Nasional
RS Rujukan Covid-19 di Bandar Lampung Penuh
Tujuh RS rujukan Covid-19 di Kota Bandar Lampung menyediakan 97 tempat tidur perawatan pasien.
BANDAR LAMPUNG – Rumah Sakit (RS) rujukan Covid-19 di Kota Bandar Lampung mulai tidak bisa menampung pasien positif Covid-19 yang menjalani perawatan maupun isolasi. Pemkot Bandar Lampung berusaha untuk menggunakan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) milik Universitas Lampung (Unila).
RSP Unila akan menyiapkan 20 kamar isolasi untuk pasien positif Covid-19 yang tidak bergejala mulai Senin (16/11). Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Edwin Rusli, pasien positif Covid-19 yang ditempatkan (dirawat) di RSP Unila khusus yang tidak bergejala atau orang tanpa gejala. “Sedang dalam persiapan kekurangan di RSP Unila,” katanya, Senin (16/11).
Dia mengatakan, rencananya RSP Unila akan siap menampung pasien positif Covid-19 di Lampung dengan status OTG (orang tanpa gejala). RSP Unila memiliki tiga gedung perawatan yang telah dibangun selesai atas dana hibah Pemkot Bandar Lampung.
Menurut Edwin, pasien yang akan ditampung di RSP Unila khusus warga Kota Bandar Lampung. Terdapat 20 tempat tidur perawatan yang telah siap menampung. Ke depan akan ditambah lagi, sesuai kondisi. Untuk tahap awal masih menggunakan lantai dasar gedung RSP Unila.
Dari data yang diperoleh di Dinkes Provinsi Lampung, Senin (16/11), terdapat tujuh RS rujukan di Bandar Lampung mulai penuh tempat tidur perawatan pasien Covid-19. Di antaranya, RSUD Dadi Tjorodipo, RS Bhayangkara, RS Imanuel, RS Immanuel, RS Graha Husada, dan RS Bumi Waras.
Tujuh RS rujukan Covid-19 di Kota Bandar Lampung tersebut menyediakan sebanyak 97 tempat tidur perawatan pasien. Dari jumlah itu, data menyebutkan sudah terpakai oleh pasien yang menjalani isolasi di rumah sakit.
Sedangkan RS yang masih menyisakan tempat tidur perawatan pasien Covid-19 yakni RSUD Abdul Moeloek Lampung, RS (swasta) Urip Sumohardjo, RS DKT (Detasemen Kesehatan Tentara). Ketiga RS tersebut, masih menyisakan tempat tidur RSUD Abdul Moeloek 10 tempat tidur, RS DKT 20 tempat tidur, dan Urip Sumohardjo 6 tempat tidur.
Kasus positif Covid-19 di Kota Bandar Lampung terus bertambah secara signifikasn beberapa pekan terakhir. Dari 15 kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung selalu terbanyak kasus positifnya setiap harinya.
Pada data Dinkes Provinsi Lampung, Senin (16/11), jumlah pasien positif Covid-19 di Lampung bertambah 46 orang, sedangkan dari Kota Bandar Lampung terdapat 28 orang. Saat ini, Kota Bandar Lampung telah masuk zona merah (risiko kenaikan kasus tinggi) dengan jumlah kasus konfirmasi positif yakni 1.351 orang, sembuh 595 orang, meninggal dunia 81 orang.
Ketua Gugus Tugas Covid-19 Unila, Asep Sukohar, menyatakan siap membantu Pemkot Bandar Lampung. Unila tetap membantu dengan menyediakan gedung RSP bantuan hibah Pemkot Bandar Lampung. Unila tetap mengutamakan kepentingan masyarakat luas, apalagi untuk menanggulangi pasien Covid-19.
Waspada
Sebelumnya, lonjakan kasus harian infeksi virus Covid-19 hingga 5.000 dalam dua hari terakhir mulai menimbulkan dampak keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) mencatat penambahan pasien Covid-19 di RS.
"Peningkatan pasien mulai terasa, data menyebutkan keterisian di beberapa RS rujukan merangkak naik 50 persen menuju 60 persen," kata Sekretaris Jenderal Persi Lia G Partakusuma saat dihubungi Republika, Ahad (15/11).
Sebab, katanya, semakin banyak kasus Covid-19 dan menunjukkan gejala yang berarti harus dirawat di fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). Beruntung, banyak pemerintah daerah, termasuk Jakarta yang menyediakan hotel sebagai tempat isolasi mandiri pasien gejala ringan sehingga keterisian rumah sakit kini tidak terlalu penuh.
Sedangkan pasien dengan gejala sedang hingga berat terutama yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) dan pasien kondisi kritis bisa langsung dirawat di rumah sakit (RS). Lia memastikan, lebih dari 1.000 rumah sakit milik pemerintah dan swasta menjadi rujukan pasien Covid-19 terus siaga menerima pasien. Kendati demikian, ia menegaskan bukan berarti berapapun pasien yang masuk ke RS pasti langsung diterima.
"Persi berharap keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19 di bawah 50 persen, karena RS rujukan ini juga menerima pasien penyakit lain. Jangan sampai hanya fokus pada Covid-19 membuat pasien penyakit selain infeksi virus itu akhirnya terlantar," ujarnya.
Ia mencontohkan pasien penyakit seperti jantung, ginjal, atau melahirkan bayi yang membutuhkan perawatan atau kontrol di rumah sakit. Jika penderita penyakit ini masih bisa menahan diri di dua atau tiga bulan pertama, tapi pandemi yang berlangsung dalam jangka panjang seperti saat ini membuat mereka mau tak mau harus kontrol atau dirawat. "Pasien non-Covid juga harus kami jaga," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat jangan merasa santai dan meremehkan penularan virus ini. Persi berharap masyarakat lebih siaga, apalagi saat ini terlihat tren pasien Covid-19 yang masuk di RS bukan hanya satu atau dua orang.
Lia menyebutkan, kini tak jarang pasien masuk ke RS bersama-sama, misalnya dari satu keluarga yang sama. "Kalau ada lonjakan Covid-19 dan masuk RS bersamaan kan repot," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.