Nasional
Bantuan Berdatangan untuk Korban Bencana Garut
Wilayah Garut yang paling terdampak banjir dan longsor adalah Kecamatan Pameungpeuk
Bencana tak hentinya mendatangi negeri ini. Pada Awal 2020, banjir bandang menghantam Kabupaten Lebak. Ribuan hectare sawah gagal panen. Ribuan orang harus mengungsi
Tak sampai di situ, banjir bandang juga kembali terjadi di sana beberapa bulan kemudian. Namun tidak sebesar yang pertama. Warga Lebak masih dapat bertahan di tempat tinggalnya meski terendam.
Kini Kabupaten Garut tertimpa bencana banjir dan longsor. Pemerintah Kabupaten Garut mencatat, sedikitnya 5.000 warganya di enam kecamatan terdampak bencana pada Senin (12/9). Wilayah yang terjadi bencana banjir dan longsor di Kabupaten Garut di antaranya Kecamatan Pameungpeuk, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Pamulihan, dan Peundeuy.
"Kita masih hitung jumlah pastinya, tapi tak akan kurang dari 5.000 orang terdampak," kata dia, beberapa waktu lalu.
Wilayah yang paling terdampak adalah Kecamatan Pameungpeuk. Banjir ini diakibatkan luapan sungai. Selain itu, hujan yang turun deras tak tertampung di wilayah hulu sungai. Artinya, daerah resapan air di wilayah sungai telah berkurang.
Dampaknya, 1.500 kepala keluarga (KK) harus mengungsi. Selain merendam rumah warga, banjir di Kecamatan Pameungpeuk juga menghanyutkan tiga buah jembatan gantung.
Bencana di wilayah yang berada di selatan Kabupaten Garut itu merupakan ancaman baru bagi warga. Sebab, baru kali ini terjadi banjir besar di wilayah tersebut. Dengan adanya kejadian itu, warga yang berada di pinggir aliran sungai ini harus mulai menyiapkan mitigasi.
Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum meninjau langsung warga yang terdampak banjir bandang di Kecamatan Pameungpeuk. Selain melihat kondisi terkini, orang nomor dua di Jabar itu juga menyerahkan bantuan dari Pemprov Jabar.
Menurut dia, banjir bandang di wilayah selatan Kabupaten Garut itu sudah yang ketiga kalinya terjadi. Berdasarkan keterangan masyarakat, banjir bandang di wilayah itu terjadi setiap 10 tahun.
"Semua penyebabnya air yang dari gunung tidak terserap dengan baik, sehingga mengalir besar ke sungai dan meluber di hilir," kata dia, Rabu.
Masyarakat diimbaunya ikut berperan serta dalam penanggulangan bencana, tak hanya diam hingga terjadi bencana alam. Mereka harus ikut berperan untuk ikut melakukan antisipasi supaya tak terjadi bencana lagi. Misalkan dengan gerakan penanaman kembali hutan di wilayah hulu sungai, sehingga air hujan bisa terserap dulu sebelum mengalir di sungai.
Dalam kunjungan itu, Uu juga memberikan bantuan kepada warga terdampak bencana. "Bantuan ini juga dari pemkab, sehingga masyarakat dapat segera pulih," kata dia.
Bencana banjir bandang di Kabupaten Garut berdampak ke tiga kecamatan, yaitu Pameungpeuk, Cikelet, dan Cibalong. Sedikitnya, ribuan warga terdampak akibat kejadian itu.
Pengungsian dengan protokol pencegahan Covid-19
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat, berupaya menyiapkan tempat pengungsian bagi korban banjir di wilayah selatan Garut sesuai dengan protokol kesehatan. Seperti memanfaatkan bangunan sekolah maupun tenda agar tidak terjadi kerumunan orang untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19.
"Ini evakuasi korban harus mengikuti aturan protokol kesehatan, kalau biasanya perlu satu gedung sekarang harus ada beberapa gedung," kata Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman kepada wartawan di Garut, Rabu (14/10).
Dalam kondisi pandemi, penanggulangan bencana berbeda dengan sebelumnya yaitu harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Misalkan, tenda untuk satu keluarga. Kemudian menghindari kerumunan. Tempat cuci tangan diperbanyak.
Pemkab Garut mengeklaim, daerah yang terdampak bencana banjir bandang itu tidak termasuk zona merah penyebaran wabah Covid-19, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir secara berlebihan.
Meski bukan zona merah, pengungsi tetap harus mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, tidak berkerumun, dan jaga kebersihan diri seperti rajin cuci tangan.
Relawan
Setelah berjibaku selama beberapa hari untuk memudahkan korban bencana banjir dan longsor Garut, kegiatan apel siaga dilaksanakan di alun-alun kecamatan Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.
Pada kesempatan tersebut hadir Wakil Gubernur Jawa Barat, H. Uu Ruzhanul Ulum memberi arahan kepada Wakil Bupati Garut, BPBD Provinsi Jawa Barat, TNI dan Polri, relawan dari berbagai instansi, termasuk di dalamnya Tim Respon Cepat IZI, dan lainnya yang hadir.
Bantuan untuk korban terdampak bencana di Garut dan Tasikmalaya berdatangan dari berbagai daerah. Salah satunya Inisiatif Zakat Indonesia yang menurunkan Tim Respon Cepat mereka ke lokasi terjadinya bencana.
Berbekal barang bantuan, Tim Respon Cepat Inisiatif Zakat Indonesia berangkat dari Jakarta menuju lokasi bencana, Senin (14/10/2020). Dibutuhkan waktu seharian untuk mencapai ke lokasi pengungsian di Kecamatan Cibalong, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Tim Respon Cepat IZI segera melakukan asesmen di lokasi terjadinya bencana. Setelahnya, kru gabungan antara TRC Pusat dan IZI Jawa Barat itu menyalurkan bantuan di lokasi pengungsian Kampung Bendungan, dan Desa Segara yang berada di Kecamatan Cibalong, Tasikmalaya.
Bantuan yang disalurkan dari dana zakat, infak, sedekah tersebut dibagikan kepada pengungsi berupa sejumlah paket makanan siap saji, paket selimut, pakaian layak pakai, serta daging kurban olahan berbentuk Abon sapi.
Setelah mengikuti Apel Siaga bersama Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, Tim Respon Cepat IZI melanjutkan aksi kemanusiaannya ke Kampung Leuwisimar Rw.11, Desa Mandala, Kecamatan Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.
Kecamatan Pameungpeuk merupakan salah satu wilayah terparah terdampak banjir dan longsor Garut. Mengutip pernyataan BPBD Provinsi Jawa Barat, kerusakan hutan di Kecamatan Cikajang dan Cisompet menjadi sebab terjadinya bencana.
Akibat kerusakan hutan, tanah di sekitar wilayah tersebut tidak maksimal menyerap air hujan yang menyebabkan beberapa aliran sungai yang bermuara di Pantai Selatan Garut meluap tinggi. Kondisi tanah juga menjadi semakin labil hingga mengakibatkan longsor.
Setidaknya tiga jembatan putus akibat terjangan banjir dan longsor Garut. 750 unit rumah mengalami kerusakan, serta 215 kepala keluarga harus mengungsi sementara.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.