Keluarga
Yuk, Lebih Giat Mendongeng
Lewat dongeng, motorik halus si kecil menjadi terstimulasi.
Selama masa pandemi Covid 19, model sekaligus aktris peran Meisya Siregar mengaku sering mendongeng kepada buah hatinya. Selain untuk mengusir rasa bosan, mendongeng juga efektif membangun kedekatan dengan buah hati.
"Anakku yang paling kecil, Bambang sekarang usianya 1 tahunan, dan memang selama pandemi ini aku sering mendongeng untuk dia. Dengan mendongeng aku bisa lebih dekat dengan Bambang," kata Meisya.
Meisya mengatakan, kegiatan mendongeng bisa menstimulasi anak secara optimal. Kemampuan motorik, komunikasi, bahasa dan kekritisan sang buah hati juga meningkat. "Bambang bisa masuk dan mengerti isi cerita, lalu dia berimajinasi, terus nanya dan menanggapi cerita. Dia juga jadi suka mengkritisi kenapa tokoh ini begini, tokoh itu begitu," jelas Meisya.
Melalui mendongeng, kata Meisya, orang tua juga bisa menyelipkan pesan-pesan moral dan nilai-nilai positif kepada buah hati. Pesan dan nilai itu pun menjadi lebih terserap dan dipahami oleh buah hati. "Ya misalnya kalau selesai dongeng, Bambang tiba-tiba suka bilang 'Ma, kok dia berbuat begitu sih, kan itu enggak boleh'. Jadi tanpa aku sampaikan, Bambang bisa ambil nilai moral dari dongeng," jelas Meisya.
Meisya sendiri lebih memilih mendongengkan cerita rakyat asli Indonesia seperti Si Kancil, Kasuari dan Dara Mahkota, dan lainnya. Dengan cara ini, dia bisa mengenalkan budaya dan tradisi kepada buah hatinya.
Saat pandemi seperti sekarang, orang tua tak pelak dituntut kreatif dan inovatif agar sang buah hati tidak merasa bosan tinggal di rumah. Salah satu kegiatan positif yang bisa dilakukan bersama buah hati adalah mendongeng.
Bermanfaat untuk tumbuh kembang
Menjadikan kegiatan mendongeng sebagai rutinitas harian bersama buah hati adalah keputusan tepat. Mendongeng memiliki banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak serta bisa membangun ikatan emosional antara orang tua dan anak.
Psikolog klinis Ratih Ibrahim mengatakan, rutin menceritakan dongeng terhadap anak di usia satu hingga lima tahun bisa menstimulasi beberapa aspek penting yang berperan dalam tumbuh kembang anak, yakni aspek motorik, kognitif, komunikasi, bahasa serta pemahaman norma dan nilai.
"Usia 1 sampai 5 tahun merupakan fase kritis dan sensitif bagi buah hati. Makanya pada rentang usia itu anak harus mulai belajar mengeksplorasi apa pun yang bisa meningkatkan pengetahuannya," kata Ratih.
Ratih menerangkan, ketika anak diceritakan dongeng, mereka akan terpicu untuk belajar membolak-balikkan halaman, menelusuri gambar dan lain-lain. Melalui kegiatan itu, motorik halus si kecil menjadi terstimulasi. "Motorik kasarnya juga terlatih dengan mendongeng. Buah hati kita jadi belajar mengikuti gerakan karakter misalnya gerakan si kancil, gerakan burung atau karakter lainnya," ungkap Ratih.
Lalu untuk aspek kognitif, mendongeng akan meningkatkan rasa keingintahuan buah hati, mengasah kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis, imajinasi dan mengembangkan minat baca. Mendongeng juga bisa mengembangkan keterampilan komunikasi dan interaksi anak.
"Rutin menceritakan dongeng juga akan memperkaya dan meningkatkan pemahaman kosa kata anak. Jadi usahakan cerita dongengnya selalu berganti-ganti. Jadi, kemampuan bahasa anak terstimulus," ungkap Ratih.
Menurut Ratih, dongeng juga menjadi media alternatif untuk menyampaikan nilai-nilai dan norma yang baik kepada anak. Belajar nilai baik, misalnya dengan mengajarkan pola hidup sehat dari dongeng.
Karenanya, Ratih mendorong agar orang tua lebih menyadari pentingnya mendongeng bagi buah hati. Orang tua juga harus mampu menyampaikan dongeng secara interaktif, informatif dan kaya akan pesan moral. "Nilai kejujuran, tanggung jawab, tenggang rasa, atau nilai baik lainnya harus ditumbuhkan dan diajarkan sejak dini. Dan dongeng menjadi media alternatif untuk menyampaikan nilai itu," kata Ratih.
Usahakan cerita dongengnya selalu berganti-ganti. Jadi, kemampuan bahasa anak terstimulus.Ratih Ibrahim, psikolog klinis
Kenalkan Budaya Sejak Dini
Aktris Intan Nuraini juga mengaku kerap menceritakan dongeng kepada buah hatinya. Uniknya, ibu tiga orang anak itu lebih suka mendongengkan cerita rakyat asli Indonesia.
Kepada anak ketiganya yang kini berusia 1,3 tahun misalnya, Intan telah mengenalkan cerita rakyat dari tanah Papua berjudul Kasuari dan Dara Mahkota. Hal itu dilakukan sebagai salah satu upayanya untuk mengenalkan budaya dan tradisi kepada anak sejak dini. "Aku pakai buku cerita bergambar jadi cukup menarik perhatian Rumi. Melalui dongeng ini juga, perlahan kita kenalkan budaya, satwa asli Indonesia kan," kata Intan dalam ajang konferensi pers virtual.
Intan mengatakan, mendongeng merupakan kegiatan positif yang memiliki manfaat besar bagi perkembangan si kecil. Karenanya, ia rutin menceritakan bermacam-macam cerita rakyat kepada buah hatinya.
"Rumi sekarang lagi belajar ngomong kan, baru bisa ngomong 'mama, papa'. Nah mendongeng ini ternyata bisa mendorong kemampuan Rumi untuk bicara," jelas Intan.
Tak hanya itu, Intan juga selalu menyelipkan pesan moral dan nilai-nilai baik di setiap kisah dongeng yang diceritakan. Misalnya dari cerita Kasuari dan Dara Mahkota, ia mengajarkan buah hatinya untuk tidak sombong. "Ternyata anak seusia Rumi udah mulai belajar memahami apa yang kita sampaikan. Jadi aku selalu menceritakan dongeng yang memiliki pesan moral untuk Rumi," kata dia.
Demi Masa Depan Anak
Franka Makarim, istri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, punya kesan sendiri tentang aktivitas mendongeng. Ketika kecil, kakek dan neneknya sering mendongeng untuk dirinya. Maklum saja, kakek dan neneknya memang gemar membaca.
Saat ia menginap pada akhir pekan di rumah neneknya, mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca. "Karena nenek dan kakek saya banyak sekali buku, pada saat mereka tidak bisa membacakan, saya bisa baca sendiri," ujar dia.
Kini, saat sudah berkeluarga, Franka dan sang suami pun memberikan waktu khusus demi mendongeng untuk buah hatinya. Setiap hari, ia dan Nadiem selalu membacakan buku untuk anak. Biasanya Franka membacakan buku pada saat pagi dan sore hari. Sementara Nadiem pada malam hari.
"Kita pun harus memberikan waktu dan perhatian untuk membacakan cerita kepada mereka. Buku itu banyak setengah mati, banyak benar. Kita bisa baca buku yang kita pinjam dari teman, dari perpustakaan, maupun dari e-book. Kalau tidak ada buku, kita pun punya cerita dari pengalaman masa kecil. Tidak ada alasan untuk tidak memberikan waktu lima hingga 10 menit untuk bercerita kepada anak," lanjutnya.
Mereka pun percaya bahwa untuk menanamkan kecintaan membaca pada anak melalui kegiatan mendongeng. Apalagi kegemaran membaca sangat penting untuk masa depan anak. "Membacakan dongeng itu penting sekali bagi anak, karena dengan kita membacakan cerita kepada mereka, maka mereka akan mencintai cerita. Dengan mereka mencintai cerita, pada saat mereka sudah bisa baca, mereka mau mencari cerita itu sendiri," ujar Franka.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.