Seorang laki-laki berdoa hingga menangis selepas melaksanakan Salat Sunat Tobat untuk bencana gempa Lombok di Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Kamis (23/8). Ribuan umat muslim Lombok melaksanakan Salat Sunat Taubat, doa dan zikir bersama memohon a |

Khazanah

Pergantian Tahun Momentum Tobat

Tobat membersihkan hati dan membangun optimisme untuk menghadapi pergantian tahun

JAKARTA -- Tahun 2020 Masehi segera berakhir dan hadir tahun baru 2021. Dalam pandangan Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH M Cholil Nafis, pergantian tahun merupakan momen yang tepat untuk bermuhasabah diri.

‘’Mengevaluasi diri dari segala kesalahan yang pernah diperbuat dan memperbaikinya,’’ kata Kiai Cholil kepada Republika, Rabu (30/12).

Pada saat yang sama, Kiai Cholil juga mengajak umat Islam untuk bertobat dan memohon pertolongan Allah agar pandemi Covid-19 dapat segera berakhir.

"Maka, kita tobat dari seluruh kesalahan yang pernah kita perbuat dan kita tingkatkan pada 2021 berupa kebaikan-kebaikan sehingga kita menjadikan hari esok lebih baik daripada hari ini. Dan, hari ini lebih baik dari hari kemarin,’’ ujar dia.

Meski pandemi Covid-19 masih membayang-bayangi pada 2021, Kiai Cholil mengajak umat untuk tetap optimistis. Ia menilai, umat sudah mulai terbiasa menerapkan pola hidup baru sesuai standar protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Karena itu, ia berharap setiap anak bangsa terus melangkah dan lebih memberikan manfaat kebaikan bagi sesama pada tahun depan.

‘’Karena itu, pada 2021 tentu menjadi cara baru kita meraih sukses, cara baru kita melakukan kebaikan, memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara,’’ ujar dia.

Harapan akan kehidupan bangsa dan umat Islam yang lebih baik pada tahun depan juga disampaikan oleh Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dadang Kahmad. Ia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir dan digantikan dengan kesehatan yang prima pada tahun depan.

Berbagai sektor kehidupan, di antaranya ekonomi, pendidikan, agama, dan politik juga diharapkan membaik. Dadang juga berharap umat beragama dapat menjalankan agamanya secara benar sesuai dengan kitabnya masing-masing. Hal itu penting agar umat mendapatkan keberkahan dan hidup menjadi lebih baik.

Tahun 2020, lanjut dia, memang dianggap sebagai tahun kesedihan sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Sepanjang tahun masyarakat dibayangi kegalauan. Belum lagi korban jiwa yang hingga pengujung 2020 masih berjatuhan. Keadaan tersebut berimbas pada sektor ekonomi, pendidikan, sosial, termasuk agama.

"Saya kira masyarakat sudah bersabar. Ini akan jadi modal memasuki tahun baru ini. Dalam Alquran disebutkan, kita harus introspeksi, mawas diri untuk merencanakan supaya lebih baik," kata dia.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Maksum Mahfoedz saat ditanya harapannya pada 2021, lebih dulu berkisah tentang momen pergantian tahun yang dialami salah satu sahabat Rasulullah SAW, Utsman bin Affan RA.

photo
Ilustrasi tobat - (Republika/Putra M. Akbar)

Kala itu, terjadi polemik panas terkait penentuan tahun Islam. Sebagian sahabat menghitungnya sejak kelahiran Nabi dan sebagian lain menghitungnya sejak turunnya wahyu pertama.

“Saat itu, dengan cerdas Utsman mengusulkan tonggak sejarah yang ditandai oleh peristiwa Hijrah dan tahunnya menjadi tahun Hijriyah,” ujar Kiai Maksum.

“Filosofi beliau saat itu adalah Al-hijratu farraqat baina al-haqqi wa al-bathil (hijrah itu penanda perbedaan yang nyata antara yang benar dan haq dengan yang batil atau kegelapan),” katanya menambahkan.

Menurut dia, banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini, khususnya dalam momen pergantian tahun 2020 yang suram dan berat menuju tahun 2021 yang diharapkan membawa cahaya yang mampu mengangkat segala beban dan kesuraman.

“Tahun baru 2021 ini seyogianya berubah total membangun jalan terang, melalui penguatan rasa saling peduli dalam urusan ekonomi-kesehatan-pendidikan. Karena, cobaan double disruptions ini harus diselesaikan bersama secara cerdas,” ujar dia.

Kiai Maksum mengingatkan, segala cobaan ini adalah pengajaran dari Allah SWT kepada manusia untuk dapat dipetik hikmah di baliknya. “Kita perlu menyadari bahwa cobaan ini tidak tahu kapan berhenti dan hanya tertanggulangi ketika kita saling peduli, sembari senantiasa mendekatkan diri kepada Ilahi Rabbi.’’

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat