Opini
Solusi Masalah Pangan
Tak ada yang jauh lebih besar daripada masalah pangan.
RUH SAPUTRA, Penemu, Pemilik, dan Pemegang Kuasa Penggunaan Paten Pupuk Batu Bara di Seluruh Dunia
Suatu keniscayaan, kemajuan teknologi membuat peradaban berkembang menuju kesempurnaan.
Teknologi 5G membuat kecepatan komunikasi hampir tanpa jeda. Vaksin, misalkan untuk Covid-19 yang dulunya baru bisa dibuat dalam waktu delapan tahun hingga 10 tahun, saat ini cukup dengan beberapa bulan karena adanya teknologi gene editing.
Peradaban pun masuk ke industri 4.0 karena telah ditemukannya teknologi IOT (internet of things). Yang terakhir, penemuan yang akan membuat ibu pertiwi tak lagi menangis, tapi selalu tertawa, teknologi pupuk batu bara.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyatakan, akibat wabah Covid-19, dunia menghadapi ancaman rawan pangan. Keadaan yang sangat ditakuti pemimpin dan rakyat setiap negara. Apa pun harus dilakukan untuk menghindari ini. Tentu pengembangan pertanian kunci untuk semuanya.
Pertanian di dunia saat ini menghadapi masalah besar. Ketika belum diatasi, tanpa adanya wabah Covid-19 pun, lambat laun manusia pasti menghadapi kondisi rawan pangan. Turunnya atau rusaknya kesuburan tanah adalah masalah besar yang dimaksud.
Mengapa demikian? Karena hampir selama 100 tahun, tanah pertanian terus mengalami kehilangan unsur hara. Penjelasan sederhananya pada tanaman jeruk. Ada sekitar 26 unsur hara yang diambil dari tanah ketika jeruk dipanen.
Tahukah Anda, berapa unsur yang dikembalikan ke tanah? Umumnya, hanya sekitar tiga unsur, dalam bentuk nitrogen, fosfor, dan kalium atau pupuk NPK. Jadi, ada sekitar 23 unsur yang terus hilang dari tanah. Ketika ini terus berlangsung, pasti kesuburan tanah akan turun atau bahkan rusak.
Data Departemen Pertanian AS menunjukkan, antara 1910-2006 saja lahan pertanian mereka mengalami penurunan unsur hara lebih dari 85 persen. Dapat dibayangkan di negara yang sistem dan teknologi pertaniannya tercanggih saja mengalami kondisi ini.
Penulis merasa, tak ada yang jauh lebih besar daripada masalah ini karena ini masalah pangan. Kebutuhan dasar manusia yang paling penting.
Apalagi, di negara lain yang segala sesuatunya berada di bawah mereka. Ketika tanahnya masalah, pasti tanaman yang ditanam pun bermasalah. Data mereka pun menunjukkan, antara 1940-2010 terjadi penurunan mineral dan vitamin pada sayuran dan buah sekitar 50 persen.
Belum lagi ketika tanaman itu dikonsumsi ternak, mineral pada daging dan susunya pun menurun. Sederhananya manusia hari ini, untuk memperoleh mineral dan vitamin yang sama, harus mengonsumsi sayuran dan daging dua kali lebih banyak dibandingkan manusia yang hidup pada 1940.
Penulis merasa, tak ada yang jauh lebih besar daripada masalah ini karena ini masalah pangan. Kebutuhan dasar manusia yang paling penting. Jalan keluar hilangnya unsur hara tanah, dibuatnya pupuk yang kandungannya relatif sama dengan kandungan tanaman.
Jadi, unsur hara yang diambil dari tanah dalam bentuk tanaman dikembalikan kepada tanah pun dalam bentuk “tanaman”. Maka itu, pupuk terbaik dan terlengkap yang dapat dibuat, bahan baku utamanya harus berasal dari tanaman.
Batu bara adalah tanaman yang telah berbentuk fosil. Karena depositnya sangat besar dan hampir merata di seluruh dunia, ini bahan paling masuk akal dibuat pupuk. Ada tiga negara yang saat ini melakukan riset dan pengembangan batu bara menjadi pupuk, yakni AS, Cina, dan Indonesia.
Ibarat pertandingan, ukuran yang diakui dunia untuk kebaruan dan kecanggihan suatu teknologi adalah pengakuan paten. Tepat 16 Juni 2020, AS mengeluarkan paten pupuk batu bara.
Patennya bernomor 10.683.243, yang berjudul “Process for producing coal-based fertilizer and the product produced”. Sebagai satu-satunya paten di dunia, ternyata penemu, pemilik, dan pemegang kuasa atas penggunaan paten itu hanya satu, yakni orang Indonesia dan tinggal di Indonesia.
Dengan kata lain, teknologi yang memenangkan “pertandingan” ini berasal dari Indonesia. Paten di atas telah dan terus ditawarkan ke berbagai belahan dunia. Baik dalam bentuk pembelian pupuk maupun alih teknologi dalam pembangunan pabrik di berbagai negara.
Petani gembira karena tak terjadi lagi kekurangan pupuk dan mereka dapat membelinya dengan murah. Pemerintah gembira karena dapat mengalihkan subsidi pupuk untuk kegiatan lain.
AS dan beberapa negara Afrika seperti Zimbabwe akan segera membangun pupuk batu bara dengan teknologi dari Indonesia ini. Di Indonesia, pabrik pupuk batu bara ini mulai ditawarkan kepada pengusaha nasional atau pemerintah daerah untuk dibangun di banyak tempat.
Pabriknya dirancang untuk skala kecil optimal dengan investasi yang tidak besar. Dengan pabrik yang telah banyak didirikan, akan dengan cepat tanah pertanian di seluruh dunia dapat diperbaiki. Untuk Indonesia, saat ini dicapai, penulis membayangkan Ibu Pertiwi tersenyum dan tertawa.
Petani gembira karena tak terjadi lagi kekurangan pupuk dan mereka dapat membelinya dengan murah. Pemerintah gembira karena dapat mengalihkan subsidi pupuk untuk kegiatan lain. Negara pun gembira karena kebutuhan pangan rakyatnya dapat dipenuhi.
Tentu saja untuk hal ini, penulis pun tersenyum dan gembira. Penulis mungkin akan berkata, ”Ya Allah, terima kasih. Engkau telah mewujudkan apa yang menjadi cita-cita hamba-Mu selama ini, mewujudkan dan menyejahterakan seluruh penduduk bumi”.
AS dan beberapa negara Afrika seperti Zimbabwe akan segera membangun pupuk batu bara dengan teknologi dari Indonesia ini.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.