Keluarga
Serunya Pelihara Ikan Hias Saat Pandemi
Ada ketenangan tersendiri saat menyaksikan ikan-ikan hias itu berenang.
Memelihara ikan hias bukanlah jenis hobi baru. Namun sejak pandemi Covid-19 yang membuat sebagian besar orang lebih banyak tinggal di rumah, antusiasme memelihara ikan hias kian melonjak naik. Ikan hias seperti koi, cupang, guppy dan lainnya dianggap efektif menekan stres dan perasaan jenuh yang seringkali muncul kala pandemi Covid-19.
Kaitan kesehatan mental dan ikan hias setidaknya tampak dari studi tahun 2016 yang diterbitkan di Jurnal Environment and Behavior. Studi ini menunjukkan bahwa melihat ikan berenang di akuarium selama sepuluh menit dapat menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.
Peneliti menilai respons fisik dan mental dari 112 partisipan terhadap akuarium yang berisi beragam jenis ikan. Hasilnya partisipan merasa lebih rileks, dan membuat suasana hati mereka membaik.
Adalah Ramdan Arif, yang mulai memelihara ikan cupang selama pandemi Covid-19. Mahasiswa semester awal ini mengaku jenuh karena selama pandemi Covid-19 proses pembelajaran dialihkan menjadi virtual, sehingga ia memutuskan untuk memelihara ikan cupang.
Sebagai pemula, Ramdan baru memelihara satu ikan cupang di rumahnya. “Dulu sudah pernah memelihara juga tapi cupangnya mati, dan sekarang mulai lagi pelihara tapi hanya satu. Takutnya nggak keurus,” kata dia kepada Republika.
Jenis ikan cupang yang dipelihara juga bukanlah tipe langka atau berharga mahal. Ia hanya membeli ikan cupang di pasar ikan seharga Rp 50 ribu untuk kemudian disimpan di kamarnya. Laki-laki berusia 20 tahun itu mengaku merasa lebih tenang dengan melihat ikan berenang.
Ramdan juga mengungkap alasan mengapa ia lebih gemar memelihara ikan cupang daripada ikan lainnya. Menurut dia, ikan cupang tidak membutuhkan biaya perawatan yang mahal. Memelihara ikan cupang juga tidak harus membuat kolam atau membeli akuarium yang tentunya akan menguras kocek besar.
“Ikan cupang itu sangat simpel, nggak perlu banyak diurusi, paling hanya diganti air, diberi makan, gitu-gitu aja. Jadi nggak terlalu repot juga,” kata Ramdan.
Meski hobi memelihara ikan cupang, saat ini ia belum berpikir untuk menernak ikan cupang. Ia kerap menerima beberapa masukan untuk mencoba membuat ternak ikan cupang, dengan membeli indukan untuk dikawinkan.
Namun dia merasa belum punya keseriusan dan keyakinan untuk menjadi peternak. “Masih sebatas hobi saja, dibilang nggak serius tapi ya serius. Mungkin ya serius tapi santai, jadi cukup saja pelihara satu atau dua untuk jadi hiburan,” kata Ramdan.
Penghilang stres
Selain ikan cupang, ikan koi juga menjadi salah satu ikan hias yang banyak digemari. Salah satu penggemar ikan koi adalah Cecep Akbar.
Dia mengaku mulai memelihara ikan koi sejak tahun 2018, karena dipengaruhi seorang kawan. Awal-awalnya masih belum jatuh cinta dengan ikan koi, namun lambat laun ia mulai tertarik dan mempelajari bagaimana memelihara ikan koi di rumah.
“Dulu beli 20 ekor dulu, dan tambah ikannya juga pelan-pelan. Karena jujur bukan hanya ingin banyak, tapi yang dipelihara di rumah ingin yang bagus warnanya, kualitasnya,” kata Cecep.
Selain terpengaruh teman, pekerja swasta yang berdomisili di Bandung itu juga mengaku hobi memelihara ikan koi karena beberapa alasan.
Pertama, ikan koi memiliki umur yang panjang, rata-rata ikan koi bisa hidup selama 15 hingga 30 tahun atau bahkan lebih.
Kedua, ikan koi tidak terlalu rewel soal makan. Menurut Cecep, ikan koi kuat tidak diberi makan hingga 10 hari. “Jadi kalau kebetulan ada kegiatan di luar atau pergi ke luar kota dan di rumah tidak ada siapa-siapa, saya tidak terlalu khawatir dengan ikan koi. Karena ya itu tadi, ikan koi jenis ikan yang nggak rewel soal makan,” kata dia.
Keputusannya pun bulat untuk memelihara ikan koi, karena koi tidak menyebabkan alergi atau bahaya. Ikan koi tidak memicu asma kambuh, alergi bulu kumat, juga tidak ada potensi digigit, dicakar atau lainnya.
Kemudian, ikan koi juga bisa menjadi penghilang stres dan penat. Memang ikan koi tidak bisa dielus-elus seperti kucing atau berinteraksi seperti binatang lain, namun dengan melihat kolam yang penuh dengan ikan koi berwarna-warni yang berenang meliuk-liuk sudah menjadi pelipur lara bagi si pemilik.
Menurut Cecep ada kesenangan tersendiri bagi para pehobi ketika melihat ikan koi di kolam, yang mungkin tidak bisa dirasakan oleh mereka yang tidak memiliki hobi ikan. Di rumahnya, Cecep setidaknya memiliki 100 ikan koi lebih. “Segitu masih sedikit sih, masih banyak yang punya koleksi ikan koi lebih banyak,” kata Cecep.
Cupang dan Guppy tak Kalah Menawan
Tak hanya koi, ikan cupang dan guppy juga menjadi salah satu jenis ikan hias yang kian populer saat pandemi Covid-19. Ikan guppy merupakan ikan hias asli dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan, dan masuk ke Indonesia pada awal 1920-an. Awalnya ikan ini digunakan untuk memakan jentik atau larva nyamuk malaria, namun kini banyak yang menggemari jenis ikan ini.
Begitupun ikan cupang. Selain karena nostalgia, corak warna yang beragam juga menjadi alasan mengapa banyak yang mengincar ikan cupang. Dalam keterangan resminya, Sahlan Rosyadi selaku presiden Indonesian Guppy Popularize Associatoin (IGPA) juga menyebut bahwa ikan cupang menjadi salah satu ikan hias yang memiliki penikmat setia.
“Ikan cupang itu ada kontes dan penikmat setianya masih eksis hingga saat ini, jadi tidak salah jika saat ini makin booming di masyarakat,” jelas dia.
Di kalangan para penggemar, ikan cupang atau Betta SP umumnya dibagi lagi menjadi tiga golongan yaitu cupang hias, cupang aduan dan cupang liar. Jenis ikan cupang yang sangat beragam dan macamnya memiliki harga yang variatif, mulai dari puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah.
Ikan cupang juga merupakan salah satu ikan yang kuat bertahan hidup dalam waktu lama. Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa ikan cupang digemari oleh banyak kalangan. Bagi kalian yang ingin mulai memelihara ikan cupang setidaknya ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, yaitu wadah ikan cupang, air dan pakan.
Wadah untuk cupang yang harus disediakan bisa akuarium, toples atau lainnya yang cukup untuk pergerakan satu ekor cupang, mengingat ikan cupang harus tinggal sendiri dan tidak bisa disatukan dengan ikan lain.
Untuk air sendiri persiapkan air tawar yang volumenya bisa disesuaikan dengan wadah untuk cupang. Lalu pakan bisa dibeli di toko ikan hias, atau memberinya jentik nyamuk dan kutu air yang dipercaya bisa membuat pertumbuhan ekornya semakin bagus.
Selain itu, bagi Anda yang memelihara ikan cupang juga pastikan untuk rutin mengganti air dan menjemur ikan cupang. Kebersihan air menjadi salah satu cara untuk menghindarkan cupang dari bakteri dan penyakit.
Pemain Lama Versus Pemain Baru
Pakar ikan koi sekaligus perancang kolam koi, Keko Sumowijoyo mengakui bahwa selama pandemi ada peningkatan permintaan merancang kolam ikan koi. Menurut Keko, peningkatan ini tidak terlepas dari kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membuat semua orang memiliki banyak waktu di rumah.
Dari fenomena pandemi Covid-19, Keko kemudian membagi dua kelompok pecinta koi yaitu ada pemain baru dan lama. Pemain baru adalah pecinta ikan koi yang baru memiliki waktu untuk menyalurkan hobinya di masa pandemi, sementara pemain lama adalah mereka yang telah memiliki kolam koi dan ingin menambah koleksi koi-nya.
“Jadi gara-gara bekerja dari rumah, banyak orang punya waktu untuk menyalurkan hobi. Jadi tidak salah jika ada peningkatan permintaan koi dan desain kolamnya,” kata Keko kepada Republika.
Para pemain lama juga pada akhirnya memiliki punya banyak waktu untuk duduk di pinggir kolam berjam-jam. Jika biasanya mereka meluangkan waktu selama 5-10 jam per minggu, sekarang di masa pandemi bisa lebih lama.
Karena itulah, adanya waktu luang itu juga dimanfaatkan para pemain lama untuk menata kembali kolam dan menambah koleksi koi. “Mereka para pemain lama juga pasti pengen beli lagi koi, pengen renovasi kolam jadi makin bagus. Karena punya waktu luang itu,” jelas dia.
Bagi para pemain baru, memang ada bujet yang harus dikeluarkan di awal untuk membuat kolam. Menurut Keko, kolam koi paling kecil dengan rata-rata ukuran 10 meter kubik bisa menghabiskan biaya antara Rp 60 hingga 70 juta. Lebih besar ukuran kolam, maka semakin besar juga biaya yang dikeluarkan. “Kalau koi memang biaya bikin kolamnya nggak murah, koi juga nggak bisa dipelihara di akuarium,” kata dia.
Adapun harga ikan koi beragam mulai dari Rp 10 ribu per ekor, Rp 100 ribu per ekor, Rp 10 juta per ekor bahkan ada yang sampai Rp 100 juta per ekor. Lalu apa yang menjadi pembeda di antara mereka? Menurut Keko, pembedanya adalah kualitas ikan koi.
Untuk pemain baru atau pemula, Keko menyarankan membeli ikan koi yang murah dulu untuk belajar. Karena meski memelihara ikan koi tidak ribet, namun tetap saja pemilik harus mengetahui banyak hal agar berhasil memelihara ikan koi.
Keko mengungkap beberapa tantangan bagi para pemain baru atau pemula yang ingin memelihara koi, misalnya pengetahuan tentang ikan masih minim. Selayaknya makhluk hidup, ikan koi juga pasti akan mengalami sakit dan para pemula umumnya masih kebingungan menangani ikan koi yang sakit.
Tak hanya itu, para pemula juga umumnya masih memiliki fasilitas yang belum memadai. Baik itu dari fasilitas kolam, pakan, dan lainnya. “Maka dari itu ketika pandemi Covid-19 ini banyak juga dari mereka yang terus meng-upgrade kolam dan ikan koi-nya,” kata Keko.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.