Priyantono Oemar | Daan Yahya | Republika

X-Kisah

Bahasa Indonesia Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Bahasa Indonesia juga belum mantap, penggunaan bahasa Belanda setelah kemerdekaan muncul lagi.

OLEH PRIYANTONO OEMAR

Meski Muh Hatta fasih berbahasa Belanda, di Konferensi Meja Bundar (KMB) ia menggunakan bahasa Indonesia. Ini menjadi penanda bahwa Indonesia telah menjadi negara merdeka dan UUD 45 telah menyebut bahasa Indonesia adalah bahasa negara. Utusan Belanda di KMB itu memakai bahasa Belanda.

Namun, perlu diakui, pengaruh tata bahasa Belanda masih memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari oleh masyarakat Indonesia. Hal ini mengundang Oejeng Soewarga menulis buku Merombak Tjara Berfikir Seperti Belanda pada 1962 menyangkut penentuan dikdaktik pelajaran bahasa Indonesia.

Oejeng lulus dari sekolah guru bantu Hollandsche Indische Kweekschool (HIK) Bandung pada 1938. Dalam keseharian hingga dekade 1950-an bahasa Belanda memang masih dipakai kalangan menengah dalam kehidupan sehari-hari di rumah.

Sempat hilang pada masa pendudukan Jepang karena penggunaan bahasa Belanda dilarang oleh Jepang. Namun, bahasa Indonesia juga belum mantap, sehingga muncul lagi penggunaan bahasa Belanda setelah kemerdekaan hingga dekade 1950-an.

Di Amerika Serikat ada pemuda Aceh yang terkenang dengan kampung halaman setelah Proklamasi Kemerdekaan. Namanya Charles Bedien yang kemudian menjadi pimpinan Komite Indonesia Merdeka di New York. Setelah proklamasi kemerdekaan, muncul Komite Indonesia Merdeka di beberapa kota di New York yang dipimpin oleh orang-orang Indonesia, baik yang sudah lama bermukim maupun yang baru beberapa tahun menuntut ilmu di sana.

"Sudah 20 tahun tinggal di Amerika, membuat Charles Bedien lupa bahasa Melayu. Tentu saja dia tidak mengikuti perkembangan bahasa Indonesia. Ia minta pertolongan ke Brisbane untuk mendapatkan buku pelajaran Malay Grammar," tulis Mohamad Bondan di buku Genderang Proklamasi di Luar Negeri.

Buku pelajaran bahasa Indonesia masih sulit dicari. NICA mencoba menerbitkannya untuk kalangan terbatas, tetapi dicetak stensil. Ada satu dua buku pelajaran bahasa Melayu, tetapi bukan yang diinginkan Bedien. Di Australia ada Malay Grammar susunan Hamilton yang digunakan di lembaga kursus bahasa sebagai pendahuluan pelajaran bahasa Indonesia di Sidney.

 
Buku pelajaran bahasa Indonesia masih sulit dicari. NICA mencoba menerbitkannya untuk kalangan terbatas, tetapi dicetak stensil.
 
 

Di Brisbane, Australia, ada Central Komite Indonesia Merdeka (Cenkim) yang menjadi tempat transit komunikasi Jakarta dengan luar negeri atau sebaliknya. Sebab, banyak surat yang ditahan kantor pos Hindia Belanda, sehingga tak sampai atau tertahan cukup lama baru sampai ke alamat tujuan setelah melewati pemeriksaan.

Pilihannya kemudian, mengirim surat ke Cenkim di Brisbane untuk diteruskan ke alamat tujuan lewat jalur khusus jika harus dikirim dari/ke Indonesia.

Di Medan pernah gempar gara-gara Presiden Sukarno berpidato menggunakan kata-kata aku, kamu, engkau.

Masyarakat Medan kurang bisa menerima pemakaian kata-kata itu. Peserta Kongres Bahasa Indonesia II dari Medan, Syamsuddin Rasyad, meminta Kongres memperhatikan pernyataan resmi dari pejabat di Medan untuk menghindari kata-kata yang tidak enak didengar.

"Kata-kata aku, kamu, engkau, yang diucapkan Sukarno saat berpidato membuka Kongres Bahasa itu tak enak didengar masyarakat Sumatera Utara. Kata- kata itu sempat mendapat reaksi masyarakat Sumatera Utara," kata Syamsuddin Rasad seperti dikutip Java Bode edisi 2 November 1954.

Ketika bahasa Indonesia dianggap bahasa yang egaliter dibandingkan bahasa Jawa, rupanya tak berlaku untuk kata-kata tertentu. Rasa bahasa menempatkan beberapa kata perlu memiliki krama bahasa.

 
Ketika bahasa Indonesia dianggap bahasa yang egaliter dibandingkan bahasa Jawa, rupanya tak berlaku untuk kata-kata tertentu.
 
 

Ketika sinetron mulai bermunculkan di televisi nasional di awal dekade 1990-an, banyak siswa di sinetron itu membahasakan dirinya dengan kata ganti aku ketika berdialog dengan gurunya. Banyak yang bereaksi karena membahasakan diri sendiri dengan kata ganti aku kepada orang yang jauh lebih tua dinilai tak cocok secara rasa bahasa dan tata krama. Demikian juga ketika menyapa orang yang lebih tua dengan kata ganti kamu, juga dinilai tak cocok secara nilai rasa bahasa dan tata krama.

Dalam bahasa Belanda, sapaan orang kedua untuk orang yang dihormati/dituakan/baru dikenal adalah U, sepadan dengan Anda dalam bahasa Indonesia. Jij di bahasa Belanda diterjemahkan sebagai kamu dalam bahasa Indonesia, untuk yang sebaya dan sudah dekat.

Maka, pada 1957 koran Pedoman yang dipimpin Rosihan Anwar mencari pengganti kata kamu, engkau.

photo
Rosihan Anwar - (DOK Wikipedia)

Muncullah anda yang diusulkan Kapten Sabirin. Namun, kata ganti ini lebih cocok digunakan di acara-acara resmi. Bahkan, ada penyair yang memilih menggunakan kata anda ketika menyapa orang yang membuat dia marah atau jengkel. Pamakaian sapaan anda memperlihatkan dia sedang marah kepada orang itu.

Penyair/sastrawan rupanya memang memiliki kemampuan lebih soal rasa bahasa. Itulah sebabnya, penyair Bahrum Rangkuti menyayangkan tidak dilibatkannya banyak penyair/sastrawan di penyelenggaraan Kongres Bahasa Indonesia II ini.

Di kepanitiaan hanya ada Nur St Iskandar. Bahrum menjadi pemrasaran di kongres itu membawakan makalah Bahasa Indonesia dalam Prosa dan Puisi. Bahrum menyebut, penyair Indonesia memiliki peran penting dalam pertumbuhan bahasa Indonesia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat