Nasional
Lapas Digerogoti Covid-19
Sebanyak 28 napi di lapas perempuan Pekanbaru positif Covid-19.
JAKARTA -- Sejumlah lembaga pemasyarakatan (lapas) di seluruh Indonesia kini tengah menghadapi Covid-19. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Ditjenpas Kemenkumham) menyatakan, virus korona masuk ke lapas dan rutan menyusul interaksi antara petugas dan narapidana (napi).
"Petugas itu kita enggak tahu juga kan dari mana dan itu bisa menjadi celah penularan Covid-19 di lingkungan lapas," kata Kepala Humas dan Protokol Ditjenpas Kemenkumham Rika Aprianti, di Jakarta, Ahad (4/10). Rika menjanjikan data jumlah kasus di lapas kepada Republika, tetapi hingga Ahad petang, data tersebut belum tersedia.
Rika mengatakan, celah lain masuknya virus korona adalah penerimaan kembali sejumlah tahanan yang putusan pengadilan sudah berkekuatan hukum tetap atau inkracht. Potensi masuknya virus masih tetap ada, walaupun mereka telah menjalani karantina selama 14 hari sesuai protokol kesehatan.
"Jadi, memang banyak faktor. Kalau tracing itu kan memang dari, kalau memang harus di-tracing dari awalah, tapi kemungkinan potensi paparan Covid-19 ya dari itu," katanya.
Dia mengatalan, napi yang terkonfirmasi positif akan dibawa ke luar lingkungan lapas untuk dirawat di rumah sakit rujukan Covid-19 sesuai provinsi masing-masing. Setiap direktorat lembaga pemasyarakatan telah bekerja sama dengan gugus tugas wilayah. "Di masing-masing wilayah juga ada gugus tugas khusus Kumham juga dan Ditjen Pas juga ada," katanya.
Salah satu lapas yang sedang menghadapi Covid-19 adalah Lapas Perempuan Kelas IIA Pekanbaru, Provinsi Riau. Lapas itu kini mencekam karena satu per satu pegawai dan napi terinfeksi Covid-19.
Suasana lapas kini ibarat rumah sakit karena semua petugas wajib mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Sejak pagi sampai sore, mereka harus mengenakan baju hazmat, sarung tangan, masker, dan perisai muka dari plastik.
Sipir lapas harus bertahan berjam-jam mengenakan hazmat saat udara panas di ruangan tanpa AC. “Biasanya orang di rumah sakit pakai hazmat di ruangan AC. Kalau kita ini keringat sampai meleleh di dalam baju,” kata petugas bernama May, saat berjaga di pintu utama Lapas Perempuan di Pekanbaru, awal Oktober 2020.
Virus mematikan itu pertama diketahui menginfeksi seorang petugas pada 18 September dan pada awal Oktober jumlahnya bertambah puluhan kasus. Sampai saat ini ada 28 warga binaan dan tiga petugas yang terkonfirmasi positif Covid-19. "Kalau saya lihat penularannya sudah merata di semua blok yang ada,” kata Kepala Keamanan Lapas Perempuan, Ema Tarigan.
Menurut dia, virus SARS-Cov-2 menyebar hingga ke ruang sel narapidana karena pegawai yang terinfeksi bertugas sebagai keamanan dan rutin patroli ke blok warga binaan. Ia sempat menyayangkan petugas tersebut tetap nekad masuk, padahal menyadari ada gejala tertular.
“Dua pekan terakhir ini dia positif, tapi tidak mengabarkan kita. Jadi, ternyata dia masih ke kantor, dia demam, padahal kita sudah kasih tahu kalau demam jangan ke kantor,” katanya.
Saat ini, petugas terus menyuarakan pesan untuk menyemangati warga binaan lewat pelantang suara. "Kita selalu memberi semangat mereka, ayo, jaga kesehatan dan minum vitamin. Bahkan, kami memberikan vitamin sampai mereka benar-benar minum karena takutnya itu tidak diminum. Padahal itu sangat dibutuhkan mereka saat ini,” kata Ema.
Sementara itu, Kantor Wilayah Kemekumham DKI Jakarta mengungkapkan, virus telah menggerogoti rutan Pondok Bambu dan Cipinang. "Ada yang terindikasi posiitif dan sudah diisolasi dan dibawa ke Rumah Sakit Pengayoman," kata Kasubag Humas Kanwil DKI Boyke Eka Nugraha, kemarin.
Dia mengaku tidak mengetahui perincian jumlah narapidana yang terpapar virus. Namun, dia memastikan per Agustus, jumlahnya belum mencapai 100 orang. "Nanti akan kami informasikan lebih lanjut karena hingga saat ini yang teridentifikasi baru Cipinang sama Pondok Bambu," kata Boyke.
Dia melanjutkan, kanwil DKI selalu melakukan testing Covid-19 setiap sebulan sekali guna memastikan kondisi tahanan. Hal itu dilakukan guna mencegah terjadinya klaster di lingkungan lapas DKI. Jika ditemukan napi yang terindikasi Covid-19, akan dibawa ke RS Pengayoman atau ke RSD Wisma Atlet Kemayoran.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.