Inovasi
Optimalkan Teknologi untuk Jaga Kesehatan
Smartwatch jadi pengingat agar kita selalu bergerak dan melakukan kebiasaan hidup sehat.
Sebagai upaya meminimalisasi potensi penularan Covid-19, berbagai kegiatan yang biasanya kita lakukan di luar rumah, kini dilakukan dari dalam rumah. Hal ini membuat tubuh yang terbiasa bergerak aktif menjadi terbatasi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ketidakaktifan fisik menjadi faktor risiko utama keempat untuk kematian di seluruh dunia. Sekitar enam persen dari angka kematian tahunan terkait dengan aktivitas fisik, dan lebih dari dua juta kematian dapat dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak banyak bergerak.
Selama pandemi Covid-19, perilaku masyarakat dalam urusan gaya hidup dan menjaga kesehatan pun ikut mengalami pergeseran. Country Managaer Garmin Indonesia Rian Krisna menjelaskan, adanya pandemi saat ini membuat orang lebih concern dengan kesehatan. “Contohnya dengan tren lari dan sepeda saat ini, orang jadi lebih ingin mengukur kesehatannya untuk mengetahui keadaan tubuhnya setelah berolahraga dan terhindar dari penyakit berbahaya,” ujarnya.
Pada akhir Septeber 2020 lalu, Garmin memperkenalkan smartwatch terbarunya, Garmin Venu SQ. Republika pun berkesempatan menjajal perangkat smartwatch yang ditawarkan di kisaran harga Rp 3 jutaan ini.
Jam tangan pintar ini meiliki tampilan yang stylish, dengan dengan layar LCD seluas 1,3 inci. Layarnya mendukung input sentuh dan terlindungi Gorilla Glass 3. Talinya memiliki lebar sekitar 20 mili meter, dengan sistem quick release untuk permudah kustomisasi jam.
Salah satu hal yang kerap merepotkan ketika menggunakan smartwatch adalah baterai yang harus terus diisi. Untuk Garmin Venue SQ ini, tes pemakaian yang Republika lakukan, baterai perangkat ini bisa bertahan sekitar enam hari jika tanpa menggunakan GPS secara kontinyu.
Sementara untuk olahraga dengan GPS, baterai bisa bertahan hingga 14 jam nonstop. Dengan daya tahan baterai yang cukup lama, Garmin Venu Sq juga dapat dignakan untuk mengukur kualitas tidur pengguna.
Informasi tersebut, kemudian akan ditampilkan lewat aplikasi Garmin Connect. Pengguna juga bisa mengakses informasi tersebut melalui widget yang bisa dikustomisasi lewat aplikasi khusus, Garmin Connect IQ. Aplikasi ini, kini telah tersedia baik untuk Android maupun iOS.
Selain informasi terkait kualitas tidur, ada pula data-data lain yang dapat diperleh, seperti berapa banyak penggunanya bernafas dalam satu menit, informasi detak jantung, tingkat stres, hingga seberapa banyak energi yang telah ‘dilepaskan’ dari tubuh sepanjang hari.
Waspada Sedentary Lifestyle
Sedentary lifestyle atau gaya hidup kurang gerak adalah salah satu gaya hidup yang semakin berkembang sejak pandemi Covid-19. Hal ini ditandai dengan berkurangnya aktivitas fisik seseorang akibat bekerja dari rumah (WFH) atau belajar dari rumah (SFH) karena menghabiskan sebagian besar waktu dengan berdiam menghadap layar, duduk, dan berbaring.
Sebuah penelitian dari The Chinese University of Hongkong yang dipublikasikan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health pada Agustus 2020 mengamati, perilaku sedentary selama pandemi padahal gaya hidup ini rentan dengan sejumlah masalah kesehatan.
Meskipun belum ada penelitian secara khusus mengenai perkembangan sedentary lifestyle selama pandemi di Indonesia, kecenderungannya sudah terlihat berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada 2018. Disebutkan dalam riset tersebut bahwa 33,5 persen masyarakat Indonesia kurang beraktivitas fisik, angka yang kemungkinan bakal meningkat selama pandemi.
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dr. Sophia Hage SpKO. sedentary lifestyle memiliki dampak kesehatan yang tidak bisa dianggap remeh. Mulai dari obesitas, hipertensi, diabetes, penyakit jantung, osteoporosis hingga berpengaruh pada kesehatan mental. “Kabar baiknya, kita dapat mengurangi hal ini dengan aktif bergerak serta berolahraga,“ kata dia.
Untuk meminimalisir kurang gerak ini, kita bisa memanfaatkan teknologi, salah satunya smartwatch. Head of PR Xiaomi Indonesia, Stephanie Sicilia, mengungkapkan, selama pandemi, Xiaomi mendapati perubahan perilaku dari konsumen yang kini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
“Oleh karena itu, ke depan kami akan terus mengembangkan berbagai produk yang dapat membantu mengurangi dampak buruk dari sedentary lifestyle,” ujarnya.
Melalui perangkat cerdas Mi Watch dan Mi Watch Lite, Xiaomi pun mengajak masyarakat untuk dapat mengimbangi gaya hidup aktifnya dengan tidak lupa melakukan cukup aktivitas fisik. Mi Watch dan Mi Watch Lite yang diperkenalkan pada 8 Desember 2020 lalu merupakan perangkat AIoT dengan fitur untuk memantau kebugaran badan, mengukur aktivitas olahraga, dan menyodorkan informasi penting terkait kesehatan. Di antaranya, denyut jantung, siklus tidur, dan tingkat stres sekaligus pengingat untuk bergerak.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.