Kabar Utama
Perjalanan di Titik Persimpangan
Kredibilitas dan kemaslahatan informasi adalah pilihan di tengah persimpangan jalan.
Catatan 28 Tahun Republika
OLEH IRFAN JUNAIDI; Pemimpin Redaksi Republika
Orang sudah tidak lagi membaca koran. Menonton TV juga sudah jarang. Dengar radio kalau di mobil saja. Kalimat-kalimat tersebut kerap kita dengar.
Kira-kira memang seperti itulah tantangan yang sedang dihadapi para pengelola media massa. Situasi yang bisa jadi memang sulit untuk dihadapi dan diatasi. Kreativitas, inovasi, kecanggihan dalam merangkul publik, dan keteguhan menjaga kredibilitas informasi serta semangat mengusung nilai-nilai kebaikan menjadi kuncinya.
Pilihan publik untuk bisa mendapatkan akses informasi sudah sangat banyak. Untuk mendapatkan informasi, publik tidak perlu lagi harus berlangganan koran atau memantau siaran televisi dan radio secara terus-menerus. Sumber-sumber informasi kini justru beradu cepat untuk bisa merangkul audiens.
Berita sudah seperti oksigen yang jumlahnya berlimpah. Untuk menikmatinya juga publik tidak harus membayar. Hanya dalam kondisi darurat saja, orang mau membeli oksigen tabung untuk membantu pernapasan.
Dalam situasi seperti ini, media massa berhadapan dengan tantangan besar untuk bisa terus memainkan perannya sebagai pilar keempat demokrasi.
View this post on Instagram
Sebelum Reformasi 1998 terjadi, sumber berita benar-benar berada dalam otoritas media massa. Publik menjadikan berita sebagai sumber daya terbatas. Republika yang lahir 4 Januari 1993 sempat mengalami situasi ini. Ruang informasi di masyarakat banyak sekali dipengaruhi pemberitaan di media massa.
Dalam situasi tersebut, tantangan yang dihadapi media massa adalah isu freedom of the press. Sensor berlaku dan pilihan berita media massa banyak berada dalam kontrol negara. Tidak mudah untuk bisa menghadapi persimpangan seperti ini: memenuhi sepenuhnya dahaga publik atau mengikuti kontrol negara.
Isu freedom of the press otomatis berakhir ketika Reformasi bergulir dan pemerintahan berganti. Media diberi kebebasan luas sekali. Sensor dihilangkan dan semua pihak bisa membangun media tanpa ada persyaratan khusus. Begitu banyak media lahir dengan kualitas konten yang sangat beragam. Ada yang kuat memegang etika, banyak pula yang mengabaikannya.
Media yang benar dan kuat dalam menjaga kredibilitas bisa berlanjut. Media yang hanya menyajikan sensasi dan mengabaikan etika bertumbangan satu per satu.
Seleksi alam pun terjadi. Media yang benar dan kuat dalam menjaga kredibilitas bisa berlanjut. Media yang hanya menyajikan sensasi dan mengabaikan etika bertumbangan satu per satu. Dalam fase ini, publik banyak mengalami bias informasi. Judul dan isi mengalami kesenjangan.
Memasuki pertengahan 2000-an, media sosial mulai hadir merebut perhatian publik. Sumber informasi mulai banyak ditemukan di akun-akun media sosial. Akhirnya media massa pun harus berbagi ruang publik dengan media sosial.
View this post on Instagram
Isu soal kecepatan menjadi mengemuka. Media massa yang konvensional maupun digital dihadapkan pada perlombaan adu kecepatan dalam menjangkau publik. Seperti pepatah lama, siapa cepat dia dapat. Efek samping dari balapan ini adalah soal akurasi.
Dinamika perjalanan tersebut seluruhnya dirasakan Republika. Jatuh bangunnya suasana publik direkam dan diramu sebagai sajian berita bagi masyarakat luas. Republika ikut menjadi bagian dari elemen yang menemani laju perubahan bangsa dalam 28 tahun terakhir. Dengan segala kekurangannya, Republika ingin sekali menjadi bagian dari solusi bangsa ini dalam mengatasi semua rintangan.
Jurnalisme dengan energi yang positif menjadi urat nadi Republika. Setiap pesan yang diberitakan Republika adalah energi kebaikan. Semua fungsi jurnalisme dijalankan untuk membawa kemajuan dan kemaslahatan, bukan semata-mata mengejar perhatian publik. Meskipun dalam situasi post truth, perhatian publik adalah harta karun untuk mengokohkan pilar bisnis industri media.
Maka, tidak heran jika kemudian banyak muncul penyedia konten yang benar-benar mengedepankan tujuan untuk merebut perhatian publik. Segala cara ditempuh untuk semata-mata menjadi pusat perhatian, meski sering kali mengabaikan nilai-nilai etik. Bahkan, tak jarang para pemburu perhatian ini juga mengabaikan validitas informasi yang diedarkannya.
Jurnalisme dengan energi yang positif menjadi urat nadi Republika. Setiap pesan yang diberitakan Republika adalah energi kebaikan.
Tradisi mencuri perhatian dalam perspektif yang negatif ini jelas sekali merugikan publik. Ruang informasi menjadi sulit menemukan batas kebenarannya. Informasi kredibel banyak tercemar oleh sebaran informasi keliru, bahkan palsu.
Kondisi begini jelas sangat tidak menyehatkan. Publik yang sehat hanya akan lahir dari aliran deras informasi yang kredibel dan sehat.
Lebih parah lagi malah sebaran informasi palsu dijadikan ladang penghidupan untuk tujuan tertentu. Pihak-pihak yang sengaja menyebarkan informasi palsu untuk menimba keuntungan ekonomi, politik, atau pengaruh sosial, bermunculan. Berbagai platform global di dunia digital menjadi kendaraan penting mereka.
Ini adalah tantangan serius yang harus dihadapi. Platform media sosial masih memberi ruang kosong bagi hadirnya pabrikasi informasi palsu. Menjadi serius karena paparan media sosial sudah sangat luas. Pembagian ruang informasi media massa banyak diisi oleh media sosial.
Persimpangan jalan dihadapi media massa saat bertemu pada pilihan tetap bertahan dengan nilai-nilai dan asas kerja jurnalisme atau mengikuti tren berebut harta karun berupa kerumunan.
Tak hanya informasi palsu, media massa juga banyak terebut kontennya oleh platform-platform global. Keriuhan warga dunia digital hadir ke platform global yang banyak menyajikan konten yang diambil dari pemilik aslinya. Dalam percaturan ini, pemilik asli konten tidak bisa banyak mendapat keuntungan dari keriuhan tersebut.
Persimpangan jalan dihadapi media massa saat bertemu pada pilihan tetap bertahan dengan nilai-nilai dan asas kerja jurnalisme atau mengikuti tren berebut harta karun berupa kerumunan. Untuk bisa menggabungkan keduanya bukan pilihan mudah. Republika tetap mengafirmasi berbagai terobosan teknologi, dengan landasan niat menyehatkan ruang informasi publik.
Jadi, di manakah posisi Republika? Hingga memasuki usia 28 tahun, Republika tetap terus menegakkan prinsip-prinsip jurnalisme. Kredibilitas dan kemaslahatan informasi adalah pilihan di tengah persimpangan jalan, meski terkadang kurang populer.
Namun, dengan pilihan tersebut Republika sangat ingin menjalankan fungsi edukasi publik dengan informasi yang menyehatkan, mendamaikan, menumbuhkan semangat, serta membangun nilai-nilai positif lainnya.
Kredibilitas dan kemaslahatan informasi adalah pilihan di tengah persimpangan jalan, meski terkadang kurang populer.
Apalagi, dalam tekanan pandemi seperti sekarang ini, informasi yang menumbuhkan optimisme sangatlah penting bagi masyarakat. Kungkungan ketakutan akibat pandemi menjadi beban tersendiri. Informasi kredibel yang menumbuhkan perasaan lebih optimistis diharapkan bisa menjadi sumbangan dalam memperkuat daya tahan individu maupun sosial.
Selain dengan atsmosfer yang positif, ujian pandemi ini juga harus dihadapi dengan kebersamaan dan kekompakan seluruh elemen bangsa. Republika menyediakan diri sebagai jembatan yang bisa menjalankan fungsi merekatkan seluruh komponen bangsa dalam derap langkah maju melalui semua rintangan, termasuk deraan Covid-19.
Republika masih jauh dari sempurna untuk bisa dikatakan telah menjalankan misi tersebut dengan baik. Dukungan, nasihat, kritik, saran, dan doa dari semua pihak sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan langkah media yang membawa warna kebangsaan dan keumatan ini.
Berbagai penghargaan dan capaian selama ini tidak pernah lepas dari dukungan dan doa semua pemangku kepentingan Republika. Ini adalah hasil kerja bersama, yang juga harus dijaga bersama-sama. Terima kasih atas semua doa dan dukungan, dirgahayu Republika!
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.