Nusantara
BMKG: Waspada Bencana Hidrometeorologi
BMKG mengimbau semua pihak mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi jelang puncak musim hujan.
JAKARTA — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau semua pihak mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi menjelang puncak musim hujan. BMKG menprediksi puncak musim hujan berlangsung pada Januari-Februari 2021.
"Kami mengimbau pihak-pihak terkait di pemerintah pusat dan daerah maupun masyarakat yang tinggal di daerah yang berpotensi mendapatkan curah hujan tinggi hingga sangat tinggi agar mewaspadai adanya ancaman bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan banjir bandang," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal, dikutip Antara, Selasa (8/12).
Hasil pemantauan perkembangan musim hujan hingga akhir November 2020 menunjukkan, sebanyak 61 persen daerah di wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Di antaranya, sebagian besar Aceh, Sumatra Utara, sebagian besar Riau, Sumatra Barat, Jambi, Jakarta, sebagian besar Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan sebagian Jawa Timur.
Selain itu, musim hujan juga terdapat di sebagian besar Bali, sebagian NTB, Flores bagian utara, Kalimantan, sebagian Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan bagian barat, Maluku Utara, sebagian Maluku, Papua Barat, dan Papua bagian utara.
Sementara, anomali iklim La Nina terpantau masih berlangsung di Samudra Pasifik dengan intensitas level moderat. Intensitas La Nina moderat yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada periode Januari-Maret 2021 dan akan melemah pada Mei 2021. Musim hujan di sebagian besar wilayah di Indonesia diprediksi berlangsung hingga April 2021.
Banjir
Sementara, hujan yang terjadi sejak beberapa hari terakhir mengakibatkan sejumlah wilayah di Indonesia dilanda banjir. Di Provinsi Aceh, sebanyak 42 unit rumah warga dan 17 unit jembatan rusak akibat banjir yang melanda Kabupaten Aceh Timur. “Dampak material 39 unit rumah rusak berat, dua unit rusak sedang, dan satu unit rusak ringan. Sedangkan, 17 unit jembatan rusak berat,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Sunawardi, Selasa.
Ia menjelaskan, curah hujan dengan intensitas tinggi di Aceh Timur sejak Rabu (2/12) pekan lalu menyebabkan luapan air Sungai Pereulak dan Arakundo. Luapan sungai merendam ribuan rumah warga di 266 desa dalam 19 kecamatan di Aceh Timur. Korban yang terdampak mencapai 86.724 jiwa dalam 25.641 kepala keluarga (KK). Kemudian, seorang remaja atas nama Lia Rahmadani (14) dilaporkan meninggal dunia akibat terseret arus banjir.
Kondisi terakhir, kata Sunawardi, debit air di sejumlah kecamatan sudah surut. Ketinggian air sudah turun menjadi 10-50 sentimeter. Bahkan, puluhan ribu warga yang sempat mengungsi juga sudah kembali ke rumahnya. Terpisah, di Provinsi Banten, tanaman padi seluas 8.573 hektare yang tersebar di lima kabupaten/kota terendam banjir akibat curah hujan tinggi dan meluapnya air sejumlah sungai di daerah itu.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid mengatakan, area tanaman padi yang terkena banjir di Banten tersebar di Kabupaten Pandeglang seluas 7.612,9 hektare dari luas tanaman padi 16.255 hektare. "Di Pandeglang itu tersebar di 16 kecamatan. Rata-rata usia tanam satu sampai 30 hari. Meski demikian, ada juga yang sudah 70 hari," kata Agus Tauchid.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.