Pesawat tempur Eurofighter Typhon dalam ajang pameran Eksibisi dan Konferensi Pertahanan Internasional (IDEX) yang ke-11 di Abu Dhabi, United Arab Emirates,17 Februari 2013. | EPA

Kabar Utama

Rencana Pembelian Eurofighter Dikritik

Menhan Austria mengakui membahas rencana pembelian 15 unit Eurofighter Typhoon.

 

 

JAKARTA — Peneliti militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menilai, kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ke Amerika Serikat (AS), Austria, dan Prancis berkaitan dengan rencana pembelian pesawat tempur. Dari pesawat tempur buatan ketiga negara itu, Eurofighter Typhoon buatan Austria dinilai paling bermasalah.

Menurut dia, jika dikaitkan dengan situasi dan kondisi Indonesia secara geografis dan kegunaan, sebenarnya tidak ada masalah jika harus memilih di antara ketiga pesawat itu. Namun, jika dikaitkan dengan efisiensi dan benefit transaksi, masalah logistik, perawatan serta pemeliharaan maupun efektivitas operasional, ia menilai Eurofighter Tyhpoon paling bermasalah.

"Menurut saya Eurofighter Austria punya paling banyak catatan dan permasalahan," kata dia kepada Republika, Kamis (22/10).

Khairul menilai, yang cocok untuk Indonesia adalah F-35 karena selama ini Indonesia sudah akrab dengan penggunaan dan pemeliharaan produk pabrikan General Dynamics atau Lockheed Martin. Dia juga mengukurnya berdasarkan efisiensi dan benefit transaksinya.

"Masalahnya, semua itu kan sifatnya baru penjajakan. Di sisi lain, kontrak pembelian SU-35 (buatan Rusia) justru terkatung-katung, lanjut atau tidak," kata dia. Namun, menurut dia, pesawat jet Rafale juga cukup baik. Meskipun, masih diperlukan kajian mendalam terkait benefit transaksi.

Sementara, pengamat militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia, Beni Sukadis, menilai, secara empiris sebenarnya Indonesia memiliki alutsista standar NATO. Menurut dia, 75 persen alutsista Indonesia memiliki standar NATO, sedangkan sisanya berasal Eropa Timur dan dalam negeri. "Artinya, pesawat standar NATO lebih mudah untuk dioperasikan antarplatform pendukung dalam militer," kara Beni lewat pesan singkat, Kamis (22/10).

 
Pesawat standar NATO lebih mudah untuk dioperasikan antarplatform pendukung dalam militer.
BENI SUKADIS, Pengamat Militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia
 

Dia menyampaikan, Prabowo tampak ingin belanja pesawat jet tempur dari AS. Namun, jika pembelian dari Negeri Paman Sam itu tidak bisa, Beni menilai pembelian pesawat jet tempur Rafale dapat dijadikan alternatif pembelian yang lebih masuk akal daripada membeli Eurofighter. "Eurofighter kan pesawat bekas, yang menurut saya kurang bermanfaat dalam waktu panjang, yaitu karena ongkos operasional dan maintenance yang tinggi," kata dia.

Beni menyatakan, jika Indonesia membeli langsung ke Prancis akan lebih menguntungkan karena yang dibeli adalah pesawat baru. Menurut dia, masa pakai Eurofighter Typhoon hanya tersisa sekitar tujuh hingga 10 tahun.

Rencana pembelian

Lawatan Menhan Prabowo ke sejumlah negara kali ini dilakukan secara maraton. Pada Jumat (16/10) pekan lalu, Prabowo telah bertemu dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Mark Esper. Dikutip dari Reuters, pertemuan itu menjadi pembuka keinginan Prabowo untuk mengincar jet tempur F-35 produksi Lockheed Martin.

Seusai dari AS, Prabowo langsung terbang ke Wina, Austria. Ketua umum Partai Gerindra itu bertemu dengan Menteri Pertahanan Austria, Klaudia Tanner. Pertemuan digelar di kantor Kementerian Pertahanan Austria, Selasa (20/10) waktu setempat.

Dikutip dari APA-OTS dan OE24, setelah resepsi resmi dengan penghormatan militer, kedua menteri bertemu dengan penasihat mereka di kantor Kemenhan untuk berdiskusi. Tanner mengakui, pertemuan dengan Prabowo membahas soal penjualan 15 unit jet Eurofighter Typhoon Tranche 1.

"Hari ini saya bisa berbicara dengan rekan Indonesia saya untuk pertama kalinya. Kami juga berbicara tentang minat yang telah diungkapkan untuk membeli Eurofighter kami. Ini titik awal diskusi pertama di tingkat teknis,” kata Tanner.

Sebelumnya, Prabowo mengirimkan surat tertulis kepada Tanner dengan logo Kemenhan RI No 214/M/X/2020 tertanggal 8 Oktober 2020. Surat tersebut merupakan balasan dari Prabowo kepada Tanner terkait dengan rencana pembelian jet milik Austria yang sudah tidak digunakan dengan alasan biaya operasional mahal. "Saya yakin kerja sama pertahanan kita akan terus tumbuh dan berkembang," tulis Prabowo, dikutip dari surat tersebut.

Tak berhenti di Austria, Prabowo langsung menuju Paris, Prancis. Menhan Prabowo dijadwalkan bertemu Menhan Prancis Florence Parly di Gotel de Brienne, Paris, pada Rabu (21/10) waktu setempat. Dari unggahan akun Twitter @florence_parly pada Senin (19/10) lalu, pertemuan Prabowo dan Parly digelar pada pukul 20.30 waktu setempat.

Anggota Komisi I DPR Willy Aditya meminta Prabowo mempertimbangkan rencana pembelian Eurofighter Typhoon. Menurut dia, keputusan pembelian alutsista perlu mempertimbangkan alih teknologi dalam kontrak kerja sama. “Jika tidak disertai hal demikian, sebaiknya pembelian Typhoon dibatalkan saja," kata Willy.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat