Masyarakat berdoa bersama di mata air Irung-irung pada acara Ngalokat Cai Nyalametkeun Solokan atau menyelamatkan air dan selokan dalam rangkaian Festival Cihideung, di Kecamatan Parongpong, Kabupaten bandung Barat, Sabtu (23/9). | Republika/Edi Yusuf

Bodetabek

Normalisasi Sungai Hanya Terealisasi 35 Persen

Anggaran normalisasi sungai teralihkan untuk penanganan Covid-19.

TANGERANG -- Kegiatan peningkatan normalisasi sungai dan bangunan saluran air yang diperbaiki dalam tahun anggaran 2020 di Kabupaten Tangerang hanya 22 kegiatan yang terealisasi atau 35 persen dari 62 kegiatan yang direncanakan. Hal itu terjadi lantaran sebagian anggaran teralihkan untuk penanganan Covid-19.

"Sebagian kegiatan peningkatan sungai dan saluran air terkena refocusing atau pengurangan anggaran kegiatan untuk penanganan Covid-19," kata Kepala Bidang Sumber Daya Air pada Dinas Bina Marga dan SDA (DBMSDA) Kabupaten Tangerang, Dedi Sukardi, Jumat (9/10).

Kegiatan yang terealisasi tersebut, kata Dedi, di antaranya adalah peningkatan Sungai Cimaneuh, Cisiang, Cipayeun, Cikolear, Ciketapang, Cikait, dan Curanjieun, serta Sungai Cikepuh. Juga pembangunan Sungai Cilongok 1 dan pembangunan tanggul Sungai Ciketapang Mauk. Ada pula peningkatan saluran pembuangan Cibolang, Cikunir 1, Dangdeur, dan Cipangodokan.

Kepala Dinas Bina Marga SDA Kabupaten Tangerang, Slamet Budhi menambahkan, sebelumnya pihaknya telah melakukan pembangunan sodetan air yang berada di Jalan Raya Pemda atau Jalan Syekh Nawawi. Tiap curah hujan tinggi, akan terjadi genangan yang cukup luas, sehingga pihaknya melakukan kegiatan crossing atau sodetan.

"Kita sudah buat sodetan yang pertama di depan Bizlink, yang kedua di sebrang dekat dengan Bizzpoint. Itu yang kita lakukan penanganan, yaitu crossing di beberapa titik dengan pemasangan saluran beton dengan lebar 2 meter sepanjang 78 meter. Jadi arah buangan air kita buang ke arah Cihideung yang tembus ke sungai Cimanceuri," kata Budhi. 

 
Pekerjaanya telah selesai dikerjakan, sesuai target kita 1,5 bulan pengerjaan tersebut sudah beres pada awal bulan September 2020.
 
 

Dengan dilakukan upaya penanganan tersebut, menurutnya, tidak akan terjadi genangan lagi saat curah hujan cukup tinggi. "Mudah-mudahan ke depan dengan upaya-upaya yang terus kita lakukan ini tidak terjadi genangan yang berakibat kerusakan di Jalan Syeh Nawawi atau Jalan Pemda," ujar dia.

Terkait anggaran, Budhi mengakui adanya kerepotan lantaran pandemi. Sehingga, lanjutnya, dilakukan pengalokasian dari kegiatan pemeliharaan di Dinas Bina Marga Sumber Daya Air.

"Karena dengan pandemi Covid-19 ini kita agak repot juga untuk mengalokasikan anggaran secara utuh sehingga kita upayakan, kita lakukan penanganan dari dana pemeliharaan yang ada di dinas," kata dia.

Selain crossing di dua titik tersebut, lanjut Budhi, dilakukan pula normalisasi di sekitar kawasan tersebut. Dari normalisasi tersebut, anak Sungai Cihideung menjadi tembus ke Sungai Cimanceuri sehingga dapat memperlancar buang air dan tidak terjadi genangan. Upaya tersebut telah rampung dilakukan pada awal September.

"Pekerjaanya telah selesai dikerjakan, sesuai target kita 1,5 bulan pengerjaan tersebut sudah beres pada awal bulan September 2020," kata dia menambahkan.

Budhi menegaskan, meskipun dalam kondisi Covid-19, pihaknya masih bisa melakukan pembangunan konstruksi, baik di jalan maupun irigasi. "Jadi 2020 ini kegiatan rutin tetap berjalan seperti biasa seperti pemeliharaan jalan, pemeliharaan saluran, pemeliharaan jembatan itu tetap bergulir seperti biasanya jadi tidak stagnan," kata Budhi.

Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten mengimbau warga mewaspadai dampak fenomena La Nina dengan terjadinya intensitas curah hujan tinggi. Ini bisa menyebabkan potensi banjir dan tanah longsor, bahkan banjir bandang.

"Maka kita juga harus tetap waspada dengan adanya fenomena ini, yang bisa mengakibatkan banjir bandang, dan longsor," Kata Kepala Pelaksana BPBD Banten, Nana Suryana.

Nana mengatakan, wilayah yang harus diwaspadai dengan dampak fenomena ini adalah perbukitan. Karena dengan curah hujan tinggi dapat menyebabkan potensi longsor dan banjir bandang.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat