Akbar membaca Alquran di Kantor Pusat Pesantren Yatim Al-Hilal, Jalan Gegerkalong Hilir, Kota Bandung, Rabu (4/11). | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Kisah Dalam Negeri

‘Kalau Baca Alquran Jadi Kenyang’

Menurut Akbar,dengan membaca Alquran, rasa lapar akan hilang.

OLEH BAYU ADJI P, M FAUZI RIDWAN

 

Jalan menuju rumah di Kampung Sodong, Kelurahan Muarasanding, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, itu tak mudah dilacak. Dari jalan terdekat yang bisa dilalui kendaraan bermotor, masih harus berjalan kaki sekitar 50 meter.

Rumah itu juga bukan bangunan yang besar. Keseluruhan luasnya hanya sekira 10 kali empat meter. Hampir seluruh dindingnya dari kayu dan bambu. Tak ada perangkat elektronik sama sekali di rumah tersebut.

Di rumah tersebutlah tinggal Muhammad Gifari Akbar (16 tahun). Fotonya yang sedang membaca Alquran di sela-sela kegiatan memulung di Jalan Braga, Kota Bandung, tersebar di media sosial (medsos) belakangan. Ketika itu, Akbar sedang beristirahat sembari menunggu hujan reda saat bekerja mencari barang rongsokan.

Akbar tak mengangka foto itu akan menjadi viral. Sampai sekarang, ia tak mengetahui siapa yang mengambil potretnya. "Saya tidak tahu ada yang foto, tahunya dari polisi, ada foto saya di medsos," kata dia saat ditemui Republika di kediamannya, Kamis (5/11).

photo
Muhammad Gifari Akbar (16) di rumah keluarganya di Kampung Sodong, Kelurahan Muarasanding, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Kamis (5/11). - (Bayu Adji P/Republika)

Bukan sekadar membaca Alquran, Akbar ternyata sedang berupaya menghafalkan surat-surat dalam kitab suci tersebut. Kegiatan itu sudah biasa ia lakukan saat sedang beristirahat setelah mencari barang rongsokan. “Memang niatnya ingin menghafal Alquran,” ujar dia.

Hidup lelaki yang berasal dari keluarga sederhana itu memang berada di jalan. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, ia bekerja sebagai pemulung dengan mencari rongsokan. Namun, bukan berarti Akbar lantas terjerumus dalam kehidupan jalanan yang lekat dengan pergaulan bebas.

Ia tetap menjaga pesan orang tuanya untuk selalu ingat shalat lima waktu dan mengaji. Setiap pergi keluar rumah, Alquran tak pernah lupa dibawanya. Ketika ada waktu luang, hampir pasti Akbar membacanya. "Yang ngajarin bawa Quran terus itu Bapak. Dari kecil dikasih pesan kalau mau ke mana-mana jangan lupa shalat, ibadah lima waktu, sama ngaji, dan zikir," kata anak dari pasangan Unan (42) dan Siti tersebut.

Di Garut, Akbar tinggal bersama kakek dan neneknya, Iji (72) dan Uti (71). Namun, ia jarang berada di rumah. Sejak putus sekolah, terakhir mengenyam pendidikan kelas 4 SD, ia selalu bepergian tak menentu. Akbar hanya berada di rumah satu-dua hari, setelah itu pergi lagi.

Akbar mengaku tak betah berada di rumah. Sebab, di rumah ia hanya berdiam diri tak ada pekerjaan. Karenanya, ia mencoba mencari kehidupan di luar rumah. "Ya, sampai sekarang seperti ini. Pernah ngamen juga, sekarang kumpulin rongsokan," ujar dia.

Bermodal mengumpulkan rongsokan itu, Akbar pernah berkeliling ke berbagai daerah. Biasanya, ia mencari rongsokan di Bandung dengan berjalan kaki dari rumahnya di Kabupaten Garut. Namun, pernah juga ia berkelana sampai Jakarta, Yogyakarta, bahkan Lampung.

photo
Muhammad Gifari Akbar (16) di rumah keluarganya di Kampung Sodong, Kelurahan Muarasanding, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Kamis (5/11). - (Bayu Adji P/Republika)

Dari mengumpulkan rongsokan, dalam sehari Akbar bisa mendapat uang hingga Rp 100 ribu ketika sedang ramai. Uang itu digunakannya untuk makan sehari-hari. Ketika sama sekali tak ada uang, ia kian rajin membaca Alquran.

Sebab, menurut dia, dengan membaca Alquran, rasa lapar akan hilang. “Makan (atau tidak) tergantung (pendapatan). Biasanya kalau baca Alquran jadi kenyang,” kata dia.

Akbar mengaku tak memiliki tujuan pasti dari kegiatan yang sehari-hari dilakoninya itu. Hanya satu yang pasti, ke mana pun pergi, ia akan selalu mengingat pesan orang tuanya untuk shalat dan mengaji. "Baca Quran memang sudah dari kecil, jadi saya selalu niat baca Quran di jalan," ujar dia.

Siapa nyana, keteguhannya berbuah hasil. Menurut Akbar, setelah fotonya viral, banyak orang yang mencari. Bahkan, ia sempat didatangi orang dari Jakarta yang mengaku perwakilan salah satu ustaz kondang.

Selain itu, banyak juga sejumlah orang yang mendatangi dirinya. Orang-orang itu menawarkan Akbar untuk masuk ke pesantren. "Niatnya mau pesantren, soalnya niat nanti kalau sudah tua masa depannya mau bangun pesantren. Mudah-mudahan tercapai," kata dia.

Namun, ia inginnya mondok tak jauh-jauh dari rumahnya di Garut. "Kalau bisa sih di Garut, kalau nggak di Bandung. Nggak mau yang jauh-jauh," ujar dia.

Salah satu yang menemui Akbar adalah Direktur LAZ Al-Hilal, Iwan Setiawan. Ia menemukan Akbar di Jalan Cikole, Lembang, pada Senin (2/11). "Sekarang ke Garut mau minta izin kepada kakek dan neneknya untuk bisa pesantren di sini," ujar Iwan, Rabu (4/11).

Iwan menceritakan, pihaknya sempat ingin memastikan bahwa yang bersangkutan dapat membaca Alquran. Menurut dia, saat Akbar sudah berada di pesantren, ia membacakan Alquran dengan baik. Selain itu, menurut Iwan, terdapat sejumlah anggota masyarakat yang menyalurkan bantuan untuk Akbar langsung ke kantor LAZ Al-Hilal.

Akbar berasal dari keluarga sederhana di Kabupaten Garut. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan. Sementara, ibu kandungnya meninggalkannya sejak masih balita. Di Garut, Akbar tinggal bersama kakek dan neneknya.

photo
Akbar (kiri) didampingi Direktur LAZ Al-Hilal Iwan Setiawan (kanan) membaca Alquran di Kantor Pusat Pesantren Yatim Al-Hilal, Jalan Gegerkalong Hilir, Kota Bandung, Rabu (4/11). - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Nenek Akbar, Uti, mengatakan, cucunya itu telah ditinggal oleh ibu kandungnya sejak masih berusia delapan bulan. Ketika itu, ibunya berkata hendak bekerja ke Arab Saudi. Namun, hingga saat ini kabar ibunya tak jelas. Sementara, ayah kandungnya menikah lagi.

Akbar kemudian tak betah di rumah dan tak melanjutkan sekolah. "Dia keluar awalnya mau nyari ibunya juga," kata Uti.

Menurut dia, Akbar sangat jarang berada di rumah. Remaja itu hanya kembali satu atau dua hari, setelahnya pergi lagi dari rumah hingga berbulan-bulan.

Meski tak hidup di rumah, Uti menilai, Akbar selalu ingat untuk beribadah. Sebab, sejak kecil anak itu sudah diajarkan untuk selalu shalat lima waktu dan mengaji. "Memang dari dulu juga saya ajarin ngaji terus," ujar dia.

Sebelum meninggalkan kediamannya, Republika berkesempatan mendengarkan Akbar membaca sekutip ayat Alquran. Bacaannya fasih meski belum sepenuhnya sempurna. Alunan lagunya merdu dengan suara yang lembut. Yang ia baca, ayat-ayat pertama dari surah az-Zumar.

“Kitab (Alquran) ini diturunkan oleh Allah Yang Mahamulia, Mahabijaksana. Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Alquran) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran. Maka, sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat