Petugas memindahkan vaksin Covid-19 setibanya di Kantor Pusat Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Senin (7/12). | MUKHLIS JR/ANTARA FOTO

Kabar Utama

Kandungan Sinovac Masih Diuji

Sebanyak 45 juta dosis bahan baku Sinovac akan tiba hingga Januari 2021.

 

BANDUNG -- Status kehalalan vaksin Covid-19 produksi Sinovac masih dalam proses tahapan sertifikasi. Head of Corporate Communications Bio Farma, Iwan Setiawan mengatakan, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) masih mengonfirmasi beberapa zat kandungan vaksin tersebut. 

Sejauh ini, kata dia, hasil audit sementara BPJPH dan LPPOM MUI menyatakan tidak ditemukan bahan-bahan yang mengandung najis. Iwan berharap sebelum vaksin Sinovac resmi didistribusikan, proses sertifikasi halal sudah selesai dilakukan. 

"BPJPH MUI dan LPPOM sudah meninjau langsung ke Sinovac untuk melakukan audit. Mudah-mudahan sertifikasi halalnya bisa segera diterbitkan," ujar Iwan dalam konferensi pers virtual, Selasa (8/12) petang. 

Sebanyak 1,2 juta vaksin Sinovac yang dikirim dari Beijing tiba di Indonesia pada Ahad (6/12). Vaksin kemudian dibawa ke Bio Farma, Senin (7/12). 

Iwan mengatakan, selain soal sertifikat halal, vaksinasi juga masih menunggu izin penggunaan darurat atau yang dikenal dengan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Rencananya, izin ini akan diterbitkan pada akhir Januari, sambil menunggu hasil uji klinis fase III selesai.

Segera setelah izin keluar, Bio Farma akan langsung mendistribusikannya karena sebanyak 3 juta vaksin didatangkan dalan bentuk jadi, termasuk 1,2 juta vaksin tersebut. "Kalau EUA terbit akhir Januari, perkiraan kami Februari vaksin sudah bisa diberikan kepada masyarakat," katanya.

Sampai Selasa, uji klinis fase III masih berlangsung, dan diperkirakan interim reportnya keluar pada Januari 2021. Data-data uji klinis dari tim Fakultas Kedokteran Unpad Bandung akan diserahkan langsung ke BPOM guna proses persetujuan penggunaan daruratnya. 

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, vaksin Sinovac tahap dua sebanyak 1,8 juta dosis akan tiba pada akhir Desember 2020. “Dari total 3 juta dosis, Bio Farma telah menerima sebanyak 1,2 juta dosis kemasan single dose pada Ahad (6/12), sebanyak 568 vial akan dialokasikan untuk dilakukan pengujian mutu yang akan dilakukan bersama oleh Bio Farma dan BPOM," kata dia dalam konferensi pers virtual, Selasa (8/12).

Indonesia juga akan mendapatkan 15 juta dosis bahan baku vaksin. Direncanakan bahan baku tersebut tiba di tanah air pada akhir Desember 2020. Selanjutnya, pada Januari 2021 akan tiba bahan baku sebanyak 30 juta dosis.  “Akan ada 45 juta dosis vaksin dalam bentuk bahan baku,” ucapnya.

Menurut dia, Bio Farma akan memprioritaskan tenaga medis yang akan divaksin Covid-19 tahap awal. Pemberian vaksin tersebut akan dilakukan setelah pihaknya mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM. "Saat ini, pemerintah berupaya memberikan perlindungan kepada tenaga kesehatan dan mereka yang berada pada garda terdepan atau frontliner dengan memberikan vaksin Covid-19," ujarnya.

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, vaksin Covid-19 tersebut bertujuan menciptakan kekebalan komunitas. Idealnya, dibutuhkan 70 persen populasi yang harus divaksin. Artinya, setidaknya Indonesia harus memvaksian 200 juta orang. “Dan sangat tergantung efektivitas masing-masing vaksin tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dampak vaksinasi terhadap pengendalian transmisi Covid-19 akan berlangsung secara bertahap,” ujarnya, Selasa (8/12).

Keamanan

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengaku belum bisa berkomentar soal efektivitas dan keamanan vaksin Sinovac yang tiba tersebut. IDI juga menunggu hasil BPOM yang sedang mengumpulkan data hasil penelitian dari Cina, Brasil, hingga Bangladesh. "Efektifitas Vaksin Sinovac? Tidak tahu, pendapat harus berdasarkan data," kata Ketua Satgas Covid-19 IDI, Zubairi Djoerban, Rabu (9/12).

Kendati demikian, IDI menyambut baik upaya pemerintah dengan mendatangkan vaksin Covid-19 untuk menolong warganya. Oleh karena itu, IDI berharap BPOM segera mengeluarkan EUA ketika bukti-bukti keamanan, efikasi, efektivitas, hingga khasiat sudah cukup karena yang diperlukan adalah bukti sementara atau EUA. 

Sementara, Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengatakan saat ini belum ada data terkait vaksin Covid-19 Sinovac aman atau tidak. Vaksin Sinovac ini secara jelas masih dalam uji fase III. Maka, pemerintah harus hati-hati untuk melakukan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia.

"Data itu sangat penting ya. Sejak Juli, Cina sudah gunakan vaksin Sinovac, tapi sampai sekarang belum ada data yang ilmiah dari vaksin tersebut. Pertanyaan dari kalangan ilmuwan, bagaimana datanya? Tidak ada transparansi dari hasil riset vaksin itu," katanya, kemarin. 

Saat ini, Indonesia mengandalkan proses uji fase III di Unpad Bandung. Ia berharap vaksinasi tidak dilakukan dengan buru-buru.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat