Keluarga
Agar Hobi tidak Bikin Kantong Bolong
Hobi pun dapat dikelola menjadi sumber penghasilan baru.
Selama pandemi Covid 19 dan karantina mandiri, banyak orang yang punya hobi baru. Sayangnya, mereka bingung juga mengelola pengeluaran agar tetap selaras dengan kemampuan kocek.
Seorang ibu muda bernama Thaya Fitria (27 tahun) mengaku kembali fokus dengan hobinya mengumpulkan tanaman kaktus pada masa pandemi ini. Sebenarnya hobi itu sudah dia jalankan sejak 2018, tapi intensitasnya semakin hari semakin jarang ia lakukan karena kesibukan kerja. Terlebih ketika dia menikah dan memiliki buah hati.
“Pekarangan juga dulu terbatas, sekarang alhamdulillah sudah saya buat lebih lebar,” kata dia saat dihubungi Republika.
Meskipun itu bukanlah hobi baru untuknya, pandemi ini ia jadikan ajang memuaskan hasrat yang sudah lama terpendam itu, karena ia memiliki cukup banyak waktu di rumah. Dan kaktus ini termasuk dalam hobi dengan bujet yang cukup mahal.
Kaktus ini bermacam-macam sekali jenisnya, seperti salah satu kaktus yang berasal dari Thailand, Astrophytum. Bentuknya seperti bola dengan berbagai corak dan warna, membuat kaktus ini memiliki keunikannya sendiri.
Jenis Astrophytum ini memiliki daya tahan hidup yang tinggi dalam berbagai kondisi cuaca. Di Indonesia, ini dibanderol dengan harga mulai dari Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu.
Lalu kaktus jenis Gymnolycium, sebenarnya ada juga yang berasal dari Indonesia sendiri. Tapi kebanyakan warnanya memang tidak secantik hasil perkawinan silang yang banyak dikembangkan di Thailand. Jenis Gymnolycium masih dibagi dalam beberapa bentuk lagi.
Bentuknya yang kekar dan dipadu dengan warna yang begitu mencolok membuat kaktus jenis ini dapat dibilang lumayan mahal.
Bentuknya yang kekar dan dipadu dengan warna yang begitu mencolok membuat kaktus jenis ini dapat dibilang lumayan mahal. Harganya berkisar antara Rp 200 ribu hingga jutaan rupiah.
Bahkan, ada juga kaktus yang dijuluki berlian hidup yaitu kaktus jenis Amazing Deaw. Ini karena kaktus tersebut berwarna sangat unik, bahkan sering dikira kaktus palsu oleh orang awam. Amazing Deaw dihargai mulai dari Rp 5 juta ke atas tergantung dari corak dan warnanya.
Thaya menjelaskan, kaktus jenis Gymnolycium sudah bisa dibilang mahal, jika dibandingkan dengan sukulen jenis daun-daun yang mungkin agak murah alias bisa di bawah Rp 100 ribu atau Rp 50 ribu. Dengan memperbanyak koleksi tanaman kaktusnya, tentu ia harus merealokasi dana.
“Kebetulan karena nggak banyak keluar rumah, jadi anggaran buat ongkos keluar dialihkan buat beli kaktus. Toh jangka panjang sebenarnya kaktus bisa jadi alat investasi nantinya. Kayak Gymno starfire ukuran 1,5-2 cm itu bisa dihargai Rp 100 ribu sampai Rp 250 ribu. Semakin nambah ukuran, semakin nambah harga sampai jutaan,” papar perempuan yang bermukim di kawasan Jatiwaringin itu.
Kebetulan karena nggak banyak keluar rumah, jadi anggaran buat ongkos keluar dialihkan buat beli kaktus. Toh jangka panjang sebenarnya kaktus bisa jadi alat investasi nantinya.
Thaya Fitria
Untuk anggaran, setiap bulan memang dia menyisihkan dana untuk membeli kaktus. Jadi ketika sudah ada rencana beli kaktus, dia memperkirakan biaya yang dibutuhkan dalam satu bulan serta penghematan yg bisa dilakukan. Jika ada sisa dari pengeluaran tersebut, itu bisa dialokasikan untuk hobi.
“Intinya semua harus cermat, nggak cuma asal hobi yang kata orang anget-anget tai ayam. Apalagi kaktus itu tanaman /segmented, nggak/ semua orang suka dan bisa merawat. Risiko mati itu besar sekali kalau salah urus,” kata ibu beranak satu itu.
Awalnya, ia hanya memiliki enam pot kaktus saja. Dan baru sejak pandemi ini saja koleksi kaktusnya kian bertambah, sekarang sudah ada sekitar 100 pot kaktus. Dalam satu pot bisa berisi dua sampai tiga kaktus. “Selama pandemi berarti total sudah tambah 90 pot,” ujar Thaya.
Tertarik mengikuti jejak Thaya?
Lakukan dengan Proporsional
Perencana keuangan, Agustina Fitria Aryani menjelaskan, dalam menjalankan hobi untuk mengisi waktu dan menghilangkan stres saat seharian di rumah termasuk hal yang wajar. Bahkan jika ditekuni bisa menjadi kegiatan yang produktif hingga bisa memberikan pemasukan.
Namun, tentu saja hobi ini sebisa mungkin dilakukan dengan proporsional, tidak mengganggu pekerjaan utama, dan memang diminati serta tidak sekadar ikut-ikutan. “Untuk langkah awal, cobalah hobi yang tidak membutuhkan modal besar. Coba ditekuni dalam beberapa waktu, sambil merasakan ritme aktivitasnya dan dampaknya terhadap perasaan,” ujar Agustina kepada Republika.
Tetap lakukan pencatatan keuangan yang terkait hobi ini dengan baik. Bahkan jika perlu, pisahkan keuangan hobi dari pencatatan keuangan keluarga agar lebih terlihat dampaknya secara finansial. Jika dalam kurun waktu tersebut hobi memberikan dampak yang positif, maka bisa ditekuni untuk jangka panjang.
“Sambil diantisipasi juga jika sudah bekerja normal, apakah mengganggu waktu kerja atau membuat hobi jadi terbengkalaikah? Apalagi jika berhubungan dengan makhluk hidup (seperti tanaman atau hewan) tentu harus lebih diperhitungkan,” ungkap Agustina.
Jika penghasilan berkurang tapi mau menyalurkan hobi supaya tidak stres, ia menyarankan untuk mencari hobi dengan bujet murah, mudah, dan sehat. Sesuaikan dengan kondisi di lingkungan masing-masing. Dan, jangan gunakan dana darurat untuk hobi, kecuali memang penghasilan tidak ada sama sekali dan berusaha untuk memperoleh pendapatan baru dengan menggunakan hobi. Saat itulah baru bisa menggunakan dana darurat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.