapa peningkatan produksi lokal yang bisa dihasilkan tahun ini maupun seberapa besar kenaikannya dibanding produksi tahun lalu. Mengutip data yang tersedia, produksi kedelai di Indonesia terakhir tahun 2018 mencapai 982,5 ribu ton. Adapun rata-rata kebutuhan nasional per tahun berkisar 3 juta ton.
"Saya tidak mau bicara angka, tapi dengan langkah cepat Kementan hari ini bersama integrator dan pengembangan kedelai kita coba lipat gandakan (produksi)," ujar Mentan.
Ia mengatakan, harga kedelai impor secara global terpengaruh dari sumbernya di Amerika Serikat yang menjadi produsen. Hal itu berdampak kepada sejumlah negara importir, termasuk Indonesia. Alhasil, harga kedelai melonjak dan berdampak pada industri makanan, termasuk pengrajin tahu dan tempe.
Menyikapi persoalan itu, Syahrul mengatakan telah bertemu para pihak terkait sekaligus pemerintah daerah agar bisa menyiapkan pasokan kedelai lokal lebih cepat. "Saya akan sikapi di lapangan," katanya.
Amankan pasokan kedelai
Pemerintah diharapkan dapat bergerak cepat untuk mengamankan pasokan kedelai impor. Sebab, permintaan terhadap komoditas di pasar internasional sedang tinggi.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menyarankan Kementerian Perdagangan melakukan perjanjian bilateral dengan negara produsen kedelai. Salah satu skema kerja sama yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan barter komoditas antara sawit dan kedelai.
"Ya kayak dulu pernah ada barter antara sawit dan suku cadang pesawat. Terus cek juga pasokan kedelai impor di dalam negeri. Jangan sampai situasi naiknya harga kedelai dimanfaatkan oleh para spekulan dengan menahan stok impor," katanya kepada Republika, Senin (4/1).
Bhima menilai, terdapat sejumlah faktor naiknya harga kedelai. Hal ini dimulai dari pasokan yang terbatas dari Argentina dan Brasil yang disebabkan faktor cuaca. Stok di Amerika Serikat pun terus menipis. Sedangkan, dari sisi permintaan terjadi kenaikan signifikan dari Cina pascapemulihan ekonomi dari Covid-19.
Cina, ungkap Bhima, menguasai 64 persen dari total permintaan kedelai global. Ketika ekonomi pulih, daya beli masyarakat Cina membaik dan membuat permintaan kedelai impor meningkat. Kedelai banyak digunakan di Cina untuk pakan ternak.
Bhima mengingatkan, kenaikan harga bahan baku tempe dan tahu akan memukul masyarakat kelas menengah ke bawah. Apalagi, Indonesia sedang dihantam resesi ekonomi dan naiknya angka kemiskinan.
"Biasanya masyarakat membeli telur, ayam, dan daging sapi. Tapi, bergeser untuk membeli tempe dan tahu. Kalau harga sampai naik tinggi di pasaran dan produsen tempe dan tahu berhenti produksi, itu sangat berisiko bagi ekonomi masyarakat," kata dia.
Pemerintah juga disebutnya harus memiliki langkah jangka panjang. Langkah itu adalah mendorong produktivitas dan luasan lahan kedelai sehingga ketergantungan terhadap kedelai impor bisa dikurangi.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto pada Ahad (3/1) menegaskan, stok kedelai mencukupi kebutuhan industri tahu dan tempe hingga tiga bulan mendatang. Berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), stok kedelai nasional di gudang importir sekitar 450 ribu ton.
Importir di daerah dilaporkan terus berupaya mendatangkan kedelai impor. Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung menyebut, salah satu importir telah mengirim 500 ton kacang kedelai asal Kanada. Pasokan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan produksi perajin tahu di Kota Bandung.
Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah mengungkapkan, importir itu menjual kedelai kepada para perajin tahu sekitar Rp 9.100 per kg. "Kami meninjau salah satu importir Depot Kacang Indonesia. Baru saja masuk satu kontainer kacang kedelai," ujarnya di sela-sela meninjau pabrik tahu NJ di Jalan Terusan Pasirkoja, Senin (4/1).
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.