Arsitektur
Masjid Aiwan Begumpet, Wajah Klasik Andalusia di India
Masjid Aiwan disebut pula sebagai Masjid Spanyol karena corak arsitekturnya yang khas.
OLEH HASANUL RIZQA
Hyderabad saat ini merupakan ibu kota negara bagian Telangana, India. Secara harfiah, namanya berarti “Kota Singa”— hyder, 'singa’; abad, 'kota'. Julukan tersebut menandakan kebesaran sejarahnya.
Sejak dahulu kala, kota ini memang dikenal sebagai salah satu simpul kosmopolitan yang mempertemukan Anak Benua India dengan kebudayaan-kebudayaan lain, seperti Persia (Iran), Arab, Afrika Utara, dan belakangan Eropa.
Dalam sejarah peradaban Islam, Hyderabad mulai dibangun sejak zaman Dinasti Qutb Shah pada akhir abad ke-16. Perintisnya, Sultan Muhammad Quli Qutb, sengaja memilih lokasi kota tersebut yang bersisian dengan Sungai Musi.
Sebab, di sanalah kawasan yang tidak hanya memiliki lahan-lahan subur, tetapi juga strategis sebagai pusat perdagangan. Qutb Shah tergantikan oleh Dinasti Mughal, sebelum pada akhirnya Britania Raya menguasai India pada pertengahan abad ke-19.
Meskipun dijajah Inggris, Hyderabad terus mengalami perkembangan kebudayaan Islam yang signifikan. Salah satu buktinya adalah keberadaan Masjid Aiwan Begumpet.
Masjid tersebut dibangun di dalam kompleks Istana Paigah, Begumpet, Hyderabad. Tempat itu pada mulanya dimaksudkan sebagai sarana ibadah bagi kaum bangsawan Paigah, yang secara turun temurun tinggal di istana setempat.
Pembangunan Masjid Aiwan digagas Muhammad Fazluddin Khan, seorang perdana menteri Hyderabad pada awal abad ke-20. Beberapa sumber menyebutkan, proyek tersebut dimulai sejak 1906 dan selesai beberapa tahun kemudian. Fazluddin Khan lebih dikenal dengan sebutan Iqbal Ud Daula. Tak mengherankan bila hingga kini, masyarakat lokal menamakan masjid tersebut sebagai Masjid Iqbal Ud Daula.
Masjid itu juga disebut sebagai Masjid Spanyol. Ceritanya bermula sejak Fazluddin Khan melawat ke Benua Eropa. Saat mengunjungi Spanyol, dirinya terkesan oleh keindahan dan kemegahan beberapa masjid bersejarah di sana. Di antara yang memikat hatinya adalah Masjid Agung Kordoba—yang sejak Inkuisisi Spanyol pada abad ke-16 diubah menjadi Gereja Katedral Kordoba. Karena itu, bangsawan India tersebut ingin menghadirkan sentuhan Andalusia di dalam kompleks Istana Paigah.
Keinginan itu mewujud dalam corak arsitektur Masjid Aiwan. Elemen-elemen budaya Andalusia memang tampak mencolok pada bentuk bangunannya. Bahkan, unsur-unsur Gotik Eropa juga menghiasi berbagai sudut masjid tersebut, semisal pada bagian birai jendela dan pintu masuk.
Namun, bila dilihat secara saksama, ciri khas masjid-masjid Turki juga terlihat di sana. Umpamanya, pada bagian menara yang menjulang seperti pensil raksasa.
Ada belasan menara di masjid tersebut. Yang terbesar di antaranya berada pada setiap empat sudut bangunan utama. Bentuknya ramping, bersisi delapan (oktagonal), dan semakin menyempit pada ujungnya.
Sementara itu, kubah Masjid Aiwan tidak seperti umumnya masjid-masjid di India yang berbentuk bulat atau bawang. Alih-alih demikian, kubah itu seakan-akan seperti potongan ujung menara yang dibuat lebih besar. Ada kesan arsitektur Gotik yang ditampilkannya.
Kubah Masjid Aiwan tidak seperti umumnya masjid-masjid di India yang berbentuk bulat atau bawang.
Tidak kalah indah dengan tampilan eksterior, bagian interior Masjid Aiwan pun cukup menakjubkan. Walaupun tidak begitu luas, kesannya tetap menyerupai bagian dalam masjid (mezquita) di Kordoba, Spanyol. Hal itu terlihat jelas dari pilar-pilar penyangga atap yang saling terhubung dengan lengkungan yang khas Andalusia.
Sedikit perbedaannya adalah, lengkungan-lengkungan tersebut tidak dilapisi dengan warna-warni merah dan putih, sebagaimana di Mesquita Kordoba. Sebab, seluruhnya berwarna dominan putih, termasuk pada pilar-pilarnya.
Secara keseluruhan, warna putih pada Masjid Aiwan memang menimbulkan kesan elegan. Masjid yang kini telah berusia lebih dari satu abad itu bagaikan permata kebanggaan masyarakat Hyderabad, khususnya umat Islam.
Yayasan Nasional India untuk Seni dan Budaya (INTACH) menyatakan, masjid tersebut sebagai salah satu bangunan unik di seluruh India. Sebab, komposisi budaya yang ditunjukkannya sangat beragam dan cenderung berbeda bila dibandingkan dengan legasi lainnya dari peradaban Islam di negara tersebut.
Masjid Aiwan memiliki kapasitas atau daya tampung hingga 3.000 jamaah. Badan Arkeologi India (ASI) telah menetapkan bangunan tersebut sebagai salah satu cagar budaya nasional yang mesti dilindungi.
Pemerintah India juga telah mendaftarkan masjid seluas 3.000 meter persegi itu ke UNESCO sehingga dapat digolongkan sebagai warisan budaya dunia. Yang pasti, pencapaian arsitektur Islam yang disuguhkan melalui masjid itu menjadi inspirasi bagi banyak kalangan.
Untuk sampai ke Masjid Aiwan, para pelancong tidak perlu repot-repot. Bila menggunakan moda transportasi umum, cukup berhenti di Stasiun Begumpet, lalu menumpangi taksi untuk tiba di lokasi yang sejauh 2 kilometer.
Masjid bersejarah itu juga cukup dekat dengan kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat (AS) di Hyderabad. Pemerintah kota setempat bekerja sama dengan pihak takmir telah membuka masjid itu untuk siapapun, baik Muslim maupun non-Muslim.
Pengunjung yang hendak ke sana diharapkan untuk mematuhi aturan tata krama berpakaian. Kunjungan turis juga dilakukan pada jam-jam di luar waktu shalat harian dan shalat Jumat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.