Kabar Utama
Ekspor UMKM Digenjot
Peningkatan ekspor UMKM menjadi salah satu strategi percepat pemulihan ekonomi nasional.
JAKARTA -- Pemerintah menyatakan akan terus mendorong kinerja ekspor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Peningkatan ekspor UMKM menjadi salah satu strategi pemerintah untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Pada Jumat (4/12), pemerintah melakukan seremoni pelepasan ekspor tahun 2020 yang digelar secara virtual. Dari 133 perusahaan yang berpartisipasi, sebanyak 54 perusahaan di antaranya merupakan UMKM.
Nilai ekspor UMKM tercatat mencapai 12,29 juta dolar AS atau setara Rp 178,15 miliar. Dari 54 UMKM tersebut, tujuh UMKM akan melakukan ekspor perdananya. Sedangkan, total nilai ekspor perusahaan non-UMKM dan UMKM tercatat sebesar 1,64 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 23,75 triliun.
Presiden Joko Widodo yang menghadiri kegiatan pelepasan ekspor tersebut memerintahkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan instansi terkait untuk lebih banyak memberi akses dan pendampingan kepada pelaku UMKM sehingga bisa merambah pasar ekspor.
Ekspor UMKM, menurut Jokowi, memberi andil yang cukup signifikan dalam pemulihan ekonomi dan memperluas lapangan kerja.
Jokowi secara khusus meminta Atase Perdagangan dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) yang bernaung di bawah Kemendag agar menjadi market agent sekaligus sebagai pihak yang memberi akses pasar lebih luas bagi UMKM. Daya saing ekspor, khususnya usaha kecil dan menengah, harus terus ditingkatkan. "Gandeng UMKM di Indonesia menjadi satu kesatuan yang kuat untuk memenuhi order buyers," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya, Jumat (4/12).
Demi menjawab tantangan tersebut, Jokowi pun meminta pelaku UMKM dapat dihubungkan dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Tujuannya untuk membantu UMKM yang belum bisa mengakses pembiayaan dari bank. Selain itu, Jokowi menginstruksikan Kemendag untuk memperbanyak program pendampingan bagi pelaku UMKM agar mereka lebih siap masuk pasar dunia.
"Kita harus penuhi standar pasar global. Dengan brand yang kuat dan kemasan yang semakin baik, hal ini akan meningkatkan ekspor kita," kata Jokowi.
Jokowi menambahkan, neraca perdagangan Januari-Oktober 2020 surplus sebesar 17,07 miliar dolar AS. Namun, Jokowi belum puas karena Indonesia sebenarnya masih punya ruang yang sangat luas untuk merebut pasar ekspor dunia. Misalnya, kopi yang menjadi salah satu produk andalan Indonesia.
Pada 2019, Indonesia tercatat sebagai produsen kopi terbesar keempat dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Namun, jika dihitung berdasarkan nilai ekspor kopi, Indonesia hanya mampu bertengger di peringkat kedelapan dunia, bahkan di bawah Swiss dan Jerman.
"Potret kinerja ekspor kopi Indonesia masih tertinggal dibanding Vietnam yang pada 2019 mencapai 2,22 miliar dolar AS, sedangkan kinerja ekspor kopi Indonesia tahun 2019 di angka 883,12 juta dolar AS," ujar Jokowi.
Nasib serupa dialami produk garmen, kayu ringan, hingga komoditas perikanan Indonesia. Di sisi angka produksi, Indonesia bisa lebih unggul dari negara-negara lain. Namun, di sisi kinerja ekspor, Indonesia masih tertinggal.
Jokowi kembali menegaskan, peningkatan kinerja ekspor merupakan salah satu kunci pemulihan ekonomi nasional. Ekspor yang naik tidak hanya membantu menguntungkan para pengusaha, tetapi juga membuka lebih banyak lapangan kerja dan menghasilkan devisa bagi Indonesia.
"Juga mengurangi defisit transaksi berjalan kita. Kita harus lebih jeli melihat peluang pasar ekspor," kata Jokowi.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, total nilai ekspor perdana yang dilakukan tujuh perusahaan UMKM sebesar Rp 3 miliar. Ketujuh UMKM itu mengekspor produk makanan olahan ke Arab Saudi, tempat tidur sapi ke Jepang, hingga lidi nipah ke India.
Untuk diversifikasi produk baru, Agus menyebut ada 11 perusahaan UMKM yang melakukan ekspor dengan nilai 1,16 juta dolar AS atau Rp 16,82 miliar.
Terkait dukungan terhadap UMKM, Agus mengatakan, Kemendag telah membantu memfasilitasi kegiatan pembiayaan ekspor kepada 14 UMKM dengan nilai Rp 167 miliar.
Akses pembiayaan tersebut dilakukan lewat kerja sama dengan sejumlah bank BUMN dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank.
Agus berharap pemberian fasilitas pembiayaan ekspor mampu mendorong pelaku UMKM untuk melakukan diversifikasi produk. Dengan begitu, akses pasar yang bisa dijangkau akan lebih luas. "Kemendag akan terus berupaya agar semakin banyak UMKM dan pelaku usaha yang berhasil melakukan diversifikasi produk ekspor," ujar dia.
Direktur Eksekutif LPEI Daniel James Rompas mengatakan, LPEI memberikan pembiayaan modal kerja melalui skema penugasan khusus ekspor (PKE) senilai Rp 9,5 miliar kepada empat pelaku UKM berorientasi ekspor (UMBE). Fasilitas pembiayaan ini merupakan amanah pemerintah untuk turut membantu program pemulihan ekonomi nasional sekaligus meningkatkan ekspor nasional.
"Kami juga bersinergi dengan Kementerian Perdagangan dalam rangka peningkatan ekspor tersebut," kata James.
Salah satu UKM yang mendapatkan pembiayaan tersebut adalah CV Media Mitra Indonesia dengan nilai Rp 500 juta. UKM asal Pasuruan yang bergerak di bidang ekspor kapuk itu sebelumnya merupakan peserta program Coaching Program for New Exporter (CPNE) yang mampu naik kelas hingga mendapatkan pembiayaan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.